Ryoma Otsuka melirik sekilas dengan ekor matanya ke arah Hanako. Gadis muda yang penuh semangat itu sedang fokus mempelajari perannya. Diam-diam Ryoma tersenyum simpul. Dia akan berterima kasih seumur hidup pada Tomohiro untuk semua kebaikannya. Tidak hanya hutang Tomo yang akan dia anggap lunas, tapi, Ryoma juga akan memberinya modal yang cukup untuk membuka toko kosmetik yang lebih besar lagi. Meski baru beberapa puluh menit bersama Hanako, harus Ryoma akui jika dia cukup tertarik dengan gadis itu. Terutama mata hitam legam gadis itu yang berkilau lembut jika dia sedang dalam suasana hati baik, dan akan seketika berubah tajam menusuk saat dia tersinggung atau marah.
Seperti yang Ryoma katakan langsung pada Hanako jika penampilan gadis itu seperti layaknya seorang model. Dia memang memiliki postur tubuh ideal, tinggi, ramping dan berlekuk sempurna. Wajahnya yang halus dan bibirnya yang tipis membuatnya tampak seksi sekali. Saat Ryoma melihat Yusuke menolak Hana yang meminta untuk menciumnya, dalam hati Ryoma mengutuk betapa bodohnya pria itu. Dan pada saat dia melihat pertengkaran di antara sepasang kekasih itu, dia melonjak kegirangan. Itu artinya Tomohiro bisa membayar penuh semua hutangnya. Sebelumnya, Ryoma sempat merasa cemas ketika Tomo memberitahu jika mungkin dia tidak bisa membantu masalah Ryoma. Karena, adiknya, Hanako, sudah mempunyai seorang kekasih dan dalam waktu dekat mereka berencana akan mengadakan pesta pertunangan.
“Aku minta maaf, Ryoma. Aku tidak bisa menjanjikan apa pun padamu. Hana sudah memiliki kekasih dan mereka memberitahuku akan mengadakan pertunangan dalam waktu dekat. Aku tidak mungkin merusak kebahagiaan Hanako dengan memaksanya agar kau berpura-pura menjadi tunanganmu,” kata Tomohiro waktu itu. “Aku mohon, Tomo. Untuk sekali ini tolong bantu aku. Aku berjanji, jika kau bersedia membantuku, aku akan menganggap lunas semua hutang-hutangku. Tidak, tunggu dulu. Jangan tersinggung. Aku tidak bermaksud merendahkanmu. Tapi, aku tahu, hanya Hanakolah yang pantas untukku. Maksudku untuk membantuku keluar dari masalahku. Meskipun aku tidak mengenalnya, tapi, aku mengenalmu dengan sangat baik. Dia pasti sebaik dan sejujur dirimu. Itulah yang paling penting. Aku memerlukan orang yang jujur dan dapat dipercaya.”Tomohiro menghela napas dalam-dalam. Dia tahu persis ke mana arah pembicaraan Ryoma. “Aku akan membantu. Tapi, alku tidak bisa menjanjikan banyak hal padamu. Dan soal semua hutangku itu, aku pasti akan melunasinya meskipun aku tahu aku butuh waktu seumur hidup untuk membayarnya. Tapi, aku pasti melunasinya, Ryoma. Apalagi, saat ini Hana sudah lulus kuliah. Setelah dia mendapatkan pekerjaan, aku akan menceritakan semuanya dan minta bantuan Hana untuk melunasi hutangku padamu.”“Sebenarnya aku sama sekali tidak mempermasalahkan kapan kau akan membayar hutang-hutangmu itu, Tomo. Aku percaya padamu. Kau teman baikku. Masalahnya adalah ... ya, kau tahu sendiri, aku tidak punya teman lain lagi selain kau dan aku tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa. Sebab, aku sama sekali tidak benar-benar percaya dengan orang lain selain kau.” Ryoma terus berusaha meluluhkan hati Tomohiro dengan cara halus. “Aku mohon, Tomo. Bantulah aku kali ini. Aku hanya membutuhkan Hana di malam Natal nanti untuk diperkenalkan kepada orang tuaku dan melakukan sandiwara pertunangan. Setelah itu, aku akan mencari alasan untuk memutuskan hubungan dengan Hana jika memang harus aku lakukan. Aku hanya membutuhkan Hana saat malam Natal dan siang harinya. Hanya itu, Tomo.”Tomohiro berdehem kehabisan kata-kata. “Sejujurnya aku juga tidak begitu menyukai Yusuke. Maksudku, kekasih Hana itu. Dia anak manja yang sama sekali tidak cocok dengan Hana. Tidak hanya itu, Yusuke juga seorang pengecut. Dia terlalu takut dengan ibu dan kakak perempuannya. Sebenarnya, diam-diam aku berdoa