Share

[S2] Duh, si Nana!

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 20:52:39

"Iya De, aku baru ingat seseorang."

"Oh ya? Siapa?"

"Nana..." Nilam tersenyum sumringah ketika menyadari jika ada satu orang yang bisa membantunya.

"Bener juga. Kalian kan temenan udah lama."

Nayya tersenyum lebar. Dia merasa bangga dengan otaknya yang bisa berpikir cepat. Namun sayangnya, senyuman Nilam tak berlangsung lama karena teringat sesuatu.

"Kenapa? Kok kamu kayak bingung gitu?"

"Aku gak bisa nemuin Nana sekarang, De. Kan dia lagi di Surabaya ikut suaminya." Tubuh Nilam langsung longsor ke sandaran kursi. Wajahnya berubah lesu dan bibirnya menekuk ke bawah.

"Kan kamu bisa telfon dia, Nilam?"

"Kamu kayak gak tau si Nana aja. Dia itu sejak punya suami dan anak susah banget di telfonnya."

"Ya udah, kita temuin aja dia di Surabaya."

"Itu lebih mustahil lagi, Dewaaaa..."

"Kenapa? Gak diijinin Mama kamu?"

Nilam menganggukkan kepalanya. "Umph."

"Terus gimana?"

"Aku coba telfon dia dulu deh. Siapa tau dia senggang kan?"

“Coba aja dulu, Nilam. Gak ada salahnya kan?” Dewa menepuk bahu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mau Taruhan?

    "Mau taruhan?""Taruhan apa?""Taruhan gimana reaksi Pak Jean pas liat kamu udah masuk. Dan aku tebak, dia pasti happy banget liat kamu.""Gak mungkin.""Ya udah sih, ayo taruhan!" Talita tetap maksa. "Yang kalah wajib traktir makan siang seminggu? Gimana?"Nilam menggembungkan pipinya. "Kalau Mba kalah?""Ganti aku yang traktir kamu. Gimana?"Jean bilang dia hanya menganggap Nilam sebagai sekretarisnya saja kan? Jadi Nilam yakin kalau saat mereka bertemu nantinya, Jean akan bersikap acuh padanya dan biasa saja. Lagipula dia juga sudah memperingatkan pria itu agar bersikap sewajarnya kan? So— sepertinya taruhan dengan Talita tidak ada salahnya.Nilam menatap Talita dengan penuh keyakinan sebelum akhirnya mengangguk. "Oke, aku setuju. Kalau aku kalah, aku traktir kamu makan siang seminggu. Tapi kalau aku menang— kamu gak boleh kabur Mba," balas Nilam sambil menyeringai."Deal!" Talita tersenyum lebar, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Dan kebetulan, beberapa detik kemudian, suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Klien Penting

    Sekitar jam 11 kurang, Nilam menemani Jean menuju hotel tempat pertemuan dengan klien diadakan.Keduanya naik mobil dengan seorang supir di depan sementara keduanya duduk berdampingan di bangku belakang. Situasi di sana cukup canggung. Nilam sibuk mengerjakan sesuatu di tab-nya sementara Jean juga sibuk membalas beberapa chat penting dari kolega.Sekitar 25 menit kemudian mereka tiba di lokasi. Keduanya berjalan menuju lobi hotel tempat makan siang dengan klien Singapura, Nilam melirik sekilas ke arah Jean dan langsung menyadari sesuatu—dasi pria itu agak miring. Ia menggigit bibir, ragu apakah harus mengatakannya atau tidak. Tapi kalau ia diam saja, bisa-bisa klien nanti malah memperhatikan dan itu mungkin sedikit mengurangi kesan profesional Jean. Setelah beberapa detik mempertimbangkan, Nilam akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. “Pak Jean…” panggilnya pelan. Jean yang sedang sibuk mengecek ponselnya menoleh. “Hm?” “Dasi Bapak…” Nilam menunjuk ke arah leher Jean, la

