Share

Bab 5 Denda Lima Miliar

Nesya sudah sedikit membaik dimata Bintang dan Bulan, walau sebenarnya Nesya begitu trauma dengan apa yang sudah ia alami. Nesya juga tidak menceritakan jika dirinya dinodai Gunawan. Ia pura-pura sudah tidak apa-apa. Karena Nesya juga tidak ingin merepotkan mereka berdua terlalu lama.

“Ya sudah, kalau kamu sudah membaik. Kami pulang. Oh iya, dapat salam dari abah dan emak, katanya kamu cepat sembuh, biar anak bujang ya ini bisa bantu jualan lagi!” ucap Bintang diiringi canda, Nesya tertawa kecil mengingat orang tua Bintang dan Bulan yang suka bercanda.

"Iya, Nesya minta maaf sudah merepotkan Kak Bintang sama Bulan.” Nesya tersenyum kearah keduanya.

“ Tidak apa-apa, santai saja.” Bulan sekilas mengusap lengan Nesya.

“Ya sudah, kami pulang. Kalau butuh sesuatu, hubungi aku atau Bulan,” ucap Bintang.

“Iya,” jawab Nesya singkat.

Bulan dan bintang akhirnya pulang dan Nesya sendirian di apartemen. Nesya menutup pintu dan menguncinya lalu ia duduk di sofa. Saat duduk di sofa, ingatannya kembali saat ia dinodai Gunawan. Tanpa permisi air matanya pun meleleh. Namun, dengan cepat ia menghapus air matanya saat melihat foto almarhum papanya, ia ingat ucapan sang papa jika tersakiti maka, balaslah.

"Pa, tapi bagaimana caranya aku membalas semuanya. Hatiku sakit pa.” Nesya menghapus air matanya.

Tidak lama terdengar bell apartemennya, Nesya mengira itu adalah bintang dan bulan datang kembali. Tetapi saat dirinya membuka pintu ia begitu terkejut dengan pria yang ada di hadapannya.

“Mas Adipati.” gumam Nesya langsung menutup pintunya tetapi Adipati menahan pintu tersebut.

“Nes, aku datang untuk minta maaf padamu, tolong beri aku kesempatan, Nes,” mohon Adipati.

“Tidak, Mas. Karenamu aku kehilangan semuanya, duniaku sudah hancur, mimpiku juga sudah hancur!” teriak Nesya mencoba mendorong Adipati keluar apartemennya.

Namun, Nesya yang masih lemah dan tidak sanggup mendorong Adipati. Pria dihadapannya itu pun langsung memeluknya erat walau Nesya memberontak dan membiarkan Nesya menangis sambil memukul-mukul punggungnya.

“Maafkan aku, Nes. Maafkan perbuatan Istriku. Aku tidak bermaksud membohongimu, tapi jujur aku sangat mencintaimu.” Adipati menakup wajah Nesya dan melihatnya penuh penyesalan serta kasihan melihat Nesya.

“Pergi, Mas. Pergi! Aku tidak mau berurusan dengan pria beristri. Pergi!” Nesya mendorong Adipati keluar dari apartemennya. Setelah itu Nesya menutup pintu apartemennya dan menangis sejadi-jadinya.

Nesya tidak berani berterus terang pada siapapun jika ia sudah dinodai Gunawan. Perasaan bercampur aduk dan sulit untuk diungkapkan. Adipati begitu merasa bersalah dan terus mencoba membujuk Nesya agar memaafkan dirinya.

“Nes, tolong maafkan aku. Aku mencintaimu, Nes,” ucap Adipati dibalik pintu.

“Mas, aku tahu kamu mencintaiku. Tapi, kamu sudah beristri dan bagiku itu sudah cukup. Tolong, jangan coba-coba lagi mendekatiku.” ujar Nesya dengan tegas.

Adipati merasa kecewa mendengar jawaban Nesya, namun ia cukup menghormati keputusan Nesya. Namun, Adipati tetap tidak bisa melupakan perasaannya kepada Nesya dan terus mencoba untuk memikirkan cara agar Nesya bisa menerima dirinya kembali.

“Baiklah, tapi ingat, Nes. Hanya kamu yang aku cintai,” ucap Adipati sebelum pergi meninggalkan apartemen Nesya.

Nesya menutup telinganya dan tidak ingin lagi termakan ucapan atau janji manis Adipati lagi. Saat ini Nesya begitu bingung dengan semua yang sudah terjadi.

Disisi lain Gunawan sedang bersama sang anak yang saat ini berkunjung ke Jakarta. Gunawan sedang bersantai duduk di balkon hotel tempat ia menginap.

