Share

6. Tidak Main-Main Lagi

Ini baru hari pertama mereka ada di vila, tapi sudah banyak yang terjadi, sehingga ada beribu rasa didalam hati. Rasa ingin memiliki dan obsesi terasa begitu dominan. Ada peperangan diantara mereka, hanya saja tidak kentara. Bagaimanapun, beberapa dari mereka ada yang menyukai wanita atau pria yang sama dan tentu rasanya seperti sedang berada dalam sebuah kompetisi.

Elea duduk di kursi meja riasnya dengan tatapan kosong. Ia bingung dengan perasaannya. Terus terang, ia sedikit cemburu dengan tantangan Freya pada Ethan tadi. Tapi, ini baru hari pertama, mereka baru bertemu dan Elea tidak sangka jika ia akan menyukai seseorang secepat ini.

Bertopang dagu, jari-jari Elea mengetuk-ketuk mejanya. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana nanti di ranjang. Namun sepertinya ia tidak bisa dekat-dekat dulu dengan Ethan, ia harus jaga jarak. Tidak mungkin di malam pertama ia sudah langsung memeluk Ethan, pria itu pasti akan terheran-heran jika ia melakukannya.

Di tengah keruwetan pikiran Elea, tiba-tiba Arabella datang dari arah belakang. Ia duduk didepan Elea dimana meja rias milik Arabella memang letaknya berhadapan dengan milik Elea.

"Kenapa, El? Ada masalah?" tanya Arabella sembari mengambil beberapa tisu basah. "Memikirkan tentang Ethan dan Freya, ya?" tebaknya yang sangat to the point.

"Tidak juga." Elea tidak berani terang-terangan karena ia tahu jika Arabella pun tertarik pada Ethan.

"Jangan bohong. Tertulis di dahimu kalau kau cemburu." Arabella menunjuk dahi Elea dengan senyum jenaka. "Akupun cukup merasa cemburu saat Kevin dicium Grace. Tapi kan itu tantangan, jadi maklumi saja. Lagipula masih hari pertama, masih ada banyak hal yang terjadi."

Elea menarik napas dalam. Ia mengingat ulang tujuannya ke sini, dan juga mengingat Emma. Asisten sekaligus sahabatnya itu menginginkan Elea bersenang-senang, bukan malah banyak pikiran.

"Dan aku tidak mau memikirkan hal ini terlalu lama, kita bawa senang-senang saja." Arabella bangkit dari duduknya. "Ah dan satu lagi, aku bisa mencium Kevin kapanpun yang aku mau, bahkan tidak perlu tantangan. Kau pun juga begitu, apalagi Ethan memang tertarik padamu."

Sudut bibir Elea tertarik. Ucapan Arabella cukup membuat hatinya yang tadi gundah menjadi tenang. "Kau benar."

"Ya tentu saja!" Arabella mengibaskan rambutnya, pura-pura sombong. "Ya sudah, aku mau menghapus make up dulu," pamitnya dan pergi keluar dari ruang rias.

Karena peraturan dari awal mereka tidak boleh tidur lebih dari jam sembilan, maka sebelum jarum jam menyentuh angka itu, mereka sudah harus bersiap-siap tidur karena semua lampu di vila akan otomatis padam di jam sembilan tepat dan akan kembali menyala keesokan harinya di jam tujuh pagi.

Sekarang sudah pukul delapan lewat. Elea kemudian bangkit berdiri dan mengambil beberapa tisu. Ia keluar dari ruang rias dan masuk ke dalam ruang kamar mandi yang begitu luas.

Kamar mandi di vila ada dua. Tapi bukan berarti kamar mandi wanita dan pria berbeda. Mereka bisa memakai yang mana saja, tidak dilarang sama sekali.

Kamar mandi itu memiliki tiga walk-in shower yang terlihat gelap. Tentu saja, ada banyak orang yang keluar masuk kamar mandi dan tidak lucu jika ada seseorang yang sedang mandi dengan walk-in closet transparan.

Kemudian ada bathtub yang bisa muat dua orang. Elea jadi  tergoda untuk berendam dan memanjakan diri di sana.

"Kau mau masuk ke sana?"

Elea terkejut saat seseorang tiba-tiba berbicara dari belakang tubuhnya. Ia lalu berbalik dan orang itu ternyata Ethan.

