"Aileen, sedang apa kau di sini?" Daniel langsung menghampiri Aileen ketika melihatnya berjalan ke arahnya. Dia baru saja keluar dari ruangan yang lokasinya berada di sebelah kiri lorong rumah sakit yang tidak jauh dari lift ketika melihat Aileen sedang mengedarkan pandangannya ke sepanjang lorong rumah sakit yang berada di lantai 10."Aku sedang ..." Aileen kembali menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok pria yang tadi sedang dia ikuti. Tiba-tiba saja dia kehilangan jejak pria itu ketika dia berbelok di lorong yang tidak jauh dari lift. "Kau sedang mencari siapa?" tanya Daniel karena Aileen tidak kunjung menyelesaikan ucapannya.Setelah memastikan jika sosok pria itu sudah menghilang, Aileen menarik pandangannya dan kembali beralih pada Daniel. "Tidak mencari siapa-siapa," jawab Aileen sembari menggeleng. "Oh, ya. Apa kau melihat Christian? Dia tidak ada kamar inapnya."Wajah Daniel berubah sedikit menegang. Namun, dengan cepat dia menarik senyuman di bibirnya agar Aileen
Ketika Aileen akan membuka paper bag itu untuk melihat isi di dalamnya, tiba-tiba saja tangan kirinya ditarik oleh Christian, kemudian memeluknya dengan erat. "Aku merindukanmu."Aileen tampak mengerjap dengan bola mata membesar. Tampaknya, dia terkejut dengan tindakan Christian Li yang tidak terduga. Aileen sampai tidak menyadari kalau paper bag hitam itu sudah terlepas dari tangannya."Christian, kena ..." Ketika Aileen ingin melepaskan diri dari Christian, pria itu justru semakin memperketat rengkuhannya. Tanpa sepengetahuan Aileen, tangan kanan Christian memencet tombol untuk memanggil perawat. "Biarkan seperti ini dulu. Aku ingin memelukmu sebentar lagi."Wajah Aileen merona. Dia tidak lagi berusaha untuk menjauhkan diri dari Christian dan tampak hanya diam sebagai tanda persetujuan darinya. Tidak lama berselang, seorang perawat masuk dan ketika melihat kedua pasangan suami istrinya sedang berpelukan, dia hendak pergi. Namun, Christian segera memberikan kode agar perawat itu me
"Siapa yang menelponmu malam-malam begini?" tanya Christian setelah Aileen masuk ke ruangannya dengan kepala tertunduk."Teman kerja."Aileen meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu memotong apel untuk Christian. Setelah selesai, dia menyodorkan potongan apel itu pada Christian Li dengan senyuman lebarnya, membuat pria itu mengernyit."Buka mulutmu, biar aku suapi.""Aku bisa makan sendiri." Ketika Christian akan meraih potongan apel yang ditusuk menggunakan garpu itu, Aileen langsung menghindar, hingga tangan Christian gagal menggambilnya."Biar aku saja yang suapi. Kau duduk manis saja."Tanpa Aileen sadari, ada kerutan halus di dahi Christian saat sedang menatap ke arahnya. "Cepat buku mulutmu," desak Aileen, karena sejak tadi Christian masih diam dengan mulut terkatup.Setelah potongan apel habis, Aileen memotong pir, lalu kembali menyodorkan potongan pir itu pada Christian. "Biar aku suapi lagi."Christian tidak berkomentar dan hanya membuka mulutnya dan memakan pir itu dengan
"Tunggu dulu." Christian menahan siku Aileen ketika dia akan melangkah pergi setelah berpamitan pada Christian. "Kenapa terburu-buru sekali? Kau bilang ingin pergi pukul 8 malam. Ini masih pukul 7 malam."Malam ini, Aileeh berencana pergi ke bandara untuk menemui Tiffany Su. Kemarin malam, Christian sudah memberikan izin padanya. Syarat yang dia ajukan adalah kedepannya dia tidak boleh mengambil pekerjaan yang berhubungan dengan Jackson lagi dan Aileen menyanggupi hal itu. "Iya, aku harus tiba di sana lebih awal agar tidak di dahului yang lain." Dia yakin akan ada banyak reporter di bandara yang akan datang untuk meliput kedatangan Tiffany Su. Itu sebabnya, dia ingin mendapatkan tempat yang strategis agar bisa berbicara dari jarak dekat dengan Tiffany. Malam ini dia akan melakukan penyamaran. Jika dia datang dengan atribut medianya, dia yakin Tiffany akan langsung menolaknya."Christian, aku harus mendapatkan wawancara eksklusif dengannya, jadi aku harus mempersiapkan segala hal deng
