"Sahabat yang berkhianat akan sangat menyakitkan, tetapi itu adalah pengingat bahwa kejujuran dan kesetiaan adalah nilai yang tidak ternilai. Meskipun terluka kita jadi belajar untuk menghargai sahabat yang sejati." - Freya Alberta -
Chloe hampir tidak bisa tidur sepanjang malam. Dia terbangun karena mimpi buruk yang seakan-akan tidak berhenti menemani tidurnya. 'Ini benar-benar menyebalkan. Belum lagi aku harus bangun pagi-pagi dan mengajar.’ Diraihnya sebuah gelas berisi minuman di atas nakas kecil di samping tempat tidurnya. Chloe mempunyai kebiasan, di atas nakas itu, selalu tersedia segelas air putih. “Mimpi buruk ini membuatku kehausan,” gumamnya pelan. Dia melirik handphone yang terletak di atas nakas itu. Diperiksanya handphone tersebut. Ternyata ada beberapa pesan dan puluhan panggilan tak terjawab di sana. Rupanya baterai handphone juga sudah mulai berkurang. Dia segera mengisi daya baterai dan mencoba untuk kembali tidur. Tapi semakin dia mencoba, semakin susah rasanya. Pling! Terdengar suara pesan yang masuk. Chloe hanya melirik sebentar lalu kembali memejamkan kedua netranya. Dia terlalu lelah untuk memeriksa siapa pengirim pesan tersebut. “Aku tidak yakin kalau Albert-lah yang telah memberikan
Chloe memungut beberapa helai daun yang menurutnya begitu menarik. Kebetulan juga mata pelajaran pertama hari ini adalah Ilmu Pengetahuan Alam dengan tema pergantian musim. Bagi Chloe, Musim gugur adalah musim paling indah karena diidentifikasi dengan perubahan warna yang mencolok pada dedaunan dan tumbuhan di alam sekitar. Dan salah satu perubahan yang paling disukai Chloe adalah warna-warna indah sejauh mata memandang. “Wow! Engkau luar biasa, Tuhan. Aku suka sekali melihat warna-warni dari dedaunan musim gugur." “Apakah kamu juga suka Autumn?” tanya seseorang dari arah belakangnya. Glek! Chloe berdiri mematung. Dia tidak berani untuk membalikkan tubuhnya karena dia sudah tahu siapa pria yang menyapanya itu. ‘Apakah aku berpura-pura saja seolah-olah tidak mendengar apa yang dia katakan tadi?’ Chloe pun sengaja menyibukkan dirinya dan mengumuti beberapa lembar daun dengan warna-warna yang berbeda. Melihat gadis itu tidak merespon, pria itu sepertinya tidak betah diperlakukan
“Kenapa kamu tega mengkhianati anakku?” teriak Mrs. Kellie , ibu kandung Albert. Wanita itu memberikan tatapan yang tajam dan menggigit ke arah Chloe. Walaupun dia sebenarnya menyukai gadis itu, tapi saat mendengar cinta putranya telah dikhianati oleh gadis itu, hatinya sebagai seorang ibu ikut tersakiti. Dia sedih melihat Albert yang uring-uringan selama beberapa hari terakhir ini. Chloe tertunduk diam. Dia ingin sekali berteriak kembali kepada mereka dan mengatakan kalau semua itu bukanlah kesalahannya. Namun, lidahnya kelu, tidak bisa diajak kerja sama. Mr. Steven berdiri tidak jauh dari Chloe. Wajahnya masih memerah setelah Albert menceritakan semua yang telah anak gadisnya lakukan di malam pesta lajang itu. Berita itu bagaikan petir di siang bolong baginya. Sewaktu Albert menelponnya dan memberitahukannya bahwa Chloe telah berselingkuh, dia tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia memilih untuk percaya dan dengan seratus persen yakin kalau anak gadisnya tidak akan pernah mela
“Apa keputusan kamu sekarang Albert? Apakah kamu akan tetap meneruskan rencana pernikahan ini?” tanya Mr. Ragnar memecah kesunyian yang ada dalam ruang tamu yang luas dan mewah itu. Albert berdiri dengan gelisah. Dia sepertinya belum siap untuk menjawab pertanyaan itu. Mr. Ragnar mendekati putranya dan membisikkan sesuatu kepadanya. Tak lama kemudian, Albert mengangguk setuju dan tersenyum singkat kepada pria yang telah mendidik dan membesarkan-nya itu. “Thanks, Dad.” Mr. Ragnar hanya mengangguk pelan. Albert lalu memandang Chloe sebentar dan menghembuskan napas panjang, seolah-olah ada beban yang menghimpit dadanya. “Aku masih ingin melanjutkan pernikahan ini.” Tarikan dan hembusan napas lega dari kedua orang tua Chloe terdengar memenuhi ruang tamu itu. Keduanya terlihat cukup puas dengan keputusan Albert. Setidaknya mereka tidak perlu repot-repot menutupi aib yang menimpa Chloe. Apalagi kalau sampai mereka membatalkan pernikahan itu karena Chloe telah ternoda oleh seorang pr