"Kau mengagetkanku," ujar Elea agak kesal, ia melangkah ke arah wastafel dan menaruh tisu basahnya di sana.

"Oh ya? Maaf kalau gitu." Ethan berdiri di samping Elea. "Kau mau menghapus make-up mu?"

"Hm." Elea menoleh padanya. "Kenapa?"

"Aku penasaran dengan wajah tanpa make-up mu," jawab Ethan dan terkekeh pelan. 

"Ah itu." Elea tampak cuek dan fokus membersihkan wajahnya. "Wajahku jelek tidak pakai make-up."

"Aku tidak yakin." Ethan menatap pantulan dirinya di cermin didepannya dan tersenyum tipis.

Ethan kemudian mulai membuka kancing kemejanya. Membuat Elea disampingnya heran, tapi tetap diam. Dan setelah semua kancingnya terbuka, Ethan melepaskan kemeja dari tubuhnya lalu menggantungkannya ke hanger.

"Aku gerah sekali, jadi ingin mandi," gumamnya tanpa ditanya. "Kau mau ikut?" Ethan menatap Elea dengan tatapan polos seolah pertanyaannya itu pertanyaan biasa.

"Kau mesum sekali!" seru Elea memukul pelan lengan Ethan, ia juga tertawa setelahnya. "Tidak terima kasih. Aku bukan tipe orang yang terbiasa mandi malam."

Ethan tersenyum dan mengangguk-angguk. Elea sudah selesai membersihkan wajahnya dan seperti yang Ethan duga, wajah itu tidak ada bedanya dengan wajah Elea yang bermake-up.

Bulu mata Elea masih lentik. Alisnya masih tampak cantik dengan lengkungan yang pas dengan wajahnya. Bibirnya masih berwarna pink cerah dengan pipi yang mulus tanpa celah. Baru kali ini rasanya Ethan melihat gadis yang masih amat sangat cantik dengan wajah polos tanpa riasan apapun.

"Kenapa?" Elea mendongak menatap Ethan. Ia heran karena Ethan terlalu lama memandangnya.

Pandangan Ethan jatuh ke bibir Elea. Dorongan dari dalam tubuhnya menyuruhnya untuk mencicipi rasa bibir itu sekali lagi. Hingga akhirnya dengan berani Ethan maju selangkah dan menangkup pipi Elea. Tanpa permisi, ia mendaratkan bibirnya diatas bibir Elea, mengecupnya pelan sebelum melumat bibir atas dan bawah gadis itu.

Tangan Elea yang tadi masih menggantung di sisi tubuhnya, kini terangkat melingkar di leher Ethan. Ciuman itu terasa nikmat hingga mereka berdua secara tak sadar merapatkan tubuh mereka.

Tangan Ethan turun ke pinggang Elea, dan lagi-lagi meremasnya membuat Elea terbuai. Ciuman mereka juga semakin dalam, bahkan Ethan mengangkat tubuh Elea dan mendudukkannya diatas wastafel.

Merasa ketahanan sudah amat menipis, Ethan menyudahi ciuman mereka dengan mengecup ringan bibir Elea. Ia tersenyum lebar menatap gadis yang wajahnya sudah memerah didepannya.

"Kita harus berhenti sebelum berakhir dengan tubuh yang menyatu didalam sana," ujarnya menunjuk walk-in closet di belakangnya.

Elea tertawa pelan. Memang benar, ia pun bisa merasakan jika nafsu mereka berdua sedang meningkat tajam, jika tidak dihentikan, maka mereka akan benar-benar melakukannya.

Ethan mengurung Elea didalam lengannya. Sekarang, jantungnya sungguh berdebar kencang, dan ia ingin Elea merasakannya.

"Coba pegang dadaku."

"Hah?"

Mata Elea membesar kaget dan itu tampak lucu di mata Ethan. Ia pun menuntun tangan Elea ke arah dadanya, tepatnya dimana jantungnya berada.

"Kau merasakannya?" tanyanya dengan senyum lembut yang dari tadi tidak luntur.

Elea terdiam, mengamati apa yang telapak tangannya rasakan. Memang ada yang berdegup di sana, tetapi degupannya tidak wajar, hampir sama dengan jantungnya saat ini.

Ethan kemudian menurunkan Elea. "Pergilah dulu, nanti aku menyusul."