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Makan Berdua

    Sepanjang perjalanan kembali ke kantor, suasana di dalam mobil cukup hening. Jean terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Nilam menatap ke luar jendela.'Ehm, makan bakso enak kali ya?' gumam Nilam saat mobil mereka melewati beberapa warung bakso pinggir jalan. 'Udah lama gak makan bakso abang-abang gitu. Ngebayangin makan bakso urat, sambelnya pedes, kasih kecap plus cuka dikit pasti mantap,' Nilam menelan ludah.'Hmm, jadi lap—'KryuuuukJean yang sedang fokus dengan hapenya tiba-tiba mendengar suara perut Nilam yang keroncongan. Dia melirik ke samping dan menahan senyum. Sedangkan Nilam sendiri langsung memejamkan mata seraya menunduk dalam. Merasa malu."Kamu lapar?" tanya Jean sambil menoleh ke arah Nilam."Enggak!" bantah gadis itu. "Kan tadi udah makan siang, Pak."Jean mendengkus. "Terus barusan bunyi apa?""Gak tau, Pak. Aku gak denger apa-a—"Kryuuuuk'Shit! Perut sialan!' maki Nilam dalam hati."Gak usah sungkan Nilam! Kalau emang kamu masih lapar, kita bisa mampir dulu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ke Makan Seseorang

    "Btw, kamu belum jawab pertanyaanku, Mba. Kok kamu keliatan happy banget pulang meeting? Apa ada sesuatu?"Nilam menyipitkan kelopak matanya sambil tersenyum. "Iih, kepo...""Yang serius dong, Mba. Kalau semisal emang Pak Jean hdah ke mode semula berarti kamu kalah," Talita menunjuk Nilam dengan jari telunjuknya. "Ayo siap-siap traktir aku makan siang seminggu loh."Nilam mengerutkan keningnya sambil menggembungkan sedikit pipinya. "Kan aku gak bilang happy kenapa. Jadi kamu belum tentu menang dong Mba.""Bodo amat. Pokoknya aku yakin kamu dan Pak Jean udah baikan.""Tapi— mba! Mba Talita..." Nilam menghentakkan kakinya saat melihat perempuan itu pergi menjauh. "Uuh, dasar."Karena sudah tidak ada lagi bestie yang mengajaknya bicara, Nilam pun memutuskan untuk kembali ke ruangannya sendiri.***Suasana kantin siang itu cukup ramai. Beberapa karyawan duduk berkelompok, menikmati makan siang sambil mengobrol santai. Di salah satu sudut, Nilam, Talita, dan Rina duduk di meja biasa mereka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Misi Pertama

    "Gimana Mba? Kamu setuju atau enggak?" tanya Talita tidak sabaran. Nilam menghela napas panjang, menimbang-nimbang tawaran gila dari Talita dan Rina. Otaknya berkata ini konyol, tapi hatinya juga ikut penasaran sebenarnya. "Ya deh, aku ikut," ujar Nilam akhirnya. Talita dan Rina langsung bersorak pelan. "Yes!" Keduanya terlihat happy. "Tapi kita harus bikin ini natural. Dan jangan sampek ada yang tau niat kita ini," tambah Nilam sambil melirik mereka dengan waspada. "Tenang aja, Mba. Ini bakal jadi rahasia kita bertiga," ucap Talita percaya diri. "Besok, kamu harus mulai akting sibuk chatting atau telponan sama 'pacar' barumu di kantor. Jangan langsung heboh, cukup kasih kesan kalau kamu lagi deket sama seseorang." Rina mengangguk setuju. "Yup. Kamu harus akting seolah-olah sedang kasmaran." Nilam menyipitkan mata. "Itu cringe banget gak sih?" Talita tertawa. "Ya biar terasa nyata, Mba. Lagian, Pak Jean pasti penasaran kalau kamu tiba-tiba sering senyum-senyum sendiri." Nila

