“Li-lidahnya hilang!” Tukang Kebun itu seketika ambruk dengan tubuh gemetar usai memeriksa mayat tersebut. Beberapa pelayan dan bodyguard langsung mendatangi rumah kaca. Mereka tertegun melihat kondisi mayat yang penuh tusukan dan tanpa lidah. “Ma-maria?!” Pelayan rambut pendek memekik saat mengenali mayat tadi. “Maria, apa yang terjadi padamu?!”Ya, mayat tersebut ternyata pelayan rambut ikal yang semalam bergosip dengannya. Seketika itu, pelayan rambut pendek tadi teringat sesuatu.‘Maria kehilangan lidahnya. Apa ini pembalasan karena dia selalu menyebar gosip keluarga Langford?’ batinnya menutup mulutnya yang menganga. ‘Astaga, mengerikan! Mu-mulai sekarang aku harus berhati-hati!’Saat itu mobil Logan keluar dari pelataran. Meski mansion dihebohkan oleh mayat pelayan, tapi Logan tak kaget sedikitpun. Wajahnya tampak dingin saat duduk di kursi belakang mobil. Dan itu membuat para pekerja mansion Langford tak berani bicara macam-macam.“Kenapa kalian hanya diam? Cepat bereskan ma
“Dan Theo, kau—”Annelies seketika menegang begitu sang suami menempelkan pistol ke pelipisnya. Jantung berdetak seperti drum, napasnya pun tercekat seolah paru-parunya lenyap saat Dan Theo menarik pelatuk senjata api itu.‘Tidak!’ batin Annelies yang sontak memejam.Melihat reaksi wanita itu, sebelah bibir Dan Theo malah merayap ke atas.‘Ekspresi tegangnya sangat menarik!’ gemingnya yang lantas mendekati wajah sang istri.“Harusnya kau tetap tenang di situasi seperti ini. Jangan tunjukan kelemahanmu untuk mengelabuhi lawan. Saat lawan berpikir kau kalah, itulah kesempatanmu menyerang!” bisik Dan Theo yang sekejap memicu Annelies membuka mata.Tatapannya meminta penjelasan, tapi Dan Theo hanya mengangkat sebelah alis dengan tenang.“Ini pistol kosong!” tukas pria itu yang memicu kening Annelies mengernyit.Dan Theo pun menjulurkan wajah hingga tepat di samping telinga Annelies. Napasnya yang panas kini menghangatkan tengkuk istrinya.“Lengah itu berbahaya. Siapapun lawannya, kau haru
‘Eugen Morkov! Rupanya Ayah mengirim orang kepercayaannya,’ batin Dan Theo dengan tampang dingin. “Sudah lama sekali. Bagaimana keadaan Anda, Big Boss? Ketua sangat khawatir.” Eugen-utusan yang dikirim ayah Dan Theo itu berkata usai menegakkan tubuhnya. Alih-alih jawaban, justru sorot tajam yang dikuarkan Dan Theo. Dia menyambar cerutu dan mengepulkan asapnya dalam diam. Eugen pun tahu dia tidak disambut, tapi dirinya tak bisa mengelak titah ketua! “Tuan Theodore—” “Eugen!” Dan Theo segera menyambar. Entah mengapa telinganya gatal jika dipanggil dengan nama tersebut. “Aku tahu selama ini Ayah mengawasiku. Ayah tahu apapun yang aku lakukan. Kenapa kau masih bertanya?!” tukas Dan Theo pelan, tapi nadanya mengandung ancaman. Eugen tersenyum. Tanpa malu dia berkata, “Anda tahu maksud Ketua baik.” “Jangan menceramahiku. Aku bisa marah padamu!” sahut Dan Theo memicing, tapi senyum Eugen tidak luntur. Inilah yang paling dibenci Dan Theo. Eugen terlalu setia pada ayahnya! “Akhir-akhir
