Pagi hari.Semua diangkut naik kapal pesiar untuk kembali ke kota.Begitu juga Luana, tapi dia tidak naik kapal pesiar melainkan jet pribadi yang disiapkan untuk Kyle. "Tuan Muda, kenapa saya harus beda sendiri? Saya naik apa saja tidak masalah, Tuan Muda. Badan saya sudah sehat, Anda akan bisa melihat sendiri saya bahkan bisa menari balet sekarang!" protes Luana. Gadis itu menatap cemberut pada Kyle yang memasukkan barang bawaan Luana ke dalam tas, menari-nari di depannya untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar sudah sehat."Luana."Kyle berjalan mendekat dan menangkap pinggang gadis mungil tersebut lalu menariknya dalam pelukan."Kamu pulang sama aku, ini perintah. Mengerti?" tegas Kyle dengan tegas. Bibir Luana maju saat Kyle mengatakan hal itu, mengerutkankening dengan ekspresi yang menurut. Kyle menggemaskan."Kenapa?"Keduanya sudah saling melepas pelukan sekarang karena Kyle sibuk memasukkan lagi barang bawaan Luana, sementara gadis itu duduk di samping Kyle dengan eks
Akhirnya. Baik Luana dan Kyle duduk bersebelahan di jet pribadi, tanpa saling bicara.Lagi-lagi gagal melakukan sesuatu yang sudah mereka tunggu lama, membuat keduanya tiba-tiba kehilangan mood.Sementara Rion, pelaku yang lagi-lagi menggagalkan kesenangan mereka, diam diam hanya menelan ludah pahit.Pikiran Rion sangat rumit sekarang. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa hubungan keduanya sudah sejauh itu.Bagaimana mungkin ...Pikiran Rion tiba-tiba melayang ke buah dada Luana yang terekspos jelas ketika dia membuka pintu dan tak sengaja memergoki Tuannya bersama Luana tadi.Seketika wajahnya merah padam karena malu yang sangat dan merasa sangat lancang.Namun, tidak, Kyle tidak boleh sampai kelepasan dan berhubungan badan dengan Luana, sebelum mereka menemukan cara yang tepat untuk menyingkirkan racun dalam tubuh Kyle. Atau mengetahui sampai batas mana tubuh Luana bisa 'menerima' sentuhan sang tuan. Jika saling bertukar ludah saat ciuman bibir saja Luana bisa pingsan, bagaiman
Sang raja vampir tersenyum sekilas atas ketertarikan putranya, sebelum kemudian berkata. "Aku akan mengirim dirimu sebagai bawahannya, bawahan Kyle Ivander. Semua ini agar kamu segera belajar banyak cara menjadi pemimpin yang kompeten untuk nmenggantikan posisiku. Aku sudah terlalu tua dan ingin istirahat."Seketika, vampir muda itu melotot atas titah ayahnya dan melayangkan protes keras."APA?!! Aku nggak mau jadi anjing si Berengsek itu, Ayah!""Keputusanku tidak bisa diganggu gugat," tutup ayahnya, berjalan pergi. "Ayah! Tidak, tarik kembali perintah itu, Ayah!" teriak Gio, tak terima. Namun, ketua klan vampir tak mempedulikan protes Gio dan menghilang dalam kegelapan."Ayah! Arrrggghhh! Kenapa aku harus menjadi anjing Kyle Ivander! Aku adalah raja vampir berikutnya, Ayah!!"Gio terus berteriak protes, tapi kata-katanya hanya memantul di dinding yang sepi. "Sialan, sialaaaaan!!"Gio menghentakkan kakinya dengan marah, benar-benar kesal karena apa yang dilakukan ayahnya benar-b
