Share

Pertemuan

Setelah pekerjaannya selesai hari ini, Leo sengaja untuk tidak langsung pulang ke rumah karena sang empu ingin berkunjung ke rumah Kenan sebentar terlebih dahulu. Berhubung jika pria itu tidak bisa ia ajak bertemu di luar kali ini lantaran anaknya sedang sakit, maka Leo lah yang memutuskan untuk datang ke sana sekaligus menjenguk putri Kenan.

Saat baru saja tiba di sana, ia melihat halaman rumah sahabatnya itu sudah penuh dengan 2 mobil di dalamnya yang membuat Leo mau tak mau harus memarkirkan mobilnya di depan rumah Kenan. Tidak biasanya rumah Kenan kedatangan tamu seperti ini tanpa ia memberitahu terlebih dahulu, padahal Kenan juga tahu jika dirinya akan datang berkunjung sore ini.

"Di dalem ada tamu ya, Pak?" tanya Leo pada seorang satpam di rumah Kenan itu.

"Iya, Pak. Ada adik sepupunya nyonya. Tadi tuan bilang kalau Pak Leo dateng disuruh langsung masuk saja," jawab beliau.

"Oh iya, Pak. Terima kasih."

"Sama-sama, Pak."

Langkah Leo kembali berjalan menuju ke pintu utama rumah itu. Ternyata tamu yang datang kali ini adalah adik sepupu dari Fira, istrinya Kenan. Pantas saja Kenan tak memberitahu padanya lebih dulu, mungkin karena bukan tamu formal.

Setelah menekan tombol bel rumah sebanyak 2 kali, Leo menunggu tepat di depan pintu sana sembari melihat ke arah sekeliling rumah itu. Suasana yang ada di halaman hingga ke taman rumahnya sedikit mengalami perubahan dari terakhir kali ia datang ke sana, mungkin sekitar 3 bbulan yang lalu.

"Iya sebentar."

Suara pintu terdengar jelas saat baru saja dibuka seseorang dari dalam membuat Leo kembali memalingkan wajahnya ke arah depan.

"Mau cari siapa?"

"Oh-Kenan, dia di rumah?"

Tiba-tiba saja Leo mendadak salah fokus setelah melihat siapakah yang membukakan pintunya barusan. Wajah asing dan tak pernah ia lihat sama sekali sebelumnya.

"Ada, dia masih mandi. Tapi kalau mau masuk, tunggu sebentar."

Perempuan itu langsung berbalik badan dan kembali masuk ke dalam meninggalkan Leo sendiri yang masih ada di depan pintu rumah. Ia sengaja untuk tidak mempersilahkannya masuk dan duduk di sofa ruang tamu sebelum meminta izin kepada sang tuan rumahnya lebih dulu.

Sampai tak lama kemudian terlihat Fira datang menghampiri Leo yang masih setia berdiri di depan pintu karena memang belum dipersilahkan masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Ia disambut hangat oleh istri sahabatnya itu dan langsung menitahnya duduk selagi menunggu Kenan yang masih belum selesai mandi.

"Kenapa repot-repot," Fira menerima sebuah parsel buah yang dibawa Leo untuk putrinya.

"Bukan masalah."

"Kalau gitu tunggu sebentar ya, biar aku panggilkan Kenan lagi sekarang."

Leo menganggukkan kepalanya dan membiarkan Fira pergi meninggalkan ruang tamu sana.

Selagi menunggu sang tuan rumah datang menemuinya, Leo memutuskan duduk di sofa ruang tamu sana dengan mengedarkan pandangannya ke sekeliling arah rumah Kenan saat ini.

"Maaf cuman adanya teh."

Sang empu langsung teralihkan pandangannya ke seorang gadis yang saat ini ada di depannya tengah menyuguhkan segelas teh hangat untuknya.

"Terima kasih."

Perempuan itu tak menjawab selain anggukan kepalanya dan langsung pergi meninggalkan Leo sendirian lagi. Ini pertama kalinya ia melihat perempuan itu setelah sekian lama mengenal istri Kenan beberapa tahun lalu.

Mengetahui sikap cuek dan acuh tak acuh padanya itu sempat membuat Leo tertarik. Tertarik untuk mengetahui alasan mengapa sang empu bisa bersikap secuek itu di saat Leo yang tak pernah mendapatkan sikap demikian dari wanita manapun meski baru mengenalnya pertama kali.

Sedikit narsistik, namun memang begitulah adanya.

"Woi, sorry banget gue baru kelar mandi."

Tak lama kemudian tiba-tiba suara Kenan yang terdengar dari dalam rumah membuat Leo menoleh cepat.

"Santai."

"Lo udah makan belum? Makan bareng sekalian yuk, istri gue udah masak banyak hari ini karena tau lo bakal dateng."

"Ngapain lo bilang sih? Ngerepotin aja."

