Share

CHAPTER 3 : Tuan Tampan yang gila!

Cukup lama Kiana menulis kebutuhan Jona di secarik kertas itu. Hingga akhirnya ia menyerahkan kertas itu pada Joan.

"Ini semua masih kebutuhan penting, jadi jangan ada yang terlupakan,"tegas Kiana dengan nada ketus, mengambil kembali Jona dari dekapan lelaki bertubuh kekar itu.

"Apa seorang bayi memakai benda sebanyak ini, Kiana?" Joan terkejut melihat list barang-barang yang harus ia beli, ada sekitar 11 barang yang harus segera ia dapatkan.

List belanja bayi Jona :

Popok

Shampo & sabun bayi

Baby oil

Bedak

Set Baju bayi

Parfum bayi

Selimut & handuk

Kaos kaki & sarung tangan

Botol susu

Susu bayi

Kasur bayi

Joan hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya, dimana ia mendapatkan semua barang-barang itu? Hanya satu tempat yang terlintas dalam pikirannya yaitu mall.

"Kiana, dimana aku mendapatkan semua benda ini?" Joan lalu berjongkok di depan Kiana, menatap gadis itu keheranan.

"Di swalayan besar ada kok, tanya aja sama penjaga tokonya," jelas Kiana lalu menyingkirkan tangan Joan dari pahanya.

"Tuh kan, kamunya lama. Jona jadi nangis! Udah sana, jangan pulang kalo gak bawa semua barang itu," Kiana mendorong tubuh Joan keluar rumah dengan kasar, menendang lelaki tampan itu dari rumahnya sendiri.

Bruk!

"Bukannya ini rumahku? aku yang terlalu lemah atau memang tenaga Kiana yang terlalu kuat hingga membuat ku tersungkur ke tanah seperti ini?" Joan terkejut dengan kekuatan Kiana, bisa-bisanya gadis itu mengusirnya seperti seekor anjing liar.

Dari balik pintu sebenarnya Kiana ingin tertawa keras, namun berusaha ia tahan dengan satu tangannya.

Joan seperti seorang pria yang baru saja di usir istrinya karena kedapatan selingkuh, lelaki itu sedikit trauma dengan perilaku baru Kiana yang cukup menyeramkan baginya.

"Memang benar, aku dan Kiana sepertinya tak cocok menjalin hubungan lebih dari sahabat. Bisa rusak gendang telingaku mendengar omelannya setiap hari," gerutu Joan berjalan menuju garasi untuk mengambil mobil sportnya.

"Astaga … aku lupa mengambil kuncinya," Joan menggerutu saat mendapati saku celana jeans-nya hanya berisi dompet. Ia lalu berjalan kembali menuju pintu depan dengan wajah lesu.

"Kiana … tolong buka pintunya sebentar saja, aku ingin mengambil kunci mobil," pinta Joan pada pintu tertutup yang ada di depannya.

lama Kiana tak menghiraukan ucapan Joan, entah mungkin gadis itu sedang sibuk mengurus Jona atau sengaja tak menghiraukan ucapan pria tampan itu.

"Kiana, ayolah … bukannya aku harus segera membeli kebutuhan Jona?" Joan kini bersandar di depan pintu, merosot lalu duduk bersila menunggu Kiana memberinya kunci mobil.

Click!

Kiana hanya memberi sedikit celah saat membuka pintu, yang penting tangan kurusnya sudah keluar. Ia lalu melemparkan kunci mobil Joan ke sembarang arah.

"Ya ampun, kasar sekali …," joan lalu berdiri dari posisinya, berjalan menuju arah kunci mobilnya yang tergeletak di tanah.

"Apa semua gadis sekejam itu?" Gerutu Joan, Tiba-tiba bulu kuduk nya merinding.

Mobilnya melaju kencang menuju jalan, tampaknya lelaki tampan itu cukup kesal dengan sikap Kiana.

Sementara itu Kiana tengah sibuk melepas pakaian Jona, mencuci sedikit tubuh bayi itu lalu menyelimuti nya dengan handuk baru dari lemari Joan.

"Jona cantik, tunggu kak Joan ya, " Kiana lalu beralih mengambil handphonenya, ternyata ada sekitar 5 panggilan tak terjawab.

"Astaga mama! Aduh, habis aku di marahi," Kiana menepuk jidatnya, Lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur tepat di samping jona.

Kiana lalu berbalik menatap wajah bayi mungil itu, namun tiba-tiba saja tangan kecilnya mengusap lembut pipi Kiana.

"Aku tak akan bersedih, tenang saja, " Kiana lalu mencium pipi jona lembut, memeluk tubuh mungil jona dengan erat.

Di lain tempat kini Joan sedang kewalahan mencari setiap barang yang tertulis di kertas itu.

"Permisi, popok ada di sebelah mana?" tanya Joan pada salah satu penjaga di swalayan itu.

"Bapak lurus ke depan aja, terus belok kiri."

"Baik, terimakasih, " Joan pun melanjutkan langkahnya, mengikuti arahan dari penjaga toko itu.

Saat sudah sampai, Tepat di depannya ada rak besar berisi berbagai merek dan ukuran popok bayi, ia kembali kebingungan. Itu semua terlihat sama di matanya.