"Cih, dasar Bajingan," umpat Kyle, memandang Gio dengan amarah yang rasanya sudah sampai di ubun-ubun. Dia sangat ingin Gio pergi sejauh-jauhnya dari kehidupannya termasuk berhenti merecoki Luana, tapi dengan vampir Berengsek itu dikirim ke sini, sama saja tidak menyelesaikan apa pun.Semua rasanya seperti kembali ke awal, seperti penyelidikan tentang siapa yang membawa vampir baru itu ke pulau yang saat ini menemukan jalan buntu.Baik Jia ataupun Lucas berkata bahwa mereka tak menemukan keanehan apa pun ketika sampai di pulau, juga tak ada yang bertindak berlebihan sehingga memancing kecurigaan.Ini artinya, pelaku tersebut pasti sangat lihai dan sudah merencanakan segalanya dengan sangat teliti.Pekerjaan mereka gagal, karena tak mengira jika Luana akan menghubungi dirinya dan datangnya Gio ke lokasi kejadian.Kepala Kyle terasa berputar-putar sekarang, memikirkan begitu banyak pekerjaan yang belum terselesaikan dengan baik.Apalagi, menatap vampir pemalas di depannya yang hanya bi
Kyle menarik napas panjang, memandang Gio yang sedang serius bermain game online. Ada sedikit rasa iri saat melihat Gio yang usianya terlihat tidak berbeda jauh darinya, tapi bisa begitu santai tanpa beban ini dan itu. "Hah," desah Kyle, tersenyum sinis. Apa dia bertukar tempat saja dengan si berengsek itu? Tiba-tiba terbersit pikiran seperti itu dalam kepala Kyle. "Haaaa." Kyle menyugar rambutnya ke belakang dan mengusir rasa iri tersebut karena jalan mereka yang berbeda, menopang dagu dengan tangan dan berpikir keras. Ide sekilas tentang bertukar tempat membuat Kyle seketika tertawa sumbang, bisa-bisa perusahaan hancur dalam sehari jika diserahkan kepada Gio. "Jadi bagaimana, Tuan?" Pertanyaan dari Rion tersebut membuat Kyle menatap surat dari klan vampir dan Gio secara bergantian. Bagaimana pun juga, ayah Gio dalam surat itu memang benar mengatakan bahwa Kyle boleh menjadikan Gio sebagai bawahan yang artinya berhak menyuruh vampir itu melakukan apa pun. Mu
"Kamu mau mati?" Atas ancaman dari Kyle tersebut, Gio hanya menatap santai sambil menyilangkan tangan di dada. Tak ada sedikit pun ketakutan di wajahnya, dia malah berkata dengan santai. "Kenapa memangnya? Kamu jadi mudah mengawasi aku, 'kan? Aku duduk tepat di depan ruangan kamu." Kyle segera tetap menggeleng tegas atas saran yang diberikan Gio. "Tetap saja, aku benci lihat kamu dekat-dekat Luana," desisnya dengan nada tajam yang dibalas Gio dengan cibiran. "Kamu takut aku menggodanya, Kembaranku?" "Diam, dasar imitasi," umpat Kyle dengan mata melotot. Bibir Kyle terkatup menahan marah, sedang Gio hanya menatap 'calon saudara kembarnya' tersebut dengan alis terangkat satu. Merupakan hiburan tersendiri baginya melihat Kyle yang sedang marah. Rion segera menengahi sebelum keduanya terlibat baku hantam karena tak puas hanya saling adu mulut. "Tuan, sepertinya menaruh dia di bagian sekertaris lebih baik, daripada kita taruh di luar dan dia akan membuat masalah, l
"Ayah." Istirahat makan siang, sambil menahan pening kepala, Kyle mendatangi ayahnya yang merupakan pemimpin mafia sekaligus pemilik utama Zeus group. "Hm." Tuan Ivander yang duduk di meja kerja nya, mendongak sebentar sebelum kemudian fokus lagi dengan pekerjaannya. "Aku ke sini karena urusan yang sangat penting," ucap Kyle memulai pembicaraan, duduk di kursi depan meja kerja ayahnya dengan tangan terkepal. "Bicara saja." Tuan Ivander menjawab dingin sembari melirik sedikit putra satu-satunya. Alasan ayahnya tak pernah mau melihat Kyle sering-sering, sebenarnya karena setiap kali menatap putra satu-satunya itu, dia selalu ingat kepada sang istri yang begitu dicintainya. Namun, Kyle salah paham. Dia mengira sang ayah membenci dirinya karena telah menjadi penyebab kematian sang ibu saat melahirkan dirinya. Itulah kenapa hubungan keduanya bagai api dan minyak dalam berbagai hal, karena itu biasanya Kyle paling menghindari jika bertemu harus bertemu dengan orang tua