“Aku suka melihatmu tidur, sangat cantik. Tapi kenapa saat bangun kau jadi galak?” tutur Harvey tersenyum di samping brankar Annelies. Dia yang mendengar Annelies dirawat di rumah sakit ini, sengaja datang tengah malam meski harus memakai kursi roda. Harvey membelai pipi Annelies seraya berkata, “aku berhasil menunda pernikahan dengan Samantha. Jika aku membantumu menjadi Komisaris, apa kau akan menerima cintaku?” Gerakan itu membuat Annelies terusik. Alisnya mengedut, tapi Harvey mengusap-usap kepalanya hingga dia kembali lelap. “Manis sekali,” gumamnya. Lelaki itu meraih tangan Annelies, lalu melanjutkan. “Kau harus tahu, Annelies. Tidak ada pria selain diriku yang berhak memilikimu seutuhnya!” Tanpa diduga, Harvey menggigit pergelangan tangan Annelies. Tatapannya berangsur tajam seiring gigitannya yang kian dalam. Saat itulah Annelies langsung terbangun karena tangannya sakit. “Argh! Apa yang kau lakukan?!” pekiknya kegat. Wanita itu buru-buru bangun dan sontak me
“Sialan!” Dan Theo mengumpat melihat suster terikat di ruang pemeriksaan.“Di mana istri saya?!” tanya Dan Theo melepas lakban di mulut Suster tadi.“Mo-mohon maaf, Tuan. Ada orang yang menyamar sebagai Dokter, dia menculik pasien dan membawanya kabur melalui pintu itu!” balas Suster tadi menatap pintu di sudut ruangan. “Ada jalan menuju tangga darurat di sana.”“Kapan dia pergi?”“Sejak kami masuk ruangan ini, penculik itu tiba-tiba menyerang saya dan langsung membawa pasien kabur!” sahut Suster memicu kecemasan Dan Theo membengkak.‘Sial, hampir satu jam. Mereka pasti sudah jauh!’ batin pria itu dengan rahang mengeras.“Dan Theo.” Saat itu Kaelus datang. “Mobilnya sudah siap, kenapa kalian lama se—”“Annelies diculik!” sahut Dan Theo memotong.“Hah! Kenapa wanita itu terus merepotkan?” cibir Kaelus kesal.Dan Theo tak ada waktu meredam kekesalan rekannya. Dia harus segera memeriksa CCTV rumah sakit untuk mencari jejak Annelies.Ketika berjalan di koridor, Dan Theo berpapasan dengan
“Ck, bodoh! Kau lupa? Dia putri keluarga Langford. Jika mereka tahu kita melecehkannya, Master bisa membunuh kita!” decak lelaki bertato ular yang sedang mengemudi.“Ehei, kenapa kau takut begitu? Toh Master meminta kita membunuhnya. Bukankah rugi jika kita langsung melenyapkannya?” sambar rekannya berambut gondrong yang memangku Annelies pingsan.Tatapannya beralih pada wajah cantik Annelies. Dia terpaku pada bibir seksi wanita itu, bahkan tanpa sopan mengamati payudara Annelies yang membusung.“Aish, sialan! Aku sangat penasaran, apa tubuh wanita konglomerat berbeda dengan para pelacur di bar?” gumamnya menelan saliva penuh Hasrat.“Dasar bajingan mesum!” Lelaki bertato ular tadi mendengus. “Sekarang yang penting kita harus keluar dari Linberg. Master bilang wanita ini menyewa Bodyguard. Jangan sampai kita ketahuan atau Master akan meledakkan kepala kita!”Dia menginjak gas kian dalam, meninggalkan ibu kota San Carlo dan menyusuri jalanan hutan Giulio yang panjang.Di saat bersamaan
“Cepat habisi dia!” Lelaki bertato ular menyambar pemantik api, lalu melemparnya ke lantai.Seketika itu, api menyambar dan merambat ke kaki ranjang.‘Brengsek! Mereka sudah gila!’ batin Annelies mengumpat tajam. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari luar. Semua orang tersentak, termasuk Annelies yang kini berkutat dengan api yang menyambar ranjangnya. “Periksa keadaan di luar!” tukas lelaki bertato ular memerintah rekannya. Si pria gondrong segera keluar. Di aula depan, seorang rekannya tergelatak dengan dahi bersimbah darah. Di hadapannya ada Dan Theo tengah mengacungkan pistol padanya.Ya, Dan Theo melacak tempat di hutan Giulio dan berhasil menemukan van terparkir di depan vila. Melihat itu, dia yakin sang istri disekap di sini.“Bajingan!” Lelaki gondrong tadi merogoh pistol.Belum sempai diacungkan, Dan Theo lebih dulu menembaknya. Beruntung dia bisa menghindar cepat, tapi Dan Theo tak kenal ampun. Dia harus segera melenyapkannya!Namun, tanpa diduga, anak buah