"Dih gaya lo, kayak sama siapa aja. Ayo buru makan, mumpung anak gue udah tidur."

Kenan menarik tangan Leo paksa agar bisa segera bangkit dari duduknya dan ikut menuju ke ruang makan. Pria itu memang sudah tak pernah mengenal jaim atau canggung sama sekali untuk mengajak dan menjadikan Leo sebagai tamu yang berharga walaupun sahabatnya sendiri.

"Sayang, kita makan sekarang ya?"

"Oh iya ayo ayo. Aku siapin piring sama nasinya dulu. Kalian duduk dulu aja."

Fira langsung bergegas menyuguhkan semua perlengkapan makan bersama mereka selagi kedua pria itu menunggu.

"Si Ica gak diajak makan juga? Lagian Fina udah tidur kan."

"Iya habis ini aku panggil dia buat makan bareng."

Setelah semuanya telah siap dan tinggal disantap, kini ganti Fira yang memanggil adik sepupunya itu lebih dulu agar bisa bergabung makan bersama mereka sekarang. Sedangkan Kenan dan juga Leo memang sengaja untuk tidak mendahului di saat kedua perempuan itu belum tiba.

"Ngomong-ngomong gimana kondisi anak lo sekarang? Kenapa nggak dirawat di rumah sakit aja?" tanya Leo memecah kebisuan di antara mereka.

"Dia udah lebih baik kok sekarang. Kemarin udah gue bawa ke rumah sakit, kata dokter dia cuman demam dan dikasih obat-obatan aja sama disuruh istirahat dulu."

"Terus kalau lo sendiri gimana?" tanya Kenan balik.

"Gue? Gimana apanya?"

"Ck, masalah waktu itu."

"Gak deh, gue kurang cocok sama dia."

"Tapi belum juga dicoba-"

"Emang lo kira apaan buat coba-coba? Gue rasa emang bukan dia aja. Dan lebih baik mulai sekarang lo stop aja deh cariin gue kenalan lagi. Males banget ladeninnya."

Kenan menghela napas panjang dengan menatap lekat ke arah Leo. Memang seharusnya ia tak berharap banyak pada sahabatnya itu, karena ia tahu betul jika sang empu sangat sulit untuk dibuat luluh jika soal asmara.

"Terus sekarang rencana lo apa? Bakal nerima perjodohan yang dirancang sama orang tua lo?"

Leo tak menjawab selain hanya kedikan kedua bahunya itu sebagai respon.

"Nggak usah deh, Kak. Gue belum laper."

Mendengar suara yang berasal dari arah belakang membuat Leo serta Kenan menoleh bersamaan. Mereka mendapati Fira tengah menarik tangan adik sepupunya itu agar bisa turut bergabung makan bersama mereka.

"Jangan kebiasaan nunda makan mulu. Nanti sakit baru tau rasa lo," ancam Fira yang tak lagi digubris olehnya setelah itu.

"Iya nih si Ica, kebiasaan banget susah makan. Udah tau punya maag, masih aja lalai," imbuh Kenan kemudian.

"Tuh dengerin."

"Iya iya. Kalian berdua kenapa makin bawel aja? Perasaan tahun lalu nggak kayak gini deh."

"Mangkanya jangan tinggal di negeri orang mulu. Ketinggalan banyak hal dan berita lo di sini."

Melihat interaksi dan juga percakapan dari mereka membuat Leo gagal fokus dan tanpa sadar mengamati perempuan asing itu sejak tadi. Tampaknya sang empu berusia jauh di bawahnya karena terlihat sangat muda. Pantas saja jika lebih banyak membantah dan suka mengomel seperti tadi.

"Woi, Le? Malah bengong."

Barulah setelah Kenan menyenggol lengannya membuat sang empu langsung tersadar dan mengalihkan pandangan ke lain arah.

"Kenalin dulu, ini adik sepupunya istri gue. Gue rasa ini pertama kalinya kalian ketemu kan?"

Leo menganggukkan kepalanya.

"Ca, cepetan salamin," peringat Fira karena adik sepupunya itu tak kunjung memberi Leo salam.

"Hallo, gue Clarissa," ucapnya sembari mengulurkan tangannya ke arah Leo.

"Gue? Gak sopan banget lo sama orang tua."

"Orang tua? Maksud lo gue?" jawab Leo cepat setelah mendengar kalimat Kenan barusan.

"Eh maksud gue bukan gitu- iya udah deh ini kenalin aja dulu," kata Kenan yang alih-alih takut Leo sensitif karena kalimatnya barusan.

Leo tersentak kaget ketika Kenan tiba-tiba menarik tangan kanannya paksa untuk dijabatkan pada Clarissa yang sudah lama menunggu.

"Leo."

Singkat padat dan jelas, begitulah tutur pria itu saat mengenalkan dirinya kepada Clarissa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status