“Kau kenapa malah datang kemari?” tanya Gunawan pada putrinya.

“Adipati ingin menemui Nesya dan meminta maaf,” jawab Sarah santai.

Gunawan berhenti menghisap rokoknya lalu melihat putrinya yang saat ini duduk di sampingnya.“Bodoh! Kenapa kau biarkan suamimu itu menemui perempuan murahan itu, kau tidak takut suamimu itu merayu perempuan itu dan mereka bisa saja kembali menjalin hubungan dibelakangmu,” ucap Gunawan.

“Tidak, Pa. Mas Adipati sudah meyakinkan aku untuk tidak cemburu, dia murni mau minta maaf sudah berbohong pada perempuan itu. Kali ini aku beri kesempatan, kalau ternyata apa yang papa takutkan itu terjadi, aku tinggal hajar saja perempuan itu seperti tempo lalu, kalau perlu aku bunuh,” ucap Sarah begitu yakin.

“Ceroboh, kau membiarkan orang yg sedang jatuh cinta bertemu,” ucap Gunawan terlihat santai.

“Maksud, Papa?” tanya Sarah belum mengerti.

“Sudahlah, biar Papa yang mengurusnya. Sekarang kau hubungi suamimu itu, jangan sampai dia bermesraan lagi dengan perempuan itu.”

“Baik, Pa.” Sarah pun menghubungi Adipati.

Sementara itu Gunawan memutuskan untuk pergi menemui Nesya dan ingin memperingati Nesya sekali lagi.

Sesampainya di apartemen Nesya. Gunawan dengan mudah masuk ke apartemen Nesya karena ia sempat mengambil kunci cadangan apartemen milik Nesya saat itu. Ia menemukan Nesya sedang berada di balkon duduk termenung di sofa.

Gunawan berdehem sontak membuat Nesya terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Saat tahu yang datang Gunawan, Nesya bangkit dari duduknya dan berusaha menghindar.

“Mau apa kamu datang kemari? Dan bagaimana kamu bisa masuk ke apartemenku!” ujar Nesya ketakutan.

Gunawan berjalan santai menghampiri Nesya sambil menghidupkan rokoknya.“Tidak ada, aku hanya ingin datang kemari,” jawab Gunawan santai lalu menghembuskan asap rokoknya di wajah Nesya sampai Nesya terbatuk-batuk.

“Aku tahu, Adipati baru saja datang kemari, apa kau tidak mengindahkan peringatanku?” Gunawan menarik rambut Nesya.

“Dia datang kemari bukan atas permintaanku, dia datang kemauannya sendiri dan aku sudah mengusirnya.” Nesya memegang tangan Gunawan yang menjambak rambut panjangnya.

Gunawan menarik rambut Nesya sedikit kuat membuat Nesya meringis kesakitan.“ Datang untuk berpelukan?” cecar Gunawan menatap tajam Nesya.

Nesya membalas tatapan mata Gunawan, dari mana pria dihadapannya ini tahu jika Adipati memeluknya.“Bagaimana kau tahu kalau Adipati sedang memelukku?” tanya Nesya heran.

Gunawan tersenyum sinis, “Aku mempunyai mata dan telinga yang tajam. Selain itu, instingku tidak pernah salah,” jelas Gunawan menatap tajam Nesya sambil menarik rambut Nesya lagi.

“Arrrqqq, lepaskan! Sakit,” rintih Nesya memegang tangan Gunawan.

Gunawan melepaskan tangannya lalu memandangi wajah Nesya yang matanya masih tampak sembab.“ Kau besok harus datang ke kantor, selesaikan project yang kau buat. Kalau tidak–”

“Aku sudah mengundurkan diri disaat kamu menodaiku!” saut Nesya lantang.

“Baik, kalau begitu siap-siap kau harus membayar denda kontrak yang sudah kau tanda tangani, Bagaimana, kau ada uang sejumlah 5 milyar?” ancam Gunawan.

Nesya tersentak, ia tidak tahu jika surat perjanjian kontrak kerja ada peraturan seperti itu.“seingatku tidak ada perjanjian kontrak seperti itu,” sanggah Nesya.

“Isi kontrak bisa aku rubah kapan saja, yang penting ada tanda tanganmu. Baiklah aku tunggu kau besok di kantor atau bayar denda.” Gunawan tersenyum sinis melihat Nesya yang tampak berpikir.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Safiiaa
lanjut dong, makin seruu......
goodnovel comment avatar
Meriatih Fadilah
nggak berhenti baca nih
goodnovel comment avatar
Aqilanurazizah
Lanjut baca ah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status