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Cie, Cemburu

    "Nyariin apa?"Itulah yang Jean tanyakan saat setelah tim devisi Nilam memberikan presentasi mengenai solusi pengembangan marketing perusahaan. Semua anggota tim satu persatu keluar dari ruangan Jean, kecuali Nilam yang masih terlihat kebingungan."Nyariin pulpen Pak.""Jatuh?" tanya Jean sambil ikut ngintip di bawah meja."Enggak tau." Nilam membuka file-file di atas meja. Barang kali pulpennya terselip di sana."Ya udah, beli lagi aja! Kan cuma pulpen.""Enggak bisa gitu Pak.""Kenapa gak bisa?""Itu pulpen hadiah dari mas crush," jawab Nilam yang kini mulai mencari di bawah meja. Tapi benda itu tidak ada di sana. "Itu pulpen penting banget buat saya. Soalnya kalau pake itu pulpen saya jadi kebayang-bayang wajah mas crush."Mendengar penjelasan Nilam, Jean langsung berhenti membantunya untuk mencari benda tersebut. Duda 32 tahun ini malah merebahkan punggungnya di kursi kerjanya dan membiarkan Nilam sibuk sendiri."Oh si Dewa ya? Jadi— kalian pacaran?" tanya Jean dengan nada tak ser

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bikin Salting

    Nilam dan Rina berdiri di depan ruang rapat, menunggu Jean datang. Sambil menunggu, mereka bercakap-cakap dengan suara cukup keras agar Jean bisa mendengar begitu ia mendekat. "Nilaaam, gimana kencannya kemarin? Sukses gak?" tanya Rina memulai obrolan. Dia tampak tersenyum penuh arti ke arah kata Nilam. "Kalian jadi ke Bioskop?"Nilam tersenyum lebar sambil memegangi pipinya. "Jadi dong Mba.""Wiii, nonton film apa?""Horor sih Mba. Tapi aku gak ngeh ama plotnya."Rina mengerutkan keningnya. "Hah? Kok bisa? Kamu takut pasti ya pas nontonnya?"Nilam menggeleng. Ia terlihat malu-malu sesaat sebelum melanjutkan ceritanya. "Sebenarnya aku gak takut sih Mba. Tapi pura-pura takut aja biar bisa peluk dia.""Kyaaah..." Rina dan Nilam histeris. Suaranya yang heboh itu terdengar oleh Jean yang mulai berjalan mendekat."Terus gimana?" Rina melirik Jean dan kembali memancing Nilam untuk melanjutkan ceritanya. "Aku peluk lengan dia sampai filmnya mau abis Mba. Dan satu sih yang bikin aku kepiki

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Fokus Saja Padaku!

    "Coba ulangi, apa yang baru saja saya jelaskan!" Nilam langsung membeku. Rina buru-buru menunduk, menahan tawa. Semua mata di ruangan kini tertuju pada Nilam. Ia melirik catatannya, tapi yang tertulis di sana justru... coretan tanpa makna. "A-anu... emm..." Nilam mencoba tersenyum.Jean menaikkan sebelah alisnya. "Sudah aku duga, kamu pasti gak fokus!" ucap pria dengan setelan jas rapi itu dengan nada santai, tapi penuh sindiran.Seketika wajah Nilam terasa panas. Sementara itu, Jean masih menatapnya dengan ekspresi menang. "Saya... minta maaf, Pak," ucap Nilam akhirnya, menunduk dalam-dalam. Jean mendengus kecil. "Fokus, Nilam." "Siap, Pak," jawab Nilam cepat. Jean kembali menatap layar presentasi. Namun, sebelum melanjutkan rapat, ia berkata pelan, cukup untuk didengar Nilam. "Dan jangan terlalu sibuk memikirkan pria lain saat sedang bekerja. Fokus pada aku saja, oke!"Nilam menoleh cepat, tapi Jean sudah kembali serius dengan pembahasannya. Jantung Nilam kembali

