HarsaAku cukup kaget merasakan bulu yang sangat lebat, aku baru pertama kalinya memegang selebat itu. Dan aku yakin nia tau maksudku ke klinik itu,“ada kabar bagus harsaaa” suara budi dari telepon.“apa?”“bini gue hamil, hahahahaha” lenguhku, aku pikir ada kabar bagus tentang masalahku ini.“selamatt, tiap hari proses selama lo di klinik ha?”“Ya lah, harus dong, lagian kan gue dah balik kerja disini, jadinya tinggalin rena lagi deh” memang resiko sebagai dokter seperti itu, jauh dari keluarga. Makanya aku gak mau ikut-ikutan jadi dokter.“oh ia, ada kabar dari bokap gue”“apa”?“ada sedikit kemajuan sekitar lima persen,”“masih panjang bud.. itu juga karena gue sakit jadinya mungkin itu kemajuannya”“no no no, ini berbeda, kata bokap gue. Lo harus salurin fantasi lo satu per satu, saat fantasi lo terpuaskan libido akan semakin berkurang secara permanent karena bantuan obat juga.”
-NiaBeberapa hari ini aku pulang malam, karena meeting untuk project besar boss harsa, itu cukup tertekan. Walau boss harsa kasih uang lembur.“aku pulang” suasana rumah masih sepi. tak seperti biasanya.“surat?”“Mama ikut papa beberapa hari, sayuran beras, sudah mama siapain.” Helaan nafas panjang, pasti mama ikut urusan papa, aku gak mau pikirin apa yang terjadi lagi. aku memilih mandi.“albert kemana ya, kalau dia pergi kenapa pintu gak di kunci.” aku yakin albert udah pulang, soalnya yang pegang kunci albert sama mama aja, aku gak pernah pegang kunci rumah.Selesai mandi tak ada batang hidung albert disini, pasti mama lupa kunci. Chatnya pun tak di baca sama albert.Baru jam delapan, aku memilih rebahan di Kasur sambil terbayang soal aku melakukan apa yang boss harsa minta . jujur Aku juga ikut horny saat di melakukannya hal itu.Tanpa sadar aku mengelus vaginaku sendiri dari luar celana, dan tanganku mere
Harsa-Meeting kemarin benar-benar kurang memuaskan, aku bisa lihat dari wajah-wajah mereka yang kurang tertarik dengan presentasiku, Andai ini gagal lagi, fix aku tak cukup bagus di posisi seperti ini. Dan harus di gentian yang lebih baik dari aku. dan berhasil ini sebuah pembuktian kalau usia muda seperti aku bisa berkompeten dengan yang udah senior.Mungkin Hara?… atau kak maxwell dan istrinya. Tetapi tak mungkin mereka sudah punya perushaan sendiri.Kak yua?. Gak mungkin sama sekali,. aku sedikit tertekan dengan posisi seperti ini.Ada yang berbeda juga sama nia beberapa hari ini, dia lebih pendiam. Seperti tak ada semangat. Apa mungkin karena kejadian di hotel kemarin. pasti ada masalah mendadak sampai dia memilih pulang sendiri.“pak, sudah jam empat sore, saat terapi” katanya tunjukin jadwalnya.“oke, sebelum itu saya mau tanya”“kamu baik-baik aja?”“iah pak,”“saya gak mau lakukan ini dengan pe
Nia-Ini yang aku kurang suka dari pak harsa, dia selalu melimpahkan orang-orang yang menjengkelkan untuk berbicara denganku. untungnya aku mulai terbiasa dengan hal itu. tapi tetap aja itu membuat kejelekan boss harsa ketahuan dikit demi sedikit.Aku penasaran apa yang di cari pak harsa sama mama nya, kalau aku tidak menerima telepon pasti aku tahu mereka mencari siapa.Selama mama pergi ikut papa, aku mulai kerjakan hal-hal kecil, termasuk cuci piring, sapu rumah, dan cuci pakaian. Awalnya memang berat di jalankan tetapi, kesekian kali aku mulai terbiasa. termasuk hari ini.aku duduk termenung membayangkan lagi perlakuan pak harsa saat threatment, aku menyukai sentuh-sentuhannya. Termasuk aku klimaks di hadapannya, kenapa tangan orang lain lebih gampang buat aku klimaks di banding tangan sendiri.“aahh kok bisa giniii” jeritku malu sendiri, membayangkannya.aku kembali ke kamar buat taruh pelembab muka, karena selama disini mama gak pernah aku liat pak
