ššš
Sejak awal wanita itu datang ke rumahnya, Dewa sudah merasa terpesona dengan sikap sopan nan lembut yang Uly tampilkan.
Namun, saat ia memperkenalkan diri sebagai kekasih Arya, rasa kagum itu seolah berganti menjadi gejolak amarah.
Dewa selalu benci saat Uly datang ke rumah karena ingin mendekatkan diri dengan keluarga Arya. Apalagi mendengar harapan wanita itu yang ingin segera menjejaki hubungan lebih serius setelah kepulangan kakak tirinya itu.
"Belum berpengalaman, eh?" ejek Dewa saat tak merasakan balasan, ia makin merapatkan tubuh menggoda.
Perempuan itu bergerak gelisah, ingin menarik diri tapi ditahan oleh bocah yang kini berstatus sebagai
Uly menatap bimbang Dewa yang sudah duduk di atas motor besarnya, bersiap mengantar wanita itu pergi bekerja."Ayo, Ly, buruan ntar telat," ucapnya."I--iya, tapi ... kamu yakin bawa motor gini, rok aku gimana?" tanyanya pelan.Dewa berdecak. "Enak naik motor, nggak kena macet. Lagian kamu ngapain pake rok pendek gitu? Ganti celana sana!" titahnya.Uly melihat ke bagian bawah tubuhnya. Rok selutut yang dipakainya sungguh sudah amat sopan, tak terlalu pendek ataupun ketat. Tapi, akan sangat tidak nyaman jika ia harus menaiki motor besar pria itu."Nggak pendek banget," sangkal wanita itu."Pendek, dan aku nggak suka. Ganti!" sahut Dewa tegas.Uly menghembuskan napas panjang sebelum kembali memasuki rumah untuk menuruti perkataan suami berondongnya itu.Tak lama, wanita itu kembali dengan celana bahan panjang berwarna cream."Sudah,"
Uly membayar ongkos ojek online yang ditumpanginya lalu berbalik dan berjalan memasuki pekarangan rumah baru yang ditempatinya bersama suami brondongnya. Wanita itu mengernyitkan dahi saat melihat ada sebuah mobil yang tak dikenalinya terparkir di depan rumah.Dengan langkah ragu-ragu wanita itu mendorong pintu yang tak tertutup rapat, dan yang di dapatinya adalah seorang gadis muda menempel di lengan suaminya yang sedang serius menatap laptop."Widiiiih ... ada perempuan cantik bengong depan pintu," sorak Arka yang berjalan dari arah dapur.Dewa spontan mendongak, sejenak menatap dalam diam istrinya yang berdiri kaku di depan pintu."Sudah pulang?" Dewa akhirnya bersuara.Uly menarik napas panjang, mengangguk perlahan mengabaikan sentilan sakit di hati yang paling dalam."Siapa lo, Wa? Kok lo nggak bilang tinggal sama perempuan cantik gini? Pembantu atau--""Kakak
Pagi-pagi sekali Uly dikagetkan dengan kedatangan beberapa orang yang mengantarkan sebuah mobil mewah yang dihiasi pita besar beserta balon berbentuk hati.Uly semakin kaget saat dengan tiba-tiba Dewa memeluknya dari belakang, menghirup aroma rambut Uly setelah orang-orang itu pergi."Happy birthday, My Wife. Tapi, ini kado untuk pernikahan kita," bisiknya serak."Kado?" tanya Uly tak percaya"Ya, kamu senang?"Uly menggeleng, melepas pelukan Dewa dan memutar tubuhnya."Dewa, kamu harus mempertimbangkan kata-kataku kemarin. Tidak perlu melakukan semua ini untuk berpura-pura atau menutupi niat kamu sebenarnya."Dewa mengernyitkan dahi tak suka. "Kamu pengen banget pisah sama aku?""Wa, hubungan yang--""Kamu masih cinta sama Arya? Atau malah sudah berpaling pada Juno?" tuduhnya."Aku nggak begitu!" sang
Sore ini Dewa menepati janjinya ingin mengajari Uly mengendarai mobil baru yang sebenarnya ia beli dari hasil jerih payahnya sendiri.Dewa Angkasa, pemuda yang tak banyak bicara. Berbuat semaunya yang dianggap orang banyak sebagai tindakan pembuat onar.Ya, dulu dirinya begitu sering mencari-cari perhatian papinya, berharap pria tua itu mau meluangkan sedikit saja waktunya untuk sekedar melihat putranya yang hidup kesepian setelah kehilangan sang mami.Namun, pria tua itu malah salah mengartikan, ia menganggap Dewa butuh kasih sayang dari sosok seorang ibu, sehingga ia memilih untuk menikah lagi yang pada akhirnya malah semakin memburuk hubungan keduanya."Pertama-tama kamu harus duduk dengan nyaman, jangan gugup ataupun grogi." Dewa mulai memberi arahan."Oke," sahut Uly pelan."Sekarang aku akan jelasin beberapa fungsi dari alat-alat yang ada di depan kamu."