semoga hubungan Hana dan Yusuke putus di tengah jalan sebelum segala sesuatunya terlambat. Aku sangat mencemaskan masa depan Hana jika dia masih memiliki hubungan dengan Yusuke.”Dan malam ini doa Tomohiro benar-benar dikabulkan Tuhan. Yusuke memutuskan hubungan dengan Hanako Sudo, lalu, di saat yang tepat Ryoma muncul sebagai seorang malaikat penyelamat. Dia menang dan mendapat bayaran penuh. Hanako yang sudah tidak lagi memiliki hubungan apa pun akhirnya sepenuhnya menjadi milik Ryoma. Membayar penuh semua hutang Tomohiro kakaknya. Baru untuk pertama kali selama hidupnya Ryoma Otsuka mempercayai bahwa keajaiban itu nyata. Di saat-saat genting dalam hidupnya, Sinterklas memberi dia kado Natal paling indah. Hanako Sudo. Gadis yang penuh semangat dan cukup menarik.Ryoma Otsuka kembali melirik Hanako. Gadis itu sedang komat-kamit menghafalkan peran yang harus dia mainkan dan apa-apa saja yang harus dia katakan nanti. Dari sinar mata Hanako, Ryoma dapat membaca jika dia sebenarnya sangat tertarik sekali dengan tawarannya. Lebih dalam lagi, dia juga melihat rasa penasaran yang begitu besar, dan hasrat yang sama kuat untuk membalas dendam. Bagus sekali. Kombinasi yang sempurna. Dengan kemarahan dan rasa benci yang ada di dalam hati Hanako terhadap Yusuke, mantan kekasihnya, Ryoma akan jauh lebih mudah lagi untuk mengendalikan gadis itu sesuai kemauannya. Apalagi, jika Hanako sudah benar-benar menjadi miliknya, seutuhnya. Dia sudah punya rencana yang luar biasa untuk Hanako di masa depan. Selain itu, Hanako juga akan dia jadikan sebagai alat untuk dirinya sendiri balas dendam. Sama seperti Hanako yang mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk membalas semua penghinaan dan perlakuan buruk Yusuke terhadapnya. Ryoma lagi-lagi tersenyum simpul. Bayangan seorang pria tampan, berambut coklat kemerahan yang selalu dipotong cepak dan bermata abu-abu terlintas di benaknya. Ryoma menggertakkan rahang. Menahan emosi yang luar biasa dahsyat setiap kali dia mengingat musuh bebuyutannya itu. Orang yang paling ingin dia hancurkan hidupnya dan dibuat menderita sampai akhir. Satu-satunya orang yang sangat Ryoma benci dan tak akan pernah dia maafkan sampai mati pun.
“Bagaimana, Hana, apa kau sudah hafal semuanya?” tanya Ryoma saat dia melihat Hanako menghala napas lega. “Hai, ya. Aku sudah cukup hafal semuanya dan sudah tahu peranan yang harus aku mainkan,” sahut Hanako sambil menganggukkan kepalanya. “Aku memiliki ingatan yang cukup lumayan omong-omong.”“Itu bagus sekali. Satu lagi, jika orang tuaku atau kakak perempuanku menanyakan apa pekerjaanmu, yang aku yakin sekali mereka tidak akan menanyakan pertanyaan itu, tapi, untuk berjaga-jaga, kau harus mengatakan jika kau seorang desainer pakaian baju pengantin. Kau mengerti?” “Dengan sangat baik sekali. Itu memang cita-cita besar dalam hidupku.”“Dan aku akan mewujudkannya segera jika mau menuruti semua perintahku. Bahkan lebih dari itu. Aku akan membuat besar namamu. Kau akan terkenal dan sukses. Kau bisa membawa ayahmu pergi ke dokter spesialis untuk melakukan pengobatan yang jauh lebih baik lagi.”Meskipun Hanako mengerutkan dahi dan berusaha bersikap tidak peduli, tapi, matanya yang berkilat-kilat penuh semangat jelas mengatakan yang sebaliknya. “Kau baik sekali. Terima kasih banyak, Arigatogozaimasta,” ujarnya dengan nada rendah. Kali ini Ryoma tidak menyembunyikan lagi senyumnya, dan itu membuat Hanako menjadi sedikit gelisah dalam duduknya. Ada sesuatu yang salah. Sangat-sangat salah. Dua merasa bahagia.Osaka.25 Desember, pukul 22:20 malam. Takuya Isahara baru saja selesai menyantap makan malam dan sedang menuang sake ke dalam gelasnya saat Haibara Takachi menghampirinya. “Ini belum jam dua belas malam dan kau sudah terlalu mabuk, Takuya. Sebaiknya kau tidak minum lagi. Aku khawatir kau tidak bisa menyetir dan mengantarku pulang,” kata Haibara sambil mengambil paksa botol sake dari tangan Takuya. “Kau sudah berjanji kepada ibuku untuk mengantarku pulang dalam kondisi baik-baik saja.”