Elea mengangguk kecil dan Ethan memberinya pelukan singkat yang nyaman sebelum Elea meninggalkan ruangan itu. 

Bahkan, pelukan mereka terasa pas. Ia bisa memeluk erat tubuh Elea. Apalagi tinggi mereka tidak begitu jauh berbeda, jadi Ethan tidak harus menunduk cukup dalam hanya untuk memeluk gadisnya.

Elea masuk ke dalam kamar tidur. Memang ruangannya luas dan kasual, tetapi ranjangnya membuat Elea lagi-lagi ingin protes karena sangat kecil. Tapi ya mungkin ini taktik agar mereka tidur berhimpit-himpitan.

Elea naik ke tempat tidur, di sana ada dua bantal yang terdapat tulisan nama dirinya dan Ethan. Begini memang lebih baik agar bantal mereka semua tidak tertukar.

"Elea." Azalea tiba-tiba muncul dan berbaring di samping Elea, wajahnya cerah sekali, sepertinya dia bersenang-senang di sini. "Bagaimana hubunganmu dengan Ethan?" tanyanya setelahnya.

"Baik-baik saja," jawab Elea singkat. "Kau bagaimana? Kau dan Max seperti sudah ditakdirkan, ya. Aku rasa kalian pasangan sempurna pertama di vila."

Ucapan Elea itu membuat senyum Azalea semakin lebar. "Iya, kah? Aku juga berpikir seperti itu. Rasanya aku tidak ingin beralih ke pria manapun lagi. Cukup dengan Max saja."

"Lebih baik memang seperti itu jika kau sudah sangat yakin."

"Hei, apa yang kalian bicarakan?!" Arabella berseru dan melempar tubuhnya ke atas ranjang Elea, ia berbaring telungkup di tengah-tengah antara Elea dan Azalea. "Tentang para pria?"

"Ya begitulah," sahut Azalea. "Kemana Kevin? Masih di luar?"

"Ya, dengan Grace." Wajah Arabella mendadak muram. "Mungkin aku salah cari pria. Grace dengan Kevin cocok. Mungkin aku harus ganti pasangan dengan Theo atau Adrian yang masih lajang."

"Hm benar sekali. Sebelum mereka berdua cocok dengan yang lain, nanti kau jadi sendirian," ujar Azalea. "Aku rasa begitu, karena tidak semua dari kita akan cocok. Pasti ada yang lajang nantinya."

"Kalau memang begitu, apa akan ada penghuni yang dikeluarkan nantinya? Diganti dengan orang baru?" Elea jadi memikirkan hal ini. Ia juga jadi teringat dengan dirinya yang awalnya tidak ingin ada di acara ini. Namun, akhirnya ia malah khawatir kalau memang ada pencampakkan dan ia yang dikeluarkan dari pulau ini.

"Itu mengerikan. Semoga saja tidak ada. Aku sudah nyaman dengan kalian." Arabella memeluk Azalea dan Elea. "Aku yakin kita akan dapat pria yang tepat. Entah pun mungkin aku cocoknya bersama Ethan," ujarnya dengan wajah menggoda, tapi sebenarnya didalam hati ada harapan.

"Dia sudah berpasangan dengan Elea," sahut Azalea langsung. "Tapi ya memang kita tidak tahu. Karena kita semua juga belum berbicara banyak."

"Aku setuju." Elea menyetujuinya, walau agak berat. "Kita belum bicara ke semua pria, bisa saja ada yang lebih baik dari pasangan kita saat ini."

"Siapa yang lebih baik?"

Lagi-lagi Ethan sudah berdiri di sana tanpa disadari kehadirannya. Ia seolah muncul begitu saja dan mengagetkan semua orang.

Ethan menatap Elea dengan pandangan awas saja kalau kau bersama yang lain dan itu membuat Elea merasa kikuk.

"Hai, Ethan!!"

Dari arah pintu beberapa orang lainnya masuk, termasuk Freya. Wanita itu berlari kecil menghampiri Ethan dan langsung memeluknya serta mengecup pipinya. Dan hal itu terjadi tepat didepan mata Elea.

Azalea menatap Elea dengan wajah kecut. Jika ada wanita lain yang bersikap seperti itu ke Max, rasanya Azalea ingin menarik rambut wanita itu detik itu juga.