"Aku tidak perlu bertemu orang itu untuk menilai bagaimana dia, Kyle," jawab tuan Ivander dengan tegas. Kyle tertawa sumbang mendengar ucapan ayahnya tersebut. "Ayah selalu mengajariku bahwa kita harus bertatap mata dengan seseorang agar tahu bagaimana dia sebenarnya.Ucapan ayah sekarang penuh kontradiksi, Yah," sindir Kyle dengan tajam, sedang sang ayah hanya mengendikkan bahu. "Aku nggak peduli," jawab tuan Ivander, acuh tak acuh. Kyle hanya menyugar rambutnya ke belakang. kehabisan kata-kata. "Jasmine dan kamu punya kesamaan, kalian pasti akan bahagia jika menikah, Nak. Nasibmu tidak akan seperti ayah kalau kamu menikah dengan Jasmine." Tuan Ivander mengatakan hal itu dengan sungguh-sungguh. Ada luka yang dalam di sorot matanya saat menyebut tentang nasibnya sendiri. Melihat Kyle yang terdiam, ayahnya melanjutkan. "Kalian sama-sama anak yang lahir dari pasangan manusia dan vampir, jadi, jika kalian menikah, tidak akan ada yang berkorban atau ditinggalkan. Kamu akan
Enam orang dari pihak Kyle dan lima orang dari pihak ayah Gio.Para vampir itu terlihat begitu marah ketika mengetahui bahwa Kyle telah menghancurkan setengah mansion milik pemimpin mereka.Tiga di antara mereka bahkan sudah bersiap maju ke depan untuk menyerang Kyle sebagai tindakan balasan.Sigap, Ben dan yang lain segera maju ke depan berdiri di sisi kanan dan kiri Kyle. Kyle menyeringai pelan melihat para vampir yang siap menghadapi kematian mereka tersebut dan mengeluarkan kembali pedang miliknya dari sarung pedang.Pedang itu seketika berpendar merah menyala, siap membelah siapa pun yang menghadangnya."Tunggu, tunggu."Raphael, sang peminmpin klan vampir segera maju ke depan seraya mengangkat satu tangan sebagai tanda kepada para bawahannya untuk menahan diri."Apakah ini deklarasi perang terbuka, Kyle?" tanya Raphael dengan suara tenang, di balik suara tenangnya tersebut sebenarnya memendam rasa kekhawatiran saat melihat kekuatan Kyle yang seperti berada dalam puncaknya."Kal
"Tapi.... "Luana menatap Kyle dipenuhi dilema, dia tentu tidak keberatan menghadiahi kecupan bibir sebelum pria itu berangkat ke medan perang, tapitentunya tidak dengan disaksikan oleh banyak orang seperti ini.Namun, meminta Kyle pindah tempat adalah hal yang semakin merepotkan yang lain karena portal menuju dunia vampir sudah terbuka.Sementara itu, Kyle yang melihat kegamangan di wajah Luana, mengibaskan tangannya dengan acuh tak acuh saat melirik ke arah lima anak buahnya. "Kenapa kamu memedulikan mereka, Luana? Aku saja nggak peduli mereka mau lihat apa enggakterpenting adalah, kamu mau apa enggak menghadiahi aku bibirmu sebagai salam perpisahan dan tanda keberuntungan?"Pertanyaan tenang dari Kyle membuat wajah Luana semakin memerah karena malu, sekaligus gelisah.Kyle menyentuh dagu gadis itu dengan tatapan menggoda sekaligus memohon yang membuat Luana tidak bisa berkutik lagi. "T-tentu saja aku mau, Kyle."Luana menjawab seraya menundukkan wajahnya, tak sanggup lagi menj