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Rasa Penasaran

    Dikta hanya tersenyum simpul sebelum menjawab, "Cuma ketemu temen kok, Ma. Urusan kerjaan."Bu Sinta sebenarnya agak ragu. Tapi dia mencoba untuk mempercayai Dikta karena tidak ingin menyinggung putranya tersebut. "Ya udah. Yang penting kamu gak aneh-aneh."Dikta tak mengatakan apapun dan langsung pergi setelah ibunya memberikan ijin. Dia tidak ingin orang 'itu' menunggu terlalu lama di tempat mereka janjian.***Malam sudah larut ketika Dikta akhirnya pulang. Suara derit pintu membuat Bu Sinta yang sejak tadi duduk di ruang tamu langsung berdiri. Raut wajahnya menunjukkan kelegaan sekaligus kekhawatiran saat melihat putranya memasuki rumah."Dikta, kamu lama sekali..." ucapnya lirih. "Mama khawatir kamu bakal bertindak nekat seperti dulu."Dikta melepas jaketnya, menghela napas panjang sebelum menatap ibunya. "Ma, aku cuma ngobrol sama teman lama. Gak ada yang perlu dikhawatirin!"Bu Sinta menatapnya lekat-lekat, mencoba mencari kebenaran dalam ekspresi anaknya. "Dikta, kamu gak boho

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Dendam Yang Belum Usai

    "Aku gak bakal biarin Mama hidup susah. Aku janji, Ma! Aku bakal balikin semuanya!" suara Dikta bergetar penuh tekad.Bu Sinta menggeleng perlahan. "Dikta... semua sudah berlalu. Yang penting sekarang kita harus mulai dari awal dengan cara yang benar, Nak. Jangan terjerumus lagi ke dalam kesalahan yang sama. Mama gak mau jauh dari kamu lagi.""Gak bisa Ma! Kita harus bangkit!""Mau bangkit gimana? Gak ada yang mau nolong kita Dikta. Semua orang pergi saat kita susah, apalagi saat tau kamu itu seorang pem—" Bu Sinta menggigit bibirnya. Ia berusaha menahan diri untuk tidak melanjutkan kalimat yang mungkin bisa menyakiti hati anaknya.Dikta tersentak, matanya menatap nanar ke arah sang Mama. Ia merasa bersalah karena telah membuat ibunya menderita. "Maafkan aku Ma.""Nak— sekarang lebih baik kita berjuang untuk masa depan. Kamu coba cari kerjaan, apa aja gak masalah yang penting kita ada pemasukan," pinta wanita dengan kerutan di wajah dan lehernya tersebut. "Sambil kamu cari pekerjaan,

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bebas

    "Nak, Mama kangen banget sama kamu." Suaranya bergetar oleh emosi yang tertahan. "Akhirnya, Mama bisa bebasin kamu juga. Mama bersyukur sekali." Sosok itu— Dikta balas memeluk ibunya, merasakan betapa ringkih tubuh wanita itu kini. Sesekali, ia mengecup puncak kepala sang ibu, mencoba menenangkan diri dari gelombang perasaan yang menerpanya. "Dikta, kamu harus janji, nggak akan ngulangin kesalahan yang sama lagi!" pinta Bu Sinta, memegang wajah putranya agar ia menatap langsung ke matanya. "Kamu harus janji sama Mama bakal berubah jadi orang yang lebih baik setelah ini." Dikta mengangguk pelan. "Iya, Ma. Aku janji nggak akan ngecewain Mama lagi. Makasih ya, udah berjuang buat aku." Bu Sinta tersenyum lega, menepuk pipi anaknya dengan lembut. "Ayo pulang, Nak. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu." Tanpa banyak bicara, Dikta meraih tas jinjing besarnya dan mengikuti ibunya menuju mobil yang terparkir di depan. Saat ia masuk ke dalam mobil, aroma khas rumah yang sudah lama ia r