“Kau tak perlu khawatir, Haibara. Aku pasti akan mengantarmu pulang dan memastikan kau baik-baik saja persis yang aku janjikan pada ibumu. Aku tidak semabuk yang kau pikirkan, Haibara. Berikan botol sakeku. Aku masih ingin minum. Sedikit lagi,” sahut Takuya. “Kau sudah cukup mabuk, Takuya. Aku tidak akan membiarkanmu lebih mabuk lagi dari ini sebelum kau mengantar aku pulang. Ya, sebaiknya kau mengantar aku pulang sekarang. Setelah itu kau bisa melanjutkan minum sake sampai kau puas. Jika kau tidak
Naomi Yushita memijit alisnya. Dia sama sekali tidak dapat berpikir. Segala sesuatunya tampak gelap dan berbahaya.“Kau benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu, Tomohiro. Kau menjual Hanako untuk melunasi hutang-hutangmu? Ya, Tuhan!”Tomohiro mendesah. “Naomi, jangan berkata kasar begitu. Aku tidak menjual Hanako. Sebaliknya, semua ini aku lakukan demi kebaikan Hanako dan untuk menolong Ryoma. Naomi, kau dan aku sama-sama tidak setuju dengan hubungan Hana dengan Yusuke. Ini adalah jalan untuk memisahkan mereka berdua sebelum terlambat,” sahut Tomohiro. Pria bertubuh jangkung dan memiliki wajah oval yang cukup tampan dan kulit putih pucat yang halus. “Tapi, Tomo, aku ragu apakah Ryoma akan berhasil. Hana sangat keras kepala dan dia gadis yang berpegang teguh pada pendiriannya. Aku khawatir jika Ryoma justru mendapat masalah dengan Hanako dan dipermalukan di depan keluarga Sakazaki,” kata Naomi. Gadis berusia dua puluh tiga tahun yang berpenampilan sederhana dan berpotongan rambut pen
“Jadi kau sudah memutuskan hubunganmu dengan gadis nakal itu?”“Benar, Bu. Dan sekarang dia pergi dengan laki-lak lain,” sahut Yusuke murung. Saat Yusuke Sakazaki kembali ke beranda untuk menjemput Hanaku, dengan tidak sengaja dia melihat Hanako sedang berbicara pada seorang laki-laki tampan lalu pergi naik Limosin mewah. Sebenarnya, jauh di dalam lubuk hati terdalam Yusuke, dia masih sangat mencintai Hanako Sudo. Hanya saja dia diancam oleh ibu dan kakak perempuannya untuk meninggalkan Hanako karena jika dia menolak, yang menjadi taruhannya adalah karier dan masa depan Yusuke. Tentu saja, Yusuke tidak berani mengambil risiko dengan bertaruh sangat tinggi. Dia menyetujui kesepakatan itu dan memutuskan Hanako meski berat. Akan tetapi, segala sesuatunya berubah dalam beberapa detik saja saat Yusuke melihat Hanako ternyata sudah memiliki penggantinya begitu cepat. Hanya dalam waktu beberapa menit berselang Yusuke memutuskannya.“Baguslah jika kau sudah memutuskan gadis itu. Dia sama seka
Kyoto. Pukul 23:00 tengah malam. Takaki Yusihada Seino mondar-mandir di kamar kerjanya dengan tangan terlipat di dada dan mata nyalang menatap lantai. Ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, sesuatu yang mengancam Shiseido Company. Suami dari Ayumi Otsuka itu mengerutkan dahi dalam-dalam untuk mengingat kembali segala sesuatunya selama ini. Dua hari yang lalu dia mendapat laporan telah terjadi pencurian digudang pabrik mereka yang di Kyoto. Sekitar tiga puluh kardus besar parfum yang siap dijual hilang tanpa jejak. Yang membuat Takaki kebingungan adalah semua parfum yang dicuri itu adalah yang edisi terbatas hasil kolaborasi dengan seorang ahli parfum Paris. Jumlah totalnya hanya sekitar tiga ribu botol produksi. Tidak hanya itu, hal janggal lainnya adalah petugas penjaga yang bertugas malam itu mengatakan jika mereka berani bersumpah bahwa malam itu semuanya tampak normal, tak ada sesuatu yang mencurigakan. Pintu gudang pabrik pun tampak utuh, tidak terdapat tanda-tanda pembon