"Kyleeee!!!" Luana, gadis itu menatap tajam kepada Kyle dengan napas memburu. "Jangan bilang kamu mau bunuh orang lagi? Nggak boleh!" serunya dengan suara mencicit. Gadis mungil itu berjalan cepat menuju Kyke dan menarik kedua tangannya turun dengan gerakan kasar. "Jangan suka sembarangan bunuh orang, Kyleeee!" serunya dengan nada mengancam. Agar cahaya merah di kedua tangannya itu tidak melukai Luana yang kini ada di hadapannya, Kyle akhirnya segera melenyapkannya dari pandangan. Pria itu juga menatap tajam pada Rion yang berdiri dengan muka pucat di depan pintu. "T-Tuan, maaf, saya sudah mencoba menghalangi dia masuk ke sini tapi—" "Jangan marahin Rion!" potong Luana dengan galak, sehingga Kyle akhirnya memilih tersenyum sambil mengangkat kedua tangan sebagai tanda menyerah. "Baiklah, Luana. Baik." Kyle menjawab dengan jinak. Melihat senyum mempesona di wajah Kyle, Luana yang tadinya begitu khawatir akan melihat tiga orang kehilangan nyawa, menghela napas panj
"Rion." Kyle menurunkan pisau dari leher Ben dan memanggil Rion. "Ya, Tuanku?" Rion menjawab panggilan Kyle dengan rasa hormat yang berlebihan, sejujurnya pria itu khawatir kalau Kyle akan benar-benar membunuh Ben tadi, juga takjub akan kekuatan miliknya yang seperti berkali-kali lipat saat ini. Ben yang terlepas dari kematian, terduduk di lantai dengan wajah pucat, hampir tersungkur ke depan kalau tidak ditolong oleh Marina dan Rey. "Kalau itu Luana, suruh menunggu sebentar." Kyle mengeluarkan titah dengan dingin. Perintah dari Kyle tersebut dijawab rion dengan anggukan patuh dansegera berjalan ke luar ruangan untuk melihat siapa yang mengunjungi Kyle di jam tak biasa seperti ini. Ini hampir tengah malam dan Kyle sangat jarang menerima tamu di penthouse miliknya ini. Setelah kepergian Rion, Kyle memandang empat orang tersebut satupersatu dengan kedua tanga menyilang di dada. "Aku ingin bertanya beberapa hal kepada kalian,' ucapnya dengan suara dingin. Marina, Ben dan Rey
Kyle hanya tersenyum tenang melihat ambisi Ben yang membara untuk membunuhnya. Pria itu berdiri dengan ekspresi santai tapi angkuh dan satu tangan dimasukkan saku celana. Memandang Ben seakan manusia setengah vampir di depannya itu hanyalah kotoran yang menggangu pemandangan. Merasa direndahkan oleh bosnya, Ben mengepalkan kedua tangannya erat-erat dan balas menatap bos nya dengan kemarahan membara. Dia jauh lebih kuat, kenapa dia harus terima diperlakukan hina seperti ini?! Menggeram pelan, Ben pun berbicara. "Jadi, kenapa tidak kita buktikan saja rumor itu benar atau tidak, Tuan Muda?" Dia bertanya melalui sela-sela giginya yang terkatup rapat, sudah tak tahan untuk mematahkan leher pria yang benar-benar sombong, di depannya itu. Marina dan Rey yang juga terpengaruh rumor, diam-diam menunggu apakah benar jika Ben dan Kyle saling bertarung, maka Ben lah pemenangnya. "Hmmmm." Kyle hanya membalas tantangan Ben tersebut dengan berdehem pelan, melihat ke arah jam tangannya seper
Setelah puas menggoda Luana, Kyle memeluk gadis itu lagi dengan erat karena tidak menyangka ternyata perjalanan mereka yang sangat panjang dan berliku akhirnya sampai sini. Sebentar lagi keduanya akan berpacaran seperti keinginan saat SMA, lalu menikah, mempunyai anak dan pasti hidup bahagia. Meski yang bagian mempunyai anak itu sedikit ada kendala tapi semuanya pasti bisa terlewati dengan baik. Luana yang melihat bos nya belum juga ada tanda-tanda mau pulang padahal malam sudah larut, bertanya. "Tuan, Anda malam ini tidur di sini, kan?" "Nggak." Kyle menggeleng yang seketika membuat gadis itu merasa kecewa. "Sungguh?" Lirih, Luana bertanya. Dia tiba-tiba tidak ingin berpisah dulu dengan pria ini, biasanya setelah bertemu seperti ini maka besok atau besoknya akan susah bertemu. Apalagi Kyle berkata bahwa dia akan pergi ke dunia vampir untuk mengurusi perbuatan Gio ini. Kyle yang melihat ekspresi sendu di wajah Luana, menyentil ujung hidung gadis itu dengan telunjuknya se