Pagi ini Uly sedang sibuk di dapur memasak sarapan untuk dirinya dan juga Dewa. Ini adalah hari libur dan kebetulan tak ada jadwal pertemuan dengan siapa pun.Menu pagi ini ia memasak salad sayur yang dipadukan dengan sedikit daging dan pasta.Uly melakukan semuanya dengan ulet, dia memang terbiasa memasak jika berada di kampung. Hanya saja saat tinggal di kampus, ia lebih sering makan di kantin atau di luar dengan rekan-rekannya."Hm, harum." Suara serak dari balik punggungnya membuat Uly menoleh."Selamat pagi," sapa wanita itu sat mendapati Dewa berdiri dengan wajah baru bangun tidurnya."Pagi, My Wife." Dewa melingkarkan lengan di perut wanita itu dan menempelkan bibir di pundak terbuka wanita itu.Pekikan kecil dari bibir Uly pun terdengar. "Aku lagi masak, Wa," protesnya."Yaudah masak, aku nggak ganggu kok," sahutnya acuh.Tidak men
Mobil berhenti di halaman luas rumah megah milik keluarga Angkasa. Dewa menghela napas panjang sebelum melepas safety belt dan menoleh ke arah istrinya yang sudah siap sedia.Pemuda itu mendengus samar. "Sangat siap bertemu mantan?" Sindirnya jelas.Uly menoleh dan menggeleng pelan. "Jangan cari masalah sekarang, Wa," sahut wanita itu.Dewa mencebik kesal. "Kamu jangan dekat-dekat sama Arya nanti," ucapnya mengingatkan."Kamu suruh dia makan di Amazon!" sahut Uly jengkel. Makin ke sini, kesabaran Uly makin dikikis habis.Sungguh, dulu dia memang menyukai Arya. Pria itu baik, bijaksana dan terlihat dewasa sehingga ia berpikir bahwa Arya adalah lelaki idamannya yang pasti bisa mengayomi. Tapi nyatanya semua hanya omong kosong.Lalu kini, setelah ia menikah. Perasaan itu sudah tidak ada. Meski awalnya ia begitu kecewa karena cita-cita hubungan semanis romansa yang dibayangkan nya h
Enjoy š¹Uly dan Dewa terpaksa menginap karena tiba-tiba saja kesehatan sang papi terganggu. Pria tua itu mengalami pusing serta tubuh yang katanya sangat melemah.Dewa yang melihat hal itu memutuskan pulang keesokan hari saja sambil memantau kondisi papinya.Meski marah dan sedikit kecewa, dia tak mungkin meninggalkan sang papi dslam keadan seperti ini. Apalagi dengan sikap dan prilaku Tere yang sudah mulai terlihat aslinya, mungkin dia sudah bosan berpura-pura lembut dan penuh kasih sayang.Dewa tahu, Tere memang punya rasa sayang yang tulus untuknya. Tapi sikap ambisius serta ingin mengatur semua sesuai keinginannya membuat Dewa gerah. Tere bukan ibu kandungnya, wanita itu tak memiliki hak memaksakan kehendak di hidup Dewa.Pemuda itu menghela napas seraya memandang lembut wanita yang sedang sibuk dengan kompor dan spatu
Pagi ini Uly bangun lebih awal dan segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi di rumah besar keluarga Angkasa. Bersama Bulek Atik ia membuat sandwich roti panggang dengan isian irian alpukat serta telur orak-arik. Uly juga memasak bubur untuk papi mertuanya, tak lupa pula membuatkan kopi yang menurut Bulek Atik selalu di konsumsi Arya.Semua telah selesai dan tersaji di atas meja. Uly hendak naik ke lantai dua dan membangunkan Dewa, tapi kedatangan Arya yang menyapanya membuat ia berhenti sejenak."Wow, sarapan istimewa karena di masak oleh menantu keluarga Angkasa," ucapnya dramatis.Uly berdehem pelan, merasa malas untuk meladeni, tapi harus karena demi kesopanan.