Harsa-Hari ini aku pulang ke rumah untuk temuin papa sama mama, aku benar-benar tertekan untuk masalah ini. Tak biasanya semua pada kumpul di rumah.“tumben anak bawang pulang ke rumah” ucap kak Maxwell, aku cuman kasih raut wajah lesu sambil ikut nimbrung mereka lagi ngobrol.di ruang keluargaTernyata mereka sedang membicarakan soal hara yang datang ke restoran kak yua, walau ia sedang mangangkut barang-barang kemarin, kami semua berpura-pura kalau tidak melihatnya.Ini semua rencana mama untuk hara, agar dia kangen suasana kumpul seperti ini. Entah berhasil apa ngak. Dia orangnya keras kepala kayak papa, makanya konflik sama papa berbuntut sampai hari ini.“haaaaaaaa~~~” lenguh nafas Panjang aku teringat kembali masalah perusahaan,Aku seperti gak sanggup untuk memegang perusahaan yang papa berikan, tapi tak ada orang lain yang dapat di percaya di perusahaan ini.Sepeertinya ini waktu yang tepat untuk cerita apa yang
-NiaAku merasa jadi canggung sama mada, gak seperti biasanya kalau ketemu dia. Harusnya aku gak kasih tau kalau aku lagi tunggu telepon dari ares.Tapi memang kenyataan begitu, aku semakin pesimis terhadap ares, sepertinya aku harus udahan sama dia, Aku gak mau menjadi beban dengan aku yang sekarang,Semakin yakin dia punya cewek lain selama aku gak ada kabar, Air mataku mau menetes seolah berat mengambil keputusan.Tapi teriang di kuping aku ucapan mada tempo hari, ucapan benar-benar menancam di kepalaku.“aku harus kuattttt!” gumam kediriku sendiri, dan aku berhasil untuk tidak menangis memikirkan ares.Mata aku mulai terlelap, tapi kembali terbuka saat terdengar suara mobil. Pasti itu papa sama mama baru pulang.Aku langsung bangun dan turun perlahan agar tak membangunkan albert, denyitan tempat tidur cukup keras walau aku sudah perlahan turun.“Hasilnya sama aja kan pah,”“yang terpenting albert sa
Harsa-Apa yang di rencanain bella sampai membuat jadwal nia untuk perawatan saat hari kerja, padahal dia sendiri yang tak suka menangani orang yang tidak terlalui kenal dekat seperti nia.“oii harsa..” ucap budi saat gue melamun.“haa tadi apa yang mau di omongin?” aku benar-benar melamun di dalam mobil, perjalanan menuju ke tempat papanya budi.“masalah perkerjaan kok, sorry” nia hari ini juga ikut, tapi dia lebih pendiam, mungkin karena dia kena omel aku, padahal aku gak ngomel cumin gemes aja.Dan hari ini harusnya jadwal untuk threatment, tetapi kata budi ada sesuatu yang mau di bicarakan.“sedikiit bocoran ya, “ ucap budi saat sampai.“apa?”“si rena ngidam buah kesemek, lo tau gak kesemek kaya apa?” gue langsung melirik tajam, nia terlihat terkejut, pasti dia pikir bocoran soal terapi.“hehehe, seriusan, gue tanya”“yah cari di pasar, klinik lo dekat pasar kan?”“yah, gak ah, di
Mada mengajakku ke bagian pasar yang cukup sepi, aku kira bakalan terjadi sesuatu, untungnya itu tak terjadi, mada tak melakukan macam-macam dan benar ia menemui seseorang yang entah siapanya mada.pagi ini aku jalan ke kontrakannya, tadi malam aku udah bilang ke dia hari ini mau antar ke perempatan lampu merah, untungnya dia mau walau ini hari minggu.“madaaaaa” teriaku pas mada keluarin motornya,“hoii” sapanya langsung ke arahku.“sekarang?”“iah, kamu mau kepasar juga kan?”“yup, tapi gak lama yah langsung balik, sering rajia di lampu merah”“iah siap,,, ” aku langsung naik ke motornya. udara pagi hari ini tak biasanya sesegar ini, mungkin tak ada truk sampah yang udah parkir depan pasar.“mat boleh tanya?”“boleh?”“tadi malam siapanya kamu? Orang tua kamu?” tanyaku karena penasaran, dia sangat dekat sama orang yang di sebut babeh resin.“ohh babeh resin, udah aku anggap orang tua