"Kenapa nggak kita lanjutkan saja yang tadi sempat terputus, Luana?" Kyle berbisik di telinga gadis itu sampai membuat bulu kuduk Luana meremang. "M-memangnya ... Anda bisa keluar lagi?" Pertanyaan polos dari Luana, tentu saja dijawab Kyle dengan tawa terbahak-bahak. "Kalau kamu?" Pria itu malah dengan sengaja bertanya balik untuk membuat Luana semakin malu. Luana yang menatap wajahnya dengan pipi merona merah seperti tomat matang, mengerjapkan mata berkali-kali seperti orang bodoh. "Bisa apa enggak?" rayu Kyle sambil meremas buah dada gadis itu, yang ternyata tidak tertutup bra. "B-bisa, mungkin." Menunduk, Luana dengan suara gemetar menjawab. Kyle semakin tertawa kencang mendengar jawaban polos dari gadis itu. "Kok mungkin, Lun?" Kyle bertanya dengan nada menggoda. Kesal karena terus digoda oleh Kyle, Luana kini memelototi pria tampan yang jakunnya paling macho dan seksi di dunia tersebut. Luana tidak melebih-lebihkan saat bilang bahwa jakun milik Kyle ad
Malam semakin larut, Luana yang sudah agak tenang dengan rasa terkejut yang menimpanya, memeluk Kyle dengan erat. Kini mereka saling berbaring berhadapan, di ranjang luana yang terasa sempit jika digunakan untuk dua orang. Hujan di luar sudah mereda sehingga cuaca terasa sangat tenang, saking tenangnya sampai Luanaa bisa mendengar suara detak jantung Kyle di telinganya. Luana mendongak, menatap Kyle yang dengan tenang mengelus punggung gadis itu. "Tuan, terima kasih banyak, Anda benar-benar banyak membantu saya selama ini," ujarnya pelan dengan rasa haru yang menyeruak setiap kali ingat tindakannya saat SMA kepada pria ini. "Kamu ini ngomong apa, tentu saja aku akan membantu kamu kapan saja, Luana." Kyle menjawab dengan enteng seakan itu bukan apa-apa, hal itu semakin membuat Luana merasa sesak di hatinya. "Anda membuat saya merasa semakin bersalah, kenapa Anda sebaik ini, Tuan? Apakah karena sekarang Anda amnesia sehingga tidak ingat apa yang telah saya lakukan pada And
"Jadi apakah yang dikatakan Gio itu bohong? Bahwa tidak ada efek apa pun dalam diri saya, Tuan?" tanya Luana yang tiba-tiba merasa kesal kepada Gio yang menyembunyikan fakta ini darinya. Untunglah ada Kyle yang dengan baik hati menjelaskan segalanya padanya. "Sebenarnya, selama menunggu sampai gerhana bulan terjadi, banyak efek kecil yang akan muncul dalam diri kamu, karena dalam masa itu, jantungmu perlahan membeku." Mendengar kata jantung membeku, Luans tentu saja seketika berteriak histeris. "A-APA?!" Refleks dia memegangi dadanya dengan ekspresi ketakutan. Jantungnya akan membeku? Apakah.itu artinya ... dia tidak akan bisa menjadi manusia? Atau dia akan berubah menjadi Zombie? Tidaaaaaak! Perlahan lahan wajah gadis itu semakin memucat saat membayangkan dirinya menjadi zombie. "Yah, itulah yang sedang terjadi pada tubuhmu saat ini, Luana," jawab Kyle kalem. "Jantung kamu, perlahan membeku, kita hanya bisa menunggu sampai gerhana bulan terjadi, apakah kamu tetap bisa bert