Share

17. Muzammil Menelepon

Faruq terperanjat dengan permintaan Marwa, dia menatap mataku sendu.

"Kok diam Faruq, aku tanya kamu bisa usir dia kan? Apa permintaanku berat buat kamu? Bukankah Om Hussein sudah berjanji akan mengusirnya?" Marwa mengingatkannya.

"Iya aku tahu, tapi bagaimana dengan Iqbal anakku? Aku bisa kehilangan apa saja tapi bukan Iqbal anakku. Mereka berdua ibu anak yang tidak bisa terpisahkan, Marwa. Beri aku waktu berpikir ya?" kata Faruq sedih sambil menutup teleponnya.

Paling sedih adalah diriku, bagaimana aku dipisahkan dari Iqbal? Aku bisa menerima sakit sebesar apapun asal aku tetap bersama Iqbal. Dia adalah sumber kekuatan bagiku, dia adalah nafasku bagaimana aku bisa hidup tanpa dia?

"Aku bisa tinggalkan semuanya termasuk Marwa, asal kamu menikah denganku di hari ulang tahunku dua hari lagi," bisik Faruq di telingaku. "Ini tawaran terakhirku, Fahim," lanjutnya berbisik menyentuh daun telingaku membuat aku terbelalak merinding.

Aku menatap pungg

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status