Arabella sendiri mengernyit menatap Freya. Wanita ini lebih liar darinya. Arabella juga tertarik pada Ethan, tapi rasanya tidak etis memeluk dan mengecup pria itu didepan Elea yang mana adalah pasangan tidur Ethan malam ini.

"Elea, aku akan ke tempat tidurku," ujar Arabella dan diangguki Elea. Lalu disusul oleh Azalea kemudian.

Setelah Freya melepaskan Ethan dan pergi ke tempat tidurnya sendiri, Ethan baru bisa naik ke tempat tidur. Suasanya agak canggung karena hal tadi, tapi tentu Ethan tidak ingin hal ini berlangsung lebih lama.

"Kau sudah mengantuk?" tanyanya sembari merapikan bantalnya.

"Lumayan," jawab Elea menyelimuti tubuhnya dengan selimut.

Satu yang paling dimengerti Elea saat ini, yaitu Ethan masih ingin main-main. Kalau pria ini mau serius, ia tentu menghargai wanitanya. Tapi, dari apa yang ia lihat, sepertinya belum. Lagipula, memangnya siapa wanita Ethan? Elea menertawakan dirinya sendiri. Ia tidak boleh berharap apapun pada Ethan. Pria itu masih main-main, kalau begitu ia akan melakukan hal yang sama.

Ethan menatap wajah Elea dari samping. "Kau marah?"

"Tidak." Elea membalas tatapannya. "Aku biasa saja."

"Baiklah. Kalau begitu, aku bisa tanya sesuatu?"

"Silakan."

"Bagaimana tipe pria idamanmu?" tanya Ethan. Pertanyaan ini memang sudah dari tadi ia ingin tanyakan pada Elea.

"Kalau dari penampilan, aku ingin dia sepertiku. Kalau dari sifat, aku ingin pria yang setia, tidak tergoda ataupun selingkuh dengan wanita lain karena aku sudah sangat muak dengan pria yang seperti itu," jelasnya. "Mungkin hanya itu, aku juga bingung jika ditanya tentang tipe ideal. Yang penting dia harus baik, dan juga tidak main-main seperti anak belasan tahun yang baru pubertas."

Mata Ethan mengerjap pelan. Jadi seperti itu pria yang diinginkan Elea, pikirnya.

"Kalau begitu aku tidak akan main-main, aku akan serius dan setia denganmu," ucapnya tiba-tiba dan mengejutkan Elea.

"Okey. Aku tunggu." Elea tidak yakin, tapi ia mengiyakan saja.

Ethan kemudian memiringkan tubuhnya, matanya sayu menatap Elea. "Aku boleh memelukmu?" tanyanya pelan.

Elea merasa bibirnya baru diberi lem, tidak bisa membuka. Ia juga dibuat kaget lagi oleh Ethan yang tiba-tiba berkata seperti itu.

"Elea?"

"Tentu." Elea tidak tahu harus mengucapkan apa lagi selain kata itu. Dan setelahnya, Ethan langsung memeluk Elea dari belakang, pria itu juga menghirup aroma tubuh Elea sebelum memejamkan matanya.

Dan tak lama kemudian, lampu tiba-tiba padam, semua menjadi gelap.

Elea masih membuka matanya, ia masih berpikir atas apa yang terjadi hari ini dan semuanya pasti terekam. Agak malu juga saat teringat ciumannya dengan Ethan di kamar mandi. Elea hanya berdoa semoga Emma tidak mendumel tentang ini nantinya.

Sementara itu, pasangan lain. Azalea dan Max saling memeluk dengan beberapa kali saling mengecup. Grace dan Freya sudah tidur, begitupun Theo dan Adrian. Sedangkan Arabella dengan Kevin diam-diam masih berbicara.

"Jadi, kau mulai merasa kau cocok dengan Grace?" tanya Arabella, ia memiringkan tubuhnya, saling berhadapan dengan Kevin.

"Aku tidak bisa mengiyakan karena ini benar-benar baru permulaan.  Jadi aku tidak tahu, aku juga belum banyak bicara denganmu," jawab Kevin berbisik.

Arabella menganggukkan kepalanya setuju. Memang benar, mereka belum ada bicara sama sekali. Arabella kemudian sedikit tegang saat Kevin tiba-tiba mendekat dan menciumnya tepat di bibir. Arabella tentu menyambutnya dan mereka berciuman cukup lama sebelum tidur dengan posisi berpelukan.