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Sarapan Spesial

    "Ayo tebak lagi," sahut Jean sambil menggoda putrinya."Ooh, aku tau..." Qila menjentikkan jarinya. "Papa pasti happy karena mau ketemu Mba Nilam kaaaan...""Sok tau.""Ya aku tau lah. Papa kan suka gitu kalau ketemu cewek cantik."Jean hanya menggeleng, sementara Qila tersenyum penuh arti. "Hush! Anak kecil gak boleh ngomong aneh-aneh.""Tapi aku bener kan, Pa?" Qila menyipitkan matanya penuh selidik. Dia sangat mirip Elisha jika sedang curiga."Gak tau." Jean menanggapi dengan santai. Sementara Qila terus mencecarnya karena penasaran. Bahkan anak itu terus saja menggoda sang Papa hingga keduanya sampai di gerbang sekolah Qila.Nilam tengah sibuk menuangkan kopi ke dalam cangkir ketika tiba-tiba sepasang lengan melingkar di pinggangnya. Napas hangat menyentuh telinganya, membuatnya hampir tersentak."Pagi, cantik," suara berat itu berbisik di dekat telinganya.Nilam langsung mengenali suara itu dan menghela napas, setengah geli, setengah pasrah. "Pak Jean, bisa gak sih sekali aja kam

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bagaimana Keadaannya?

    "Aku penasaran siapa orang itu dan— gimana keadaannya?"Jean agak kaget karena pertanyaan Nilam. Namun, ia segera menguasai dirinya dan mencoba bersikap santai. "Kenapa kamu tiba-tiba penasaran soal itu?" tanyanya sambil tetap fokus menyetir.Nilam menghela napas pelan. "Aku cuma penasaran aja, Pak Jeaaan. Emang gak boleh?"Jean mengetatkan genggaman di kemudi, lalu menghela napas. "Nilam, lebih baik kamu gak usah nanya soal itu lagi. Aku sudah menangani semuanya, dan orang itu sudah menerima konsekuensinya.""Maksudnya gimana? Dia dipenjara?" Nilam menatap Jean dengan ekspresi penuh selidik.Jean mengangguk pelan. "Ya, dia sudah dihukum sesuai dengan perbuatannya. Yang penting sekarang, kamu selamat dan bisa menjalani hidup dengan baik. Itu yang lebih penting."Nilam masih merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jean, tapi ia memilih untuk tidak mendesaknya lebih jauh. Lagipula, ia masih punya satu pertanyaan lain yang sejak tadi mengganjal di kepalanya."Pak Jean, boleh aku tanya

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Aku Penasaran

    "Tentu. Kamu mau nanya apa?"Perempuan itu meletakkan garpunya di atas piring dan menarik napas dalam sebelum akhirnya bertanya, "Mba Qila kalau pas bapak kerja ama siapa?"Jean agak terkejut saat mendengar pertanyaan perempuan itu. Namun sejurus kemudian senyum lebar melekat di wajahnya. "Qila di rumah sama ART. Kadang Bibi sama Neneknya datang ke rumah buat jagain dia.""Ohh."Ia menatap perempuan di seberang mejanya dengan raut penuh rasa penasaran. "Kenapa? Kamu khawatir sama dia?"Nilam mengangguk. "Iya. Apa dia gak kesepian karena sering di tinggal? Apalagi kamu kan sibuk?"Jean terdiam beberapa saat, seolah mempertimbangkan sesuatu yang berat. "Jelas saja dia kesepian. Makanya kalau dia sedang ingin ke kantor, aku dengan senang hati menuruti keinginannya. Lagipula, Qila itu anak yang sangat pengertian."Nilam mengangguk paham. "Bener juga sih. Dia anaknya juga keliatan baik dan ceria banget.""Iya. Aku juga bersyukur dia tumbuh dengan baik meskipun—" Jean tidak melanjutkan kali

