PRANGG!! Mangkuk berisi bubur jatuh dan pecah seketika. Sebuah tangan mencengkram bahunya, tampak guratan urat yang menonjol di sisi punggung tangan yang berwarna pucat. Arumi terjepit. Salah sedikit, sudah dipastikan lehernya akan tergorok. Dinginnya benda logam itu terasa menggerogoti lehernya. "Tunjukkan di mana kau menyembunyikan benda berharga.""Aku tidak tahu," cicitnya gemetaran. "Jangan berbohong. Apa kau ingin mati.""Ti-tidak.""Tunjukkan sekarang."Jantung Arumi mencelos, baru gagal menikah, tercebur dan masuk antah berantah, kini dia sudah berada di ambang kematian. ya Tuhan, berat sekali cobaan-Mu pada hamba yang cantik dan lemah ini. Dia baru saja membuka mata. Sama sekali tidak tahu tentang apapun, apalagi soal harta.Pasrah ditunjuknya lemari kayu. Pastilah terdapat benda berharga didalamnya. Entah uang atau apapun, terserah saja. Yang penting dia terbebas. Pria itu menyeretnya menuju lemari lalu menendang pintu dengan sebelah kaki hingga terbuka dan menggeled
Pemuda itu menyipit saat melihat seorang pria tua yang tengah berbelanja, dia menurunkan caping yang dipakainya untuk menyembunyikan wajah, lalu perlahan menyingkir dan menjauh. Pak tua itu keliatan baik-baik saja, dia terlihat begitu tenang seakan tidak terjadi sesuatu, apa rencananya tidak berhasil? Dia menggigit bibir gelisah. Sebuah anak panah melesat, pria bercaping waspada dan menghindar, lalu berlari menuju tempat sepi. "Sial. Apa pasukan lembah hitam sudah mengetahui keberadaanku. Baru 3 hari yang lalu aku mengelabui mereka dan sekarang mereka sudah menemukanku. Ck. Merepotkan."Dia mengeluarkan pedang dari tangannya lalu bersiap sedia dengan serangan yang akan diterimanya. Pria berkepala botak menebaskan pedangnya, pria muda itu menangkis lalu menendangnya hingga terpental. Tiga orang maju serentak mengayunkan kapak, dia berkelit, menangkis serangan di tengah dan menendang serangan dari kanannya. Lalu dia melompat, berlari terbang menendang orang-orang yang berlarian me
Saat menyiapkan teh, tak sengaja Lien Hua melihat kursi tua milik Yeye, kursi yang sepertinya terbuat dari kayu Mahoni itu tampak halus dengan corak kemerahan. Dulu Yeye meletakkannya di taman samping, tempat dia pertama kali bertemu. Saat mencari makanan, dia melihat pria tua itu termenung , menatap jauh lalu menghela nafas. Menuangkan sebotol minuman dan meneguknya. Sering pula dia melihat mata pria tua itu berair setelah menatap pintu gerbang lama, minum berkali-kali lalu jatuh tertidur. Setiap hari pak tua itu melakukan hal yang sama hingga membuatnya merasa kasian. "Akhirnya ketemu." Pria dengan perawakan lebih muda menangkapnya. Dia meronta namun cekalan pria itu membuatnya menggeliat pasrah. "Ada apa?" Yeye mengalihkan pandangan dari luar gerbang lalu menatap hasil tangkapan Li. "Ini hama yang sering memakan tanaman di sini." Li menunjukkan sisa makanan yang masih berada di mulutnya. "Biarkan saja. Dia yang selalu menemaniku di sini setiap hari. Melihatnya makan dengan l
"Ketua sudah datang." Paman menyambut Yeye yang datang membawa beberapa barang. Tangannya menggenggam kotak kayu yang berisi rempah herbal. "Perjalanan kali ini cukup melelahkan, tidak semua bahan bisa kudapatkan." Yeye meletakkan bungkusan yang dibawanya. Beberapa hari ini Yeye ke kota Yangzhu untuk mencari bahan herbal yang sudah habis, klinik pengobatan miliknya cukup terkenal di kalangan bangsawan karena obatnya yang mujarab. Penduduk pun sering datang untuk mendapatkan pengobatan gratis darinya, walau tempatnya lumayan jauh dari pemukiman penduduk, selalu ada yang datang setiap hari untuk meminta pengobatan. Paman Li membantu menyimpan herbal, sementara Lien Hua menyiapkan secangkir teh. "Apa ada sesuatu yang terjadi saat aku tidak ada." Pria berambut putih itu melepas jubah luarnya lalu menyesap teh buatan Lien Hua dengan nikmat. "Pencuri datang membuat keributan di kamar Arumi. Untung saja dia baik-baik saja," jawab Paman."Pencuri? " Yeye mengangkat alis. "Sebelumnya j