"Maaf, Nona. Aku tidak sungguh tidak melihatmu. Aku sedang terburu-buru, jadi berjalan cepat."Wanita di depan Aileen kembali memita maaf ketika melihatnya tertegun di tempat seraya menatapnya."Maaf, aku harus pergi."Wanita terlihat menoleh ke belakang dan bergegas pergi dari sana. Ketika Aileen tersadar, wanita itu sudah berlalu dari hadapannya. "Jackson," gumam Aileen lirih saat melihat wainta yang mirip dengan Tiffany menaiki mobil terparkir tidak jauh dari sana. Mobil itu berapa kali di pakai oleh Jackson ketika bertemu dengannya. Mobil itu juga yang pernah dia pakai ketika dia menolong Jackson dari pengejaran reporter ketika berada di rumah sakit. Mobil itu mudah dikenali karena termasuk mobil mahal yang tidak banyak dimiliki oleh orang lain."Apa dia mengenal Tiffany Su?" Aileen kembali termenung. Bisa jadi mereka saling mengenal, mengingat mereka berasal dari dunia yang sama, tapi jika wanita yang menabraknya tadi Tiffany Su. Lalu, siapa wanita yang sejak tadi sedang dikej
"Kenapa wajahmu seperti itu?" Christian menatap heran pada Aileen ketika melihatnya wajah lesu Aileen saat dia memasuki ruangannya."Tidak ada apa-apa." Aileen meletakkan tasnya di atas meja, lalu duduk bersandar di sofa dengan kepala menengadah ke atas. Wajahnya terlihat sangat lelah. "Jika ada masalah, katakan padaku. Mungkin saja aku bisa membantumu."Setelah mendengar itu, Aileen mengangkat kepala, kemudian menegakkan punggung. "Hanya masalah kecil. Aku bisa mengatasinya."Selain itu, dia tidak mau memusingkan Christian dengan masalah pekerjaannya. Menceritakan pada Christian tentang Tiffany, sama saja dia menambah beban pria itu. Lagi pula, Christian tidak mengenalnya. Bagaimana pria itu bisa membantunya.Saat ini hanya ada satu orang yang bisa membantunya. Jackson ... pria itu pasti bisa membantunya bertemu dengan Tiffany Su jika seandainya yang dia lihat tadi benar pria itu. Jackson secara pribadi menjemput Tiffany di bandara, berarti hubungan mereka dekat.Karena sekarang suda
"Apa kau sudah menunggu lama?" tanya Aileen setelah duduk di sebrang Jackson."Tidak. Aku baru saja tiba."Pagi tadi, Aileen menghubungi Jackson dan mengajaknya untuk bertemu di restoran tertutup tidak jauh dari kantor Aileen. Mereka janji bertemu siang hari setelah Aileen menyelesaikan pekerjaannya. Pertemuannya dengan Jackson, sengaja Aileen rahasiakan dari Christian. Bukan dirahasiakan sebenarnya, hanya dia tidak memberitahu Christian kalau dia akan bertemu dengan Jackson. "Pesan dulu, baru kita bicara."Aileen mengangguk, kemudian memilih minuman serta makan ringan. Setelah semua pesanan keduanya tiba, mereka pun mulai mengobrol dengan santai. Jackson pun langsung menanyakan maksud dari Aileen mengajaknya bertemu."Maaf, karena sudah mengganggu waktumu," ucap Aileen dengan senyuman kakunya. "Sebenarnya, aku ingin meminta tolong padamu."Ketika mendengar itu, sudut bibir Jackson melengkung, membentuk senyuman tipis di bibir pria yang banyak digilai oleh wanita di kota Imperial it
"Christian, maaf nanti aku tidak bisa menjemput dan mengantarmu pulang. Aku ada pekerjaan penting dan kemungkinan akan pulang larut malam." Hari ini, rencana Christian akan keluar dari rumah sakit. Aileen memiliki jadwal yang sangat padat, pagi harinya, dia akan bekerja sampai siang dan akan bertemu dengan orang tua Jackson pada malam hari. Dia sudah menyetujui syarat dari Jackson, jadi malam ini dia akan makan malam bersama dengan orang tua pria itu. Sengaja Aileen tidak memberitahu Christian hal itu karena tahu suaminya itu tidak akan mengizinkannya bertemu dengan Jackson. Apalagi, sampai berpura-pura menjadi kekasih pria itu. Semalam, Aileen sempat membahas mengenai Jackson. Dia meminta izin pada Christian agar diperbolehkan bertemu pria itu sekali lagi untuk membahas pekerjaan, namun langsung ditolak olehnya. "Pekerjaan penting apa?" tanya Christian dengan tatapan menyelidik. "Bukan untuk bertemu dengan Jackson, bukan?" Wajah seketika Aileen menegang. Namun, secepatnya kila