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Tidak Sekarang

    "Kapan aku bisa bertemu Bu Mala?" Nilam hendak mengatakan sesuatu, tapi ponselnya lebih dahulu berbunyi hingga membuat fokusnya buyar. "Hah?!" Melihat Nilam yang kaget setelah memeriksa ponselnya, Jean pun bertanya, "Dari siapa?" "Mama," jawab gadis itu lesu. "Emang Bu Mala bilang apa?" "Dia nanya pulang jam berapa biar Surya jemput." Nilam melemparkan pandangannya ke arah Jean. "Kasih tau aku Pak, aku harus bilang apa ke Mama?" "Ya bilang aja kalau kamu pulang denganku?" balas Jean dengan santainya. Perempuan cantik itu menyipitkan pandangannya. Seperti sedang menimbang-nimbang perkataan Jean barusan. "Oke." "Oke?" Jean mengulang ucapan Nilam. "Tumben kamu jujur kalau—" "Aku akan bilang ke Mama kalau pulang telat karena harus ketemuan sama Nana. Pasti Mama gak akan curiga." Ia tersenyum lebar setelah menyusun kata-kata untuk membohongi sang Mama. Jean sedikit syok saat mendengar ucapan perempuan itu. Dia pikir Nilam akan berkata sejujurnya pada Bu Mala, tapi ternyata tebaka

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Pulang Bareng

    "Urusan apa?"Nilam menelan ludah. Ia bingung harus menjawab apa. Ia tak mungkin mengatakan bahwa ia menunggu Jean. Semua orang di kantor hanya tahu kalau ia dan Jean sebatas atasan dan bawahan, belum ada yang tahu hubungan mereka lebih jauh."Aku nunggu Bos Jean.""Hah? Ngapain? Kaliaaan, mau pulang bareng?" tebak Talita tepat sasaran."Enggak!" Nilam segera membantah. "Sebenarnya aku mau menemani Pak Jean meeting ama klien. Sekalian makan malam," jawabnya bohong.Rina dan Talita saling melemparkan pandangan. " Klien apa klien?" goda mereka kompak.Nilam berdehem, mencoba menutupi rasa malu dan juga gugupnya. "Apa sih? Kita beneran ada meeting kok."Talita dan Rina saling bertukar pandang sebelum akhirnya menghela napas panjang. Mereka mencoba mempercayai ucapan Nilam yang mengatakan bahwa ia akan menemani Jean untuk meeting. Walaupun percayanya gak sampai 30%. Apalagi sejak kejadian di kantor kemarin, dan kemarinnya lagi."Ya udah deh kalau gitu! Kapan-kapan abis ngantor kita ngopi-

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Keresahan Seorang Ibu

    "Surya!"Pria itu sedang menikmati secangkir kopi panas, rokok di sela jarinya, lengkap dengan sepiring pisang goreng ketika Bu Mala datang menghampirinya."Iya Nyonya." Dia hampir keselek ketika wanita paruhbaya itu datang. "Ada apa?""Daritadi aku mau nanyain ini ke kamu tapi lupa terus.""Nanya apa Nya?"Bu Mala duduk di kursi kosong sebelah Surya. Ekspresi wajahnya yang serius itu membuat supir pribadinya agak was-was."Kenapa kamu gak ngomong kalau Nilam kerja di perusahaan Jean?"Surya kaget. Matanya membesar namun sejurus kemudian ia tampak kembali santai. "Bingung saya Nyonya.""Bingung? Bingung gimana maksud kamu?""Ya bingung, Nyonya. Soalnya Mas Jean sendiri yang minta saya buat gak ngasih tau masalah ini ke Ibu. Soalnya apa yang harus dikhawatirkan, orang Mba Nilam aja amnesia dan gak inget siapa Mas Jean." Surya menjawab dengan sedikit ragu dan juga rasa gugup. Apalagi melihat ekspresi tegang lawan bicaranya. Seolah-olah dia sudah mengantisipasi kalau akan kena marah sete

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status