‘Dan Theo?!’ Mata Annelies membesar saat sang suami turun dari mobil yang menerobos ruangan tersebut. Annelies tercengang dengan leher tegang. Bagaimana bisa Dan Theo menyusulnya sampai ke sini?! Terlebih dia datang dengan wajah berdarah.‘Dan Theo … terluka? Apa yang terjadi padanya?!’ batin Annelies, tanpa tahu darah itu hanyalah cipratan luka dari antek-antek Logan yang dihajar suaminya. Mata mereka bertemu, tapi Dan Theo hanya memampangkan ekspresi berang melihat Annelies terikat dalam keadaan menyedihkan. Apalagi baju pasien yang dikenakan istrinya robek hingga menguarkan dadanya. ‘Bajingan busuk!’ batin Dan Theo mengumpat marah.“Apa yang kalian lakukan?! Hajar si brengsek itu!” titah lelaki bertato ular pada bawahannya.Beberapa orang bersenjata tajam berlari ke arah Dan Theo. Seorang dari mereka mengayunkan belati, tapi Dan Theo menghindari cepat dan langsung menyikut dagunya dengan keras. Antek Logan lainnya mengeroyok seperti hyena. Namun, insting Dan Theo membuat tubuhny
“Mohon maaf, Tuan. Kami sudah berusaha menahannya,” tutur salah satu Bodyguard di sana.Dia dan rekannya pun berusaha mencekal lelaki tadi, tapi langsung dihempas oleh targetnya.“Menyingkir dariku, sialan! Beraninya kalian memperlakukanku seperti tawanan!” sentak Dave marah.Ya, lelaki itu memang Dave Langford. Dia yang semula dikurung di ruang bawah tanah paviliun Langford, diam-diam dibebaskan Lewis setelah menyerahkan hak management hotelnya. Dave kabur dan sembunyi dari Logan. Tapi saat mendengar berita pembunuhan Feanton, dirinya tak bisa diam saja.“Kak Logan, benarkah putramu yang melenyapkan Ayah?!” Dave bertanya dengan tatapan berapi-api.Bukannya langsung menimpali, lawan bincangnya justru melirik beberapa bodyguardnya di belakang Dave. Dia memberi kode agar mereka pergi dari sana.Dan setelah bodyguard tadi berlalu, Logan pun memicing tajam pada Dave.“Brengsek! Harusnya kau tetap bersembunyi seperti tikus mati. Kenapa malah mendatangiku dan membuat keributan, hah?!” Pria
“Mengapa malah Lewis yang ditangkap?!” Annelies berkata bingung. Dia sangat yakin sudah memberitahu Cloe untuk melaporkan Logan Langford. Sektretarisnya juga bukan orang serampangan yang membuat kesalahan sefatal itu. Namun, mengapa sekarang lini berita dipenuhi kabar penangkapan Lewis atas pembunuhan mendiang Feanton? Bahkan sebuah artikel menyebutkan bahwa putra Pimpinan L&F Company itu mengakui kejahatannya!“Ini … tidak masuk akal!” tukas Annelies dengan sorot gemetar. “Kau seperti tidak mengenal Logan Langford. Bukankah dia pria yang akan melakukan apapun demi mencapai tujuannya?” Serena tiba-tiba angkat bicara. Annelies seketika menatapnya. Dia terheran-heran. “Dari cara bicara Anda, sepertinya sudah lama mengenalnya. Apa hubungan Nyonya dengan Kak Logan?” tanya Annelies menyidik. Alih-alih menjelaskan, Serena justru tertawa ringan. “Hah … Logan pasti marah mendengarmu masih memanggilnya dengan sebutan Kakak,” gumamnya pelan. “Maaf?” Annelies menyatukan alisnya bingung.