Kediaman keluarga Otsuka benar-benar sebuah istana modern. Rumah itu sangat besar, mewah, bergaya minimalis. Begitu turun dari mobil, Hanako langsung terpukau dan tanpa sadar membelalakkan matanya yang bulat dan indah. Terpesona dengan kediaman keluarga Otsuka yang luar biasa di hadapannya. Selama dua sampai tiga detik dia bahkan bergeming dan tak berkedip. Sampai Ryoma meraih lengan Hanako dan dengan lembut menggandengnya. “Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, bukan, Hana?” tanya Ryoma tanpa menolehkan wajahnya. Hanako menelan ludahnya dengan susah payah. Dengan tergagap dia kemudian menjawab, “Tentu saja. Aku tahu sudah hafal semua skenarionya. Aku hanya ... apakah di dalam ramai orang?” dengan takut Hanako bertanya. “Tidak, tak ada selain keluargaku. Bahkan kakak iparku pun masih berada di Kyoto. Dia baru akan kembali besok pagi. Selain ayah dan ibuku, hanya ada Ayumi, kakak perempuanku. Bukankah aku sudah mengatakan semua itu dengan sangat jelas sekali padamu?” sahut Ryoma
“Aku tidak tahu apa kau sudah kehilangan akal sehatmu atau bagaimana, tapi, benar-benar tidak menyangka jika kau akan membawa gadis miskin itu dan memperkenalkannya sebagai calon istrimu,” kata Ayumi. “Aku akui dia memang cantik, tapi, kau juga harus ingat, Hanako tidak sederajat dengan keluarga kita. Apa yang akan dikatakan semua orang, Ryoma, jika kau menikahi Hanako?”Mereka sedang berada di dapur dan Ayumi langsung pada tujuannya. Ryoma dengan tenang menjawab, “Aku yakin kau tentu tahu jika tidak bersungguh-sungguh menyukai Hanako. Aku hanya memanfaatkan gadis lugu itu untuk satu kepentingan pribadiku.” Ryoma tersenyum misterius.Ayumi menatap marah Ryoma. “Apa maksudmu? Jangan katakan jika kau berencana untuk menjadikan Hanako ....” Ayumi tidak melanjutkan kata-katanya. Dia menelan ludah yang tiba-tiba saja terasa pahit di tenggorokannya sambil menatap Ryoma dengan tatapan yang menyiratkan keresahan hatinya. “Ryoma, aku mohon. Jangan lakukan hal itu. Aku tidak ingin terjadi sesua
Jika bukan karena Nyonya Otsuka, Hanako Rin Sudo ingin angkat kaki secepatnya dari rumah keluarga konglomerat itu. Sejak pertama dia bertemu dengan keluarga Ryoma, dia memang sudah dapat merasakan jika semua orang tidak menyukainya. Apalagi, Ryoma, begitu dia duduk, pria itu dengan seenaknya pergi dengan kakak perempuannya meninggalkan Hanako seorang diri. Dia benar-benar merasa seperti terdampar di sebuah antah berantah di planet lain. Untung saja setelah Hanako berusaha keras membangun komunikasi dengan Nyonya Otsuka, wanita itu meresponsnya dengan sangat baik sekali meski pada awalnya dia cukup dingin. “Oh, jadi Anda baru saja menyelesaikan pendidikan, Nona Hanako?”“Benar sekali, Nyonya. Saya baru saja menyelesaikan pendidikan di universitas Tokyo,” sahut Hanako dengan rendah hati. “Dari cara berpenampilan Anda, sepertinya Anda sangat menyukai mode. Bukan begitu, Nona Hanako?” sambung Nyonya Otsuka. “Dan kau juga sepertinya tahu banyak soal itu. Maksud saya soal mode yang sedang
Ryoma Otsuka sama sekali tidak menyangka jika Ayumi kakaknya akan menyembunyikan hal sepenting itu dari dirinya hanya karena malam ini adalah malam Natal. Padahal, baik Ayumi maupun Ryoma tahu persis jika tak ada yang benar-benar peduli dengan perayaan Natal di keluarganya. Keharmonisan keluarga Otsuka sebenarnya sudah lama mati. Tidak ada lagi keceriaan Natal, kedamaian dan kebahagiaan Natal, perayaan malam Natal tidak lebih dari sekadar formalitas. Kadang, Ryoma merasa sangat miris sekali dengan keluarganya yang di dalam benar-benar sangat berantakan. Bahkan, yang lebih parah dari itu semua adalah hubungan di dalam keluarganya itu semuanya adalah palsu, semuanya adalah demi kepentingan pribadi, dan di atas segalanya demi kepentingan bisnis keluarga. Namun begitu, mereka tetap tersenyum dan menunjukkan sikap yang baik juga kekompakan saat berada di depan semua orang. Untuk memberikan kesan jika keluarga Otsuka begitu sempurna. Harmonis, sukses, dan kompak. “Aku sama sekali tidak meng