Share

Pertama Kali Bertemu

"A-ayah? Maksudnya apa, Pa, Ma?"

Bola mata Bryan bergerak ke kanan dan ke kiri, melihat ke arah mama dan papanya.

"Iya, ayahnya Maya habis melakukan operasi dan lagi proses pemulihan, Bryan. Ayah mertua kamu itu, nanti kamu ikut jengukin Beliau! Kemarin kamu ditanyain waktu Beliau habis operasi. Pokoknya kamu harus jaga sikap kamu di depan ayahnya Maya, jangan sampai kamu membuat Beliau kecewa!" ujar Papa Putra.

"Oh begitu, ya udah nanti Bryan ikut dan ya, sebagai rasa hormat Bryan kepada orang yang lebih tua, Bryan bakal jaga sikap kok, Pa!"

"Bagus lah, kalo gitu!"

***

Bryan, Maya, mama Indah dan papa Putra telah sampai di rumah sakit. Ini pertama kalinya Bryan bertemu dengan ayah mertuanya.

"Ayah, Maya datang lagi buat jenguk, Ayah!" ucap Maya dengan tersenyum.

"Em, ayah juga senang kamu datang lagi, Nak!" ayah Doni juga tersenyum membalas Maya.

"Bagaimana, Pak, sudah lebih baik dari kemarin?" tanya papa Putra.

"Alhamdulillah, sudah lebih baik, Pak, kata Dokter besok siang sudah boleh pulang malah!" jawab ayah Doni.

"Wah, alhamdulillah kalo begitu, Pak," sahut mama Indah.

"Iya, Bu,"

"Em, o iya, Yah, aku datang tidak sendiri loh, aku datang bersama dengan suami aku! Nih, suami aku!" Maya memperkenalkan Bryan pada ayahnya.

"Bryan, Yah, suami Maya. Maaf baru bisa menemui, Ayah sekarang!" Bryan pun memperkenalkan dirinya pada sang ayah mertua.

"Iya, Nak Bryan tidak apa-apa. Nak Bryan bisa datang ke sini saja, ayah sudah sangat senang!" ujar ayah Doni.

"Iya, Yah!" Bryan tersenyum pada ayah Doni.

"Bersyukur sekali, ayah punya menantu setampan, Nak Bryan. Sudah tampan, baik, bertanggung jawab, sopan, dan sukses lagi! Apa, Nak Bryan tidak malu punya mertua seperti saya yang miskin dan sakit-sakitan begini?" ucapan ayah Maya membuat Bryan terdiam sejenak.

Dalam hati, Bryan merasa kasihan melihat kondisi ayah Maya. Ia tidak tega, membayangkan bagaimana jika ayah Maya adalah orangtuanya. Betapa sakit hatinya melihat kondisi orangtuanya yang tak berdaya itu.

"Ayah, jangan berpikiran seperti itu. Aku tidak pernah malu, atau berpikiran apa pun tentang, Ayah. Yang aku tahu, Ayah sekarang juga sudah menjadi orang tua untuk ku. Ayah Maya juga ayah ku, papa dan mama ku juga papa dan mamanya Maya. Kita semua sudah menjadi keluarga, Yah!" ujar Bryan meyakinkan ayah mertuanya.

Ayah Maya menganggukkan kepalanya beberapa kali lalu tersenyum.

"Terima kasih banyak, Nak Bryan karena telah menjaga anak ayah selama ayah di sini. Terima kasih juga, karena telah membantu semua biaya rumah sakit ayah. Terima kasih banyak!"

"Iya, Yah! Sama-sama!"

Papa Putra dan mama Indah tersenyum dan senang karena akhirnya Bryan bisa menghormati orang lain. Bukan orang lain, tetapi ayah mertuanya. Bahkan Bryan terlihat seperti menerima dan sayang pada ayah mertuanya.

Tak terasa waktu pun telah berlalu lama. Mereka akhirnya pun pamit.

***

Malam hari.

"Mas," lirih Maya.

"Hem, apa?" sahut Bryan yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Em, besok ayah udah bisa pulang dari rumah sakit! Tadi, Mas Bryan denger kan ayah bilang begitu?" tanya Maya.

"Iya, terus kenapa? Besok mau jemput ayah kamu?" balas Bryan bertanya balik pada Maya.

"Iya, aku besok mau jemput ayah besok, Mas!" jawab Maya.

"Terus?" Kali ini Bryan tak lagi fokus ke arah laptop melainkan pada Maya.

"Ya, aku mau izin buat jemput ayah pulang, Mas! Boleh kan aku pergi?"

Ya, itu jawaban yang Bryan tunggu. Maya meminta izin padanya.

"Ya udah, besok aku antar!" cetus Bryan.

Maya tak salah dengar kan? Bryan ingin mengantar Maya untuk menjemput ayahnya? Itu artinya Bryan juga ikut menjemput begitu?

"Ma-maksudnya kamu juga ikut menjemput ayah, Mas?" tanya Maya memastikan.

"Hem, iya!" jawab Bryan singkat.

"Umm, makasih ya, Mas!" ucap Maya lalu tersenyum pada Bryan.

"Iya, ya udah sana tidur dulu! Aku masih banyak kerjaan, nanti nyusul!" perintah Briyan pada Maya.

"Iya, Mas," Maya berbaring dikursi panjang biasanya.

Bryan melihat Maya tidur di kursi pun angkat bicara.

"Kamu jangan tidur di sana!" pinta Bryan.

"Ah, terus aku tidur di mana, Mas?" tanya Maya bingung.

"Di ranjang saja! Nanti aku nyusul kalo udah selesai kerjaan aku!" celetuk Bryan.

"A-apa? Mas serius?"

"Iya, aku serius Maya Amalia, istri sah satu-satunya Bryan Marvelino!" tegas Bryan.

Maya tersipu saat Bryan mengatakan kalimat itu. Maya tersenyum tanpa sadar, hatinya berdegup kencang. Bahkan kini pikirannya telah melayang entah kemana. Apa mungkin Bryan sudah menerima dia sebagai istrinya sehingga dia mau tidur seranjang dengannya. Dan apa akan terjadi adegan yang biasa dilakukan oleh layaknya suami istri biasanya.

Lama, Maya melamun dan membayangkan hal yang terlalu jauh. Sehingga tidak sadar jika Bryan telah selesai dengan pekerjaannya.

'Dia mikirin apa sih? Disuruh tidur malah diem aja dari tadi. Pekerjaan ku sampe selesai malahan!' batin Bryan menggelengkan kepalanya karena heran dengan Maya.

Bryan membereskan alat pekerjaannya termasuk laptop yang ia gunakan tadi. Lalu menghampiri Maya yang masih terdiam di sana.

"Kamu disuruh tidur malah bengong aja kenapa?" tanya Bryan pada Maya.

Maya tak berkutik, ia masih diam tak menjawab pertanyaan Bryan.

"Maya," Bryan menepuk pundak Maya pelan.

"Eh, iya?"

"Kenapa malah bengong bukannya tidur?" tanya Bryan lagi.

"Em, i-ini mau tidur, Mas!"

"Ya udah ayo tidur sekarang!" ajak Bryan.

"I-iya, Mas!"

***

Di ruang makan.

Mama Indah heran melihat anak dan menantunya terlihat akur. Dalam hatinya ia bertanya apakah anaknya itu sudah bisa menerima Maya sebagai istrinya.

'Apa Bryan sudah bisa menerima Maya sebagai istrinya? Mereka terlihat manis sekali jika begini. Akh, aku harus kasih tahu informasi pada Papa! Papa pasti seneng dengernya!' Mama Indah membatin sembari tersenyum melihat Maya dan Bryan.

"Pagi, Ma!" sapa Maya dan Bryan bersamaan.

"Pagi juga sayang, anak kesayangan mama juga menantu kesayangan mama!" balas Mama Indah lalu tersenyum.

Betapa senangnya mama Indah saat melihat pemandangan indah itu.

'Bahkan mereka bisa kompak begitu! Aaaakh, manis sekali mereka ini!' batin Mama Indah.

"Papa kemana, Ma?" tanya Kevin pada mama Indah karena tak melihat keberadaan papanya.

"Ah iya, papa pergi ke luar kota tadi pagi!" jawab mama Indah.

"Loh, pagi-pagi sekali, Ma?" tanya Maya heran.

"Iya sayang, soalnya ada hal yang mendadak banget!" ungkap mama Indah.

"Oh begitu ya? Oh ya, Ma, Maya sama Mas Bryan mau pamit pergi ya?"

"Hem, pergi? Pasti mau pergi kencan ya? Atau mau pergi bulan madu? Waaah, mama setuju kalo itu, biar mama cepet gendong cucu dong!" seru mama Indah.

"Hah? Cucu?"

Bersambung...

Selamat membaca dan ikuti terus kisahnya.

New chapter =>

Terima kasih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status