Gubrak … setelah beberapa kali mencoba, akhirnya pintu berhasil dibuka, mereka terpaku dengan pemandangan yang ada di dalam kamar.
"Astagfirullah."
"Karina," teriak Satria, dia langsung berlari menghampiri Karina, yang tergeletak di depan pintu kamar mandi, sedangkan Bu Tinna masih terpaku di tempatnya.
"Rin, sadar Rin, ini aku Satria." Satria mengguncang tubuh Karina, namun Karina tetap diam tidak merespon, wajahnya terlihat sangat pucat, Satria berinisiatif akan membawa Karina ke rumah sakit terdekat.
"Bu, tolong saya, Bu," tegur Satria kepada Bu Tina, yang langsung tersadar dari lamunannya.
"Eh iya maaf, aduh saya jadi ngelamun ngeliat keadaan Kar
"Ceritanya panjang Sat, aku malu kalau harus cerita semuanya sama kamu," jawab Karina dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya."Nggak papa cerita aja, keluarin semua beban yang selama ini kamu pendam, biar kamu lega, siapa tau aku bisa bantu.""Semuanya berawal …"Karina menceritakan semuanya kepada Satria, dari awal mula dia bertemu dengan Dehan, sampai dia bisa hamil di luar nikah, hati Satria terenyuh mendengar cerita Karina, dia seakan ikut merasakan sakit yang dirasakan oleh Karina."Kamu wanita yang kuat, aku salut sama kamu, kamu bisa ngelewatin semuanya sendirian," ucap Satria."Aku tidak punya pilihan lain, keadaanlah yang membuat aku
"Bukannya tadi kamu bilang calon istri, gimana sih plin-plan banget omongannya," cecar Bu Ayu."Jadi Ceritanya gini, Mah."#####"Nggak, pokoknya Mamah nggak setuju, kalau kamu nikahin dia, bisa-bisa jadi jelek nama keluarga kita, lagian kamu ngapain sih mau bertanggung jawab buat hal yang nggak kamu lakuin, orang yang makan nangkanya kamu yang kena getahnya!" cerocos Bu Ayu penuh emosi, dia sangat marah setelah mendengar cerita dari Satria."Tolonglah Mah, buat saat ini ngertiin perasaan Satria, Satria nggak peduli sama omongan orang, Satria juga nggak peduli sama statusnya Karina, yang Satria pengen sekarang cuma satu, yaitu hidup bahagia sama Karina." Satria berkata dengan tegas, namun tetap sopan dan tidak mengu
"Mertua kamu kok jadi sensi Karin, kayaknya lagi datang bulan dia," bisik Tante Ika kepada Karina."Ehm, saya denger apa yang kalian bicarain," sindir Bu Ayu, Tante Ika dan Karina mendadak diam, mereka melanjutkan acara makan malam tanpa ada yang berani berbicara.Selesai makan malam, Karina membantu membersihkan meja makan, setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamar, karena anggota keluarga yang lain sudah masuk ke dalam kamarnya masing-masing."Aku tidur di mana?" Tanya Karina pada Satria, yang sedang berbaring sambil memainkan gawainya."Tidur di sini, di samping aku, emang kamu mau tidur di mana," jawab Satria sambil menepuk kasur yang kosong di sebelahnya.
Pak Agung dan Satria saling melempar pandangan, sambil tersenyum."Kalian senyum-senyum kaya gitu kenapa," cetus Bu Ayu dengan tampang masam."Enggak kok Mah, sensi banget, udah kita lanjutin lagi sarapannya," jawab Pak Agung, sambil menyeruput secangkir teh hangatHari ini Satria kembali bekerja di kantor, karena masa cutinya telah habis, setelah sarapan Satria dan Pak Agung berangkat ke kantor."Aku berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik di rumah, kalau bisa ajak ngobrol Mamah biar makin dekat.""Iya Mas, hati-hati di jalan.""Assalamualaikum," ucap Satria, sambil melambaikan tangan dari dalam mobil."Waalaikumsalam."Di rumah kini hanya tersisa Bu Ayu dan Karina, setelah membantu Bu Ayu membersihkan halaman depan, Karina berniat untuk kembali masuk ke dalam kamar."Karin," panggil Bu Ayu, yang
"Awas aja kamu, kalau berani ngadu sama Satria," bisik Bu Ayu, sambil mencekal pergelangan tangan Karina dengan kuat, sampai Karina merasa kesakitan."Aw." Karina refleks mengaduh kesakitan."Kamu kenapa sayang?" tanya Satria, dia langsung menghampiri Karina dan memandang wajah Bu Ayu."Kamu ngeliat Mamah kayak gitu banget, nggak mungkinlah Mamah sakitin Karina, diakan menantu Mamah," tukas Bu Ayu mencoba membela diri."Aku nggak papa kok, tadi kaget aja bayinya nendang-nendang dari dalam perut," jawab Karina berbohong, dia tidak mau menimbulkan keributan lagi."Yaudah kamu istirahat aja di kamar." Satria menyarankan Karina untuk masuk ke dalam kamar.
"Daripada kamu marah nggak jelas, mending ikut sama aku aja yuk, aku mau tunjukin sesuatu," ajak Satria."Kemana?""Udah kamu siap-siap aja dulu, ganti baju, dandan yang cantik, aku tunggu di bawah ya."Karina terlihat bingung melihat tingkah suaminya, dia kemudian berganti baju dan menyusul Satria ke bawah.Selama di perjalanan mata Karina ditutup oleh kain, karena Satria sengaja ingin memberikan kejutan kepada Karin.Tibalah Satria di apartemen yang disebutkan oleh Pak Agung, dengan hati-hati Satria membantu Karina berjalan menuju ke lift, karena mata Karina masih ditutup."Udah boleh di buka bel
"Seharusnya Papah jangan ngomong kayak gitu, pergi kan dia.""Emangnya kenapa?" Pak Agung sedikit meninggikan suaranya."Mamahkan belum cerita banyak sama Cynthia, Mamah masih kangen sama dia, baru juga ketemu, udah langsung Papah usir aja.""Siapa yang ngusir, dia itu orang berpendidikan tinggi, jadi sebelum Papah ngomong, dia pasti udah ngerti kemana arah pembicaraan Papah."Hubungan Pak Agung dan Bu Ayu menjadi renggang, mereka sering ribut, bahkan hal sepele pun sering mereka permasalahkan.Tiga bulan berlalu, tibalah hari dimana Karina akan melahirkan, Karina merasakan kontraksi yang sangat hebat, perutnya terasa sangat mulas, pinggangnya terasa sangat
"Kamu jangan ngeliatin, aku malu," ucap Karina kepada Satria."Iya, matanya aku tutup nih," jawab Satria sambil menangkupkan kedua tangannya untuk menutupi matanya.Suster hanya tersenyum melihat tingkah mereka, kemudian suster memberikan bayi itu kepada Karina untuk disusui.Satria mengabari kedua orang tuanya, bahwa Karina telah melahirkan."Assalamualaikum," sapa Satria kepada Papanya yang berada di seberang telepon."Waalaikumsalam, ada apa, Sat?" tanya Pak Agung."Satria punya kabar baik Pah, Karina udah lahiran," seru Satria dengan senang.