Arabella tidak tahu apakah ia mengkhianati Grace atau tidak. Tapi yang pasti ia juga mencari orang yang sesuai dengannya dan siapa tahu orang itu adalah Kevin, tidak ada yang tahu, bukan?

Keesokan paginya, tepat di jam tujuh pagi, ruangan yang tadinya gelap gulita mendadak terang karena lampu yang menyala. Alarm juga berbunyi cukup kencang hingga para penghuni vila terbangun dari tidur lelapnya.

Ada banyak perasaan yang tercipta. Ethan bangun dengan hati berbunga karena seseorang yang membuatnya jatuh hati berbaring di sebelahnya. Azalea bangun dengan tawa riang karena Max tiba-tiba menggelitikinya. Freya langsung turun dari tempat tidur dengan wajah agak kecut karena melihat Ethan dengan Elea. Dan Grace yang terpaku saat menyadari Kevin dan Arabella tidur berpelukan di ranjang yang berada tepat disebelah ranjangnya. Tidak ada hal lain yang lebih menyakitkan dari pada hal itu saat ini.

Ethan memeluk Elea cukup erat dan mengecup bibirnya dua kali. Ia suka memperhatikan wajah bantal Elea. Rasanya seperti sudah mendapatkan seorang pacar dan Ethan siap untuk memperlakukannya bagai ratu karena memang menurut Ethan, seorang pacar adalah seorang ratu juga, yang bertahta di hatinya.

"Aku akan membereskan tempat tidur," ujar Elea pelan.

"Kalau begitu aku akan membuatkanmu sarapan." Ethan mengecup Elea lagi. "Tunggu di sini." Dan setelahnya ia melesat pergi keluar dari kamar.

Elea meraba nakas di sebelahnya, mengambil mikrofon kecil lalu ia sematkan di bajunya sebelum membereskan tempat tidur.

Ethan berjalan ke arah dapur dan sudah banyak orang di sana. Mereka akan selalu sibuk saat pagi hari karena sarapan. Untungnya, makan siang dan makan malam sudah disiapkan oleh pihak KRA dengan membuat tim chef khusus untuk mereka.

Mata Freya berbinar begitu melihat Ethan. Ia lagi-lagi terpesona dengan pria itu, apalagi dengan rambutnya yang berantakan, Ethan malah terlihat semakin seksi.

"Pagi, Ethan." Freya merentangkan kedua tangannya, hendak memeluk Ethan tapi Ethan hanya memeluknya singkat dengan sebelah tangannya. Hal itu membuat Freya agak kecewa.

Arabella yang juga hendak memeluk Ethan juga mendapat perlakuan sama. Ethan tidak peduli mereka kecewa karena ia merasa sekarang ini ada hati yang ia harus jaga, meskipun Elea tidak ada di sini. Ethan hanya ingin menunjukkan pada Elea kalau ia tidak main-main dengan hubungan mereka yang sudah mulai terbangun.

Sementara itu, di tempat yang jauh. Seorang wanita duduk di meja makan dengan kopi didepannya. Ia sedang melamun saat ponsel didepannya berdenting. Ia kemudian melihat dan ternyata ada sebuah email yang masuk.

Isi email itu cukup panjang, tapi satu paragraf sebagai inti dari surat itu mencuri perhatiannya. Dan isinya adalah ...

Selamat! Anda lulus menjadi peserta program Sexy Single! Persiapkan diri anda dengan baik karena kami akan menghubungi anda begitu anda menyetujui kesepakatan ini. Dan dikarenakan program ini sudah dimulai, maka anda akan datang untuk menggantikan peserta awal yang akan dieliminasi di tengah program berlangsung.

Wanita yang tak lain adalah Delphi itu menutup mulutnya, tidak menyangka ia akan mendapat email ini. Email yang sama dengan email yang diterima Ethan.

"Jadi, aku diterima? Ini serius, kan?" gumamnya masih tidak percaya, tapi pengirimnya adalah pihak KRA, sudah pasti benar.

Delphi berdiri dari duduknya, ia hampir berteriak dan melompat saking senangnya. "Akhirnya! Kalau begitu aku akan bertemu dengan Ethan sebentar lagi."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status