“A-anda?!” tukas Annelies terbata.Dia mencoba bangkit. Wanita tadi langsung menghampiri dan membantu Annelies bangun. Bahkan dia juga menata bantal di belakang punggung Annelies agar nyaman bersandar.“Kau mengenaliku?” Serena bertanya sambil menaikkan kedua alisnya.Ya, wanita itu memanglah Serena. Saat itu dia dan anak buahnya menyelamatkan Annelies dari kejaran antek Logan di terowongan La Fosa. Serena pun membawa Annelies ke Ceko, sebab tahu bahwa Logan pasti mati-matian mencari keberadaan Annelies. Terlebih kasus kematian Feanton sudah terangkat ke publik. Serena ingin melindungi Annelies sebelum terlambat.“Bukankah kita bertemu di toko perhiasan? Saat itu Anda memberikan kalung pada saya. Maaf, saya belum membayar kalung itu dan tidak tahu harus mencari Anda di mana,” tutur Annelies dengan wajah pucatnya.Serena tersenyum, lalu duduk di tepi ranjang.“Padahal saat itu aku memakai kacamata, tapi kau punya pengelihatan yang bagus,” ujarnya disertai senyum tipis. “Mengenai kalung
“Apa itu untuk kasus Ayah?” Logan bertanya dengan sorot tajamnya.“Benar, Tuan. Sesuai dugaan Anda,” sahut Casper dengan ekspresi seriusnya. “Sepertinya Nona Annelies sudah membuat laporan sejak kemarin.”Ya, Logan tak tahu saja bahwa Annelies sudah memperhitungan kejadian ini. Wanita itu memutuskan menyerahkan bukti pembunuhan mendiang Feanton melalui Cloe. Annelies mengubah rencananya. Dia meminta sekretarisnya menyerahkan bukti video rekaman itu sebelum Logan bertindak. Dan sesuai prediksi Annelies. Logan Langford memang tak menyerah mengirim pembunuh untuk menyingkirkannya!‘Sialan! Jalang itu sudah mulai berani!’ batin Logan geram.Raut mukanya berubah lebih beringas seiring tangannya yang mengepal penuh amukan. Casper sangat was-was tuannya itu akan meledak. Dan detik berikutnya, Logan langsung melempar gelas mojito kristal berisi alkohol yang tadi tenggaknya. Benda itu melayang hingga menghantam dinding ruangan dengan keras.“Brengsek!” umpatnya mengamuk kasar.Logan meninju me
“Si-siapa kau? Lepaskan aku!” pekik Annelies yang tak mengenali wajah lelaki itu di kegelapan.Annelies berupaya memberontak di tengah sensasi pening dan menyakitkan tumitnya.Akan tetapi, pria tinggi besar itu malah mendekapnya semakin erat. Tenaga Annelies pun tak cukup kuat untuk mendorongnya mundur. Wanita tersebut berpikir pria ini komplotan lelaki bermasker yang menabraknya tadi.Namun, tanpa diduga, pria tinggi besar itu malah mengacungkan pistol dan tak ragu melesatkan peluru pada lelaki bermasker tadi. Anak timahnya tepat mengenai kaki lelaki tersebut. Tapi pria tadi tak cukup puas, hingga menembak lengan lelaki itu.“Argh, sialan!” Umpatan berang terdengar dari antek Logan tersebut.Annelies yang mendapati situasi itu seketika tertegun. Napasnya seperti tercekat, tapi sialnya pandangan wanita itu semakin kabur hingga perlahan membuat kesadarannya lenyap.Pria tinggi besar tadi langsung membopong Annelies dan berbalik membawanya menuju mobil di tengah terowongan.“Nyonya, say
“Tidak!” Annelies memekik sambil membanting setirnya ke kiri.Dia berusaha menguasai kemudi, tapi jalanan yang licin membuat mobilnya sulit terkendali. Apalagi pandangan Annelies juga terhalang hujan yang lumayan deras. Wanita itu mati-matian menginjak rem, hingga sambil mencengkeram setir dengan kuat.Namun, sialnya mobil dari arah berlawanan tadi malah mengarah pada Annelies dan seolah sengaja menabrak bemper sampingnya.“Hah, sial!” Annelies memaki tajam saat kendaraannya menghantam pembatas jalan.Gubrakan terdengar keras seiring kening Annelies yang menghantam setir mobilnya. Sensasi menyakitkan menyerang kepalanya. Tapi saat Annelies mengangkat pandangan, maniknya sontak meluas selebar cakram.Ya, di hadapannya ternyata jurang. Jika saja mobil tak dikenal tadi menghantam lebih keras, mungkin Annelies sudah jatuh ke jurang tersebut.Tatapan wanita itu gemetaran. Pun juga lehernya menegang dan sulit menelan saliva. Namun, detik berikutnya Annelies dikejutkan oleh ketukan di jendel
“Maaf, Nona Cloe. Saya harus mengangkat telepon dulu,” tutur Annelies yang lantas beranjak keluar kamar.Cloe yang mengamati punggung wanita itu menjauh, seketika merasa was-was. Dia melihat sendiri banyak orang yang berniat mencelakai Annelies, termasuk keluarganya sendiri. Sungguh tidak berbeda dengan dirinya. Jadi Cloe seakan tahu betapa sesaknya hidup Annelies.‘Aku harap Direktur selalu baik-baik saja,’ batin Cloe dalam hati.Sementara di luar, Annelies sempat ragu menerima telepon itu. Akan tetapi dirinya tetap mengangkatnya dengan waspada.“Kau menelepon untuk memastikan aku mati atau tidak?!” tukas Annelies sebelum lawan bincangnya angkat suara.Dari seberang terdengar geraman seorang lelaki yang menahan amukan.“Apa yang kau bicarakan? Di dunia ini, mana ada seorang Ