"Baguslah kalau begitu. Aku pulang duluan," ucapnya ketus. Anna mengangguk pelan. Revin pun langsung meninggalkannya sendirian di sana.
Begitulah kencan Revin dan Anna berlangsung dan berakhir dengan cara yang tidak menyenangkan. Walaupun terlihat gampangan, tetapi sebenarnya hati Revin memang sulit untuk ditaklukkan. Semua mantan pacar Revin adalah perempuan yang cantik. Tetapi Revin tanpa ragu akan langsung memutuskan hubungan begitu mengetahui sifat jelek wanitanya yang tidak bisa ditolerir lagi. Revin juga adalah tipe lelaki yang sulit percaya pada mulut perempuan. Apalagi jika perempuan itu memiliki nama yang tidak baik di lingkungannya.
***
Tiba malam.
"Benar-benar membosankan!" Revin menguap sambil membaca sekilas apa yang ia ketik barusan. Revin pun teringat akan kencannya tadi. Berkencan dengan Anna adalah hal yang konyol bagi Revin. Dan yang paling membosankan adalah ketika tadi ia pulang k
Lalu kemudian dia mengangguk. "Aku membawakan Kakak bekal makan siang. Kakak sudah makan belum?" tanya Lisa bersemangat. "Wah, belum. Seriusan nih, kau membawa bekal untukku?" tanya Revin bersemangat. Teringat masakan Lisa kemarin begitu lezat, rasanya dia ingin mencoba lagi masakannya. "Iya, biar Kak Revin tahu bahwa aku tidak hanya bisa memasak nasi goreng saja. Tetapi masakan yang lain juga. Aku yakin buatanku pasti enak!" jelasnya dengan antusias. "Jadi nggak sabar nih. Kita makannya di kafe aja yuk. Yang dekat sini," ajak Revin kemudian. "Kenapa nggak di kantin aja, Kak? Kan lebih dekat?" tanya Lisa. Revin sedikit bingung menjawabnya. "Um. Menurutku lebih nyaman di sana," jawab Revin asal. "Padahal di sini kantinnya nyaman aja tuh. Tapi, okay deh, Kak." Lisa tersenyum menyetujui. Tidak mau terlalu membantah. Lisa yakin pasti Revin punya seseorang di kampus ini. Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja. Di kafe dekat kampus, mereka memesan makanan untuk Lisa dan juga kopi un
'Lisa? Pas banget dia nelpon waktu aku lagi mikir yang aneh-aneh.'Revin menggeleng sambil terkekeh. Lalu mengangkat teleponnya."Halo, Lisa," sapa Revin"Halo, Kak Revin lagi apa sore begini? Apa masih di kampus?" tanya Lisa ceria."Ini lagi di rumah, biasalah lagi menyusun skripsi.""Hmmm. Tampaknya Kak Revin bakalan panjang nih kesibukannya ya." Lisa tampak tak bersemangat."Memangnya kenapa?" Revin terkekeh."Tidak apa-apa. Kak Revin lanjutkan saja pekerjaannya," ucap Lisa lembut."Kau mau mengajakku main ke klub ya?" tebak Revin kemudian."Iya s
"Kau tanyakan saja pada Evans sejauh mana hubungannya dengan Anna. Evans kan temanmu. Papa yakin Anna masih bersih, Papa cukup yakin akan penyelidikan Papa," tukas Tuan Alex dengan percaya diri."Aku rasa itu akan menjadi pilihan terakhir untuk menanyakan Evans. Kecuali Papa dan Mama siap membatalkannya kalau ternyata dia tidak murni lagi. Apa Papa siap membatalkannya jika Anna tidak suci lagi?" Bagi Revin itu cukup konyol jika bertanya pada Evans. Bagaimana kalau jawabannya adalah bahwa mereka sudah pernah tidur bersama? Dan ternyata Revin tetap juga dipaksa menikahi perempuan itu. Tentu akan semakin memalukan baginya. Sementara kedua orang tuanya hanya menghela napas kasar mendengar jawaban Revin.Melihat tidak ada jawaban, Revin kembali berbicara, "Aku akan mencoba tubuhnya untuk memastikannya. Dan kalau ternyata dia tidak perawan, kuharap Mama dan Papa ti
Revin membuka matanya sedikit. Sinar matahari terasa menyilaukan tembus dari tirai jendela yang dihembus angin. Dengan cepat dia menyesuaikan pandangannya, membuka mata dan melihat gorden berwarna merah muda berayun-ayun indah. Udara cerah memenuhi ruangan itu. Revin tahu benar di mana dia berada sekarang. Dia berada di kamar Lisa tepat di ranjangnya.Tadi malam setelah mereka berciuman, Revin langsung terburu-buru memarkirkan mobilnya dan bergegas bersama Lisa menuju apartemen. Bahkan di dalam lift menuju lantai atas apartemen Lisa, karena hanya ada mereka berdua di sana, mereka langsung melanjutkan ciuman mereka seolah sudah tak sabar ingin segera melampiaskan hasrat mereka yang menggebu-gebu di ranjang. Dan akhirnya mereka berakhir di kamar ini lagi.Revin mengerutkan keningnya karena mendapati dirinya tengah sendirian di kamar
"Sabarlah. Sebentar lagi papaku akan pergi dari sini. Tadi aku mengatakan padanya kalau aku akan pergi. Jadi dia tidak akan berlama-lama lagi. Kau tenang saja di sini, Kak. Aku akan menemuinya ke bawah. Setelah dia pulang, aku akan kemari memberi tahu Kakak," jawab Lisa. Revin mengangguk setuju."Syukurlah kalau begitu. Aku akan menunggumu di sini. Kau turunlah ke bawah sekarang," ucap Revin kemudian.Lisa meninggalkan Revin di kamar tanpa kata. Dan dia segera menuruni tangga. Tetapi sebenarnya papanya sama sekali tidak berada di apartemen itu. Lisa berbohong. Dia mengatakan hal itu hanya ingin mengetahui pemikiran Revin dengan melihat reaksinya.Seperti apa yang dikatakan padanya tadi malam, ternyata Revin memang hanya ingin mereka berteman secara normal.
Kejadian Lisa yang memberikan foto itu sudah beberapa bulan yang lalu. Waktu itu Lisa melakukan kesalahan itu karena ia belum bisa melepaskan Evans. Lisa sendiri tidak menyangka bahwa apa yang ia lakukan malah berakibat fatal di belakang hari, padahal dia hanya ingin membatalkan kencan Evans dengan Erika saja pada saat itu."Jadi Erika punya kakak laki-laki? Hebat juga kakaknya! Kamu sampai K.O begitu," tanggap Revin."Itu karena pikiranku teralihkan saat tahu ternyata mereka kakak beradik kandung. Awalnya aku yang menang," jelas Evans tidak terima ucapan Revin. Revin terkekeh mendengarnya."Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Erika sekarang?" tanya Revin iseng."Kami sudah putus," ucap Evans sambil meminum teh pesanannya."Ntar paling nyambung lagi," goda Revin."Aku tidak berniat kembali padanya lagi. Aku mau berfokus pada skripsi dan pekerjaank
Setelah berpamitan pada Wilma dan Erika, Revin mengajak Anna untuk keluar ruangan mengikutinya bersama Lisa. Lagi-lagi Lisa mengerutkan kening.Sesampainya di luar kamar, Revin pun berkata, "Anna, kenalkan ini Lisa, temanku. Dan Lisa, kenalkan ini Anna, calon tunanganku." Ia memperkenalkan mereka, satu sama lain dengan jelas.Rasanya Lisa malu sekali bercampur rasa terkejut dan kecewa. Tadi dia mengaku-ngaku pacar Revin di hadapan Anna. Sekarang Revin malah mengatakan bahwa Anna adalah calon tunangannya."Halo, Anna. Maaf ya tadi aku bercanda kok di dalam waktu bilang kalau aku pacar Kak Revin," ucap Lisa menjelaskan secara terpaksa."Oh!" jawab Anna singkat dengan nada datar.•
"Hahahaha!" Anna tertawa. Revin tersenyum kecil melihat Anna tertawa. Tetapi dia berupaya cepat-cepat menyembunyikan senyumnya. Anna sendiri lebih rileks menghadapi Revin saat ini.Tanpa Revin sadari, Lisa ada di sana memperhatikan mereka. Dia mendesah, rasa cemburu menggelayuti hatinya. Tetapi Lisa tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak berhak untuk marah karena statusnya dengan Revin hanyalah teman biasa. Revin juga tidak pernah memberinya harapan apa-apa. Mereka murni hanya sebagai teman plus sebagai partner ranjang saja.***Waktu demi waktu berlalu dengan sangat sibuk. Revin menemui Lisa di sebuah kafe kecil. Kafe itu adalah milik Lisa, Revin baru tahu belakangan ini kalau Lisa memiliki sebuah kafe, dan Lisa biasanya akan terjun langsung untuk memasak ketika ada pengunjung yang ingin makan. Pantas saja Lisa pintar memasak, pikir Revin.