"Karena wajah bayi ini mirip dengan jona, aku akan mengambil semuanya," Joan dengan santai memasukkan beberapa popok yang menurutnya cocok untuk jona kedalam troli belanjaannya.

Lelaki itu tidak melihat ukuran dan harga. maklumlah, uang jajan Joan sekitar 50 juta setiap bulannya dan itu belum termasuk uang semester.

Penjaga yang ada di sana pun cukup terkejut melihat kelakuan gila Joan, troli belanjaannya sudah penuh dalam sekejap saja.

"Untuk perlengkapan bayi yang lainnya ada di mana ya?" Joan kembali bertanya pada penjaga itu, namun kali ini bukan hanya memberitahu saja penjaga itu menuntun Joan dengan senang hati.

"Anak pertama ya, Pak?" tanyanya menatap Joan yang sedari tadi terus menatap ponselnya karena membalas pesan dari Kiana.

"bukan!" jawab Joan dengan nada ketus.

"Anak kedua dari istri ketiga?" tanyanya sekali lagi kini membuat Joan melongo mendengarnya.

"Saya ini belum menikah Pak, tolong beritahu saja di mana benda itu berada," pekik Joan dengan wajah kusut.

"Untuk sabun dan shampoo kami sarankan mengambil paketannya Pak, didalamnya sudah ada parfum dan teman-temannya,"saran penjaga itu dengan wajah sumringah.

"Baik, saya mau ambil 5 paket," sekali lagi jawaban Joan tetap sama, kalimat yang dilontarkan lelaki itu terdengar sangat santai.

"5 paket pak!?" penjaga itu terkejut mendengar ucapan Joan, menatap lelaki itu tak percaya.

" iya! Banyak tanya bapak ini, kalo saya kesal gak saya larisin nih toko bapak," gerutu Joan dengan nada ketus.

"Iya, iya! Bapak mau di tunjukkan apa lagi? Kasur? Baju?" tawar pria itu dengan semangat.

"Ini kertasnya, bapak aja yang cari. Saya capek, saya tunggu barang-barangnya di kasir, " Joan menyerahkan kertas itu lalu berjalan dengan santai menuju kasir.

Sekitar 20 menit berlalu, penjaga itu akhirnya datang membawa 3 troli di depan Joan.

"Ini semua barangnya, Pak? Gimana, ada yang kurang?" celetuk penjaga itu membuat Joan menoleh sekejap.

"Sepertinya sudah cukup, langsung hitung saja. Jangan lama!" pinta Joan.

Setelah kurang lebih 10 menit semua barang itupun sudah di hitung dan totalnya mencapai 10juta, sungguh jumlah yang sangat fantastis hanya untuk sebuah perlengkapan bayi baru lahir.

"Oh iya, tolong barang-barangnya bawa ke mobil hitam yang ada di depan," pinta Joan, mendengar itu mereka pun dengan serentak mengarahkan pandangan pada mobil sport yang terparkir di depan.

Joan lalu berdiri mengambil kartu ATM dari dompetnya setelah itu mengeseknya lalu keluar tanpa rasa berdosa.

Setelah semua barang itu di masukkan ke dalam bagasi mobil Joan lelaki itupun ingin segera pergi karena sejak tadi sudah di telpon oleh Kiana.

"Oh iya, Cicilan mobilnya tiap bulan berapa. Pak? saya juga mau nyicil, hehe," tanya penjaga itu menahan pintu mobil Joan.

"Mau tau banget atau mau kamu miskin?" Joan dengan nada ketus menepis tangan penjaga itu dengan perlahan lalu tersenyum paksa.

"permisi, saya mau pulang."

"jadi ini cicilannya berapa perbulan, ya? saya jadi bingung," penjaga itu terdiam cukup lama, mencerna kata-kata Joan apa lelaki tampan itu menyelipkan sebuah nominal uang?

Mobil Joan melaju kencang kembali kerumah, mendapati jalan yang cukup sepi karena hari minggu jarang yang berlalu lalang tidak seperti hari-hari kerja biasanya.

"Kiana, aku pulang membawa barang-barang yang kau suruh. Ayo cepat buka pintunya," pinta Joan dengan lembut.

Cukup Lama Joan berdiri di depan pintu, namun tidak ada balasan dari suaranya.

"Apa dia tuli? Kiana! Tolong buka pintunya," Joan berteriak sekuat tenaga berharap Kiana mendengarnya dari dalam. Sebenarnya gadis itu ada dimana?

Joan pun mencoba menelpon Kiana berkali-kali namun sama saja, hasilnya tetap zonk.

"Astagaa … aku tak percaya mempunyai sahabat seperti Kiana," Joan kembali memutar otak berusaha berpikir bagaiman caranya ia masuk kedalam rumah.

"Pintu belakang! Aku harap pintu itu tak di kunci," Joan segera berlari ke arah samping rumah untuk mengecek apa pintu halaman belakang terbuka atau tidak.

Click!

"Akhirnya! Dimana gadis itu, akan kuberi pelajaran saat menemukannya," Joan dengan kesal berlari menuju ke dalam rumah.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status