Yeye menatap lekat kristal di depannya, dia yakin sekali bahwa ini adalah batu kristal yang sering dia dengar dahulu. Berbentuk oval berwarna ungu kemerahan dengan sedikit ujungnya yang terbelah. Walau belum pernah melihatnya secara langsung dulu, dia percaya batu kristal ini milik leluhurnya yang diberikan secara turun temurun. Diceritakan, batu itu berkhasiat sebagai penyembuh, menyingkirkan energi negatif, dan memiliki efek menenangkan. Kristal itu sangat berguna dalam pengobatan, karena kristal itu jualah keluarganya termasyhur sebagai tabib yang hebat. Terakhir didengarnya bahwa Nenek menyembuhkan Raja yang terkena ilmu sihir, kutukan yang begitu dasyat membuat nenek kewalahan bahkan Amethyst retak.Sejak itu dikabarkan Nenek jatuh sakit dan kristal itu menghilang, memang sedikit janggal karena Nenek tidak pernah membawa benda itu keluar dari klinik ini, namun kristal itu tidak pernah ditemukan. Bahkan sampai Nenek menutup mata.Kini tiba-tiba kristal ini muncul di kamar men
"Yeye, dari tadi gadis itu selalu menatapku," rengek Zhan An pada Yeye dengan bersungut, sementara matanya melirik Arumi. Lien Hua mencibir. Cih, sok imut. sudah gatal tangannya ingin menggerus mulut pemuda berambut ikal yang sedari tadi mengerucut itu, selalu ada hal yang membuatnya merengek dan memuncungkan bibirnya. Sebelumnya dia mengeluhkan teh yang terlalu panas, karena membuat bibirnya hampir melepuh, tak berapa lama kemudian sup ayam buatan paman Li yang sangat nikmat luar biasa disebutnya hambar hingga membuatnya kehilangan selera makan. Bahkan saat Yeye tak sengaja menginjak kakinya pun membuatnya merajuk dengan mengatakan bahwa Yeye tidak menyayanginya. Wahh, keterlaluan. Lien Hua penasaran bagaimana pemuda busuk itu memanipulasi orang saat dia hidup di luar sana. Yeye terkekeh sambil mengelus bahu Zhan An. "Mungkin, dia terkesima melihat ketampananmu. Tidak ada orang yang bisa menandingi wajah cucuku yang bersinar ini, hehe." Pujinya membuat pemuda itu terbang ke langi
"Jadi kau di sini. Bocah tengik." Zhan An mendapati Lien Hua yang tengah mengintip Yeye dari lubang pintu. Gadis itu menoleh pias, karena Zhan An memutar telapak tangannya dan menggunakan energinya untuk menangkapnya, segera dia memberontak dengan mengerahkan segala tenaga namun energinya seakan di segel. "Kau mencelakai Yeye.""Aku bukannya ingin mencelakai Yeye . Aku hanya ingin memberimu pelajaran.""Omong kosong! untuk apa?!""Karena melihat mukamu. membuatku muak!" "Tidak perduli apa katamu, yang pasti aku melihat dengan mataku sendiri kau telah menyakiti Yeye." Rangga menyeret tubuh Lien Hua. "Lepaskan aku sialan! lepas!!"Guratan demi guratan yang terbentuk di belakang tubuhnya saat diseret membuat gadis itu menjerit. Zhan An bahkan mengangkat ujung telunjuknya membuat kepala Lien Hua menengadah karena rambutnya seakan ditarik kuat. "Aku akan membalasmu Bangsat! akan ku cabik dagingmu dan mencabut semua tulangmu lalu membuangnya di kolam agar dagingmu menjadi santapan ikan
Zhan An meniup peluit pemburu yang terbuat dari bambu untuk memanggil burung setelah meletakkan beberapa beberapa buah pisang dan semangkuk air.Selain berpetualang hal yang membuatnya bahagia adalah bermain bersama burung, karena kicauan burung membuatnya merasa tenang, "Kau di sini?" bisik Arumi di kupingnya"Apa yang kau lakukan," tanyanya tak senang sambil menyingkir dari Arumi. "Sejak semalam aku, eeh .... " Arumi menggigit bibirnya salah tingkah, "Sejak semalam aku mencarimu," timpalnya gugup. "Kenapa?" tanyanya gusar, entah terkena angin apa gadis bermata besar itu tiba-tiba membuatnya merasa tak nyaman. "Aku mengaku salah. Kau bukanlah Kai.""Heum ....""Kalian sangat berbeda. Zhan An terlihat sangat menawan. Terlebih saat meniup seruling ini. suara yang terdengar saangat indah." "Ini peluit bukan seruling. lagipula ini untuk memanggil burung, tidak akan semerdu itu jika kau bukan salah satu jenisnya."Jawaban menohok itu membuatnya tercengang, apa-apaan dia, "Jadi maksud