Mr. Steven hanya membisu sepanjang perjalanan pulang. Dia malu dengan kejadian yang telah terjadi, atau lebih tepatnya kecewa dengan kebenaran yang ada. Anak gadis yang selama ini dia bangga-banggakan, tega mengkhianati calon suaminya sendiri sebelum hari pernikahan mereka. Sebagai seorang yang begitu taat beribadah, perbuatan anaknya benar-benar mencoreng arang di mukanya. Kebanggaannya sebagai seorang ayah yang akan mengantarkan anak gadisnya di altar pernikahan kudus dan suci, kini lenyaplah sudah. Hatinya hancur dan sakit. Bahkan untuk menatap Chloe saja, dia tidak sanggup. Begitu mereka tiba di rumah, Chloe meraih tangan ayahnya. “Dad, please. Itu semua tidak seperti yang daddy bayangkan.” Suara Chloe bergetar. Dia tahu bahwa mereka telah terhasut dengan cerita Albert. “Daddy masih sangat kecewa dengan semua ini, Chloe. Maaf, berikan daddy waktu.” Chloe mencoba menahan tetesan air matanya, tapi semua itu sia-sia belaka. Padahal tadi dia sudah berjanji pada dirinya sen
Sempat terjadi keributan di Sky pub and hotel, beberapa menit setelah Freya menelpon polisi. Banyak pengunjung pub yang heboh dan terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa telah terjadi pembunuhan di sana, sementara mereka sedang asik-asiknya menghabiskan malam itu dengan minum-minum dan berdansa.Ternyata kekacauan tidak hanya terjadi di dalam pub, di depan pub juga, banyak orang yang berkumpul dan menyebar di sepanjang trotoar. Teriakan, bisikan dan desiran kamera ponsel menciptakan kekacauan yang semakin besar.Beberapa warga dan pejalan kaki yang berada di sekitar area pub itu mencoba untuk menyaksikan apa yang terjadi, sementara yang lainnya berusaha menghindari keramaian.Teman-teman Chloe terlihat ketakutan, apalagi setelah mengetahui bahwa Freya yang menemukan mayat itu. Di dalam keramaian dan kehebohan setelah penemuan mayat di pub itu, terdengar bisikan-bisikan mereka dengan ekspresi kebingungan dan kengerian. Itu semakin menciptakan suasana yang tegang di antara mereka.“Apa
Audrey melompat dari tempat duduknya dengan gusar. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. “Sialan, kenapa rencana itu bisa gagal?” rutuknya sambil berjalan mondar-mandir seperti setrikaan. Pikirannya kacau. Dia resah karena apa yang ia inginkan, tidak berjalan sesuai dengan rencana yang sudah dipersiapkannya matang-matang. “Hancur! Semuanya hancur berantakan karena pria bodoh itu meregang nyawa! Arrgggh, benar-benar tidak berguna. Kenapa sih dia harus mati? Sial, sial, sial!" Audrey memaki-maki sepuasnya. Kembali dia berjalan mondar-mandir seperti cacing kepanasan. Seluruh tubuhnya meraung-raung dalam geram dan marah. "Kutu kupret! Seharusnya aku sudah menikmati hasilnya sekarang." Audrey menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gusar. “Haaah!!! Rasanya ini seperti sebuah cerita komedi yang tidak lucu. Aku berharap ini hanya sebuah mimpi buruk.” Mata Audrey dipenuhi amarah dan kebencian. Karena kesal, Audrey menyapu semua peralatan make-up di atas meja rias dengan
“Tuan Mateo, apakah Tuan sudah melihat berita di televisi hari ini?” tanya Isac sambil menyerahkan beberapa laporan mengenai perkembangan bisnis milik Mateo. “Aku tidak punya waktu untuk menonton hal-hal seperti itu.” “Tapi berita itu sangat penting, Tuan.” Mateo menghentikan kegiatannya dan menatap Isac. Dia tidak suka diajak bicara saat sedang memeriksa laporan bulanan. Tetapi melihat kesungguhan di wajah pria itu, Mateo pun menjadi penasaran. “Apa maksudmu dengan mengatakan bahwa berita itu sangat penting?” Isac menatapnya gugup. “A-ada berita pembunuhan di pub tempat Tuan bertransaksi bisnis hari Sabtu lalu.” “Lalu, apa hubungannya dengan aku?” ucap Mateo kesal. “Tentu saja ada hubungannya dengan Tuan.” “Maksud kamu?” “Apa Tuan belum melihat isi keseluruhan dari rekaman CCTV yang saya kirim?” “Belum!” “Pembunuhan itu terjadi di pintu keluar darurat. Dari rekaman CCTV, Tuan terlihat sedang menuju toilet yang terletak tidak jauh dari pintu keluar darurat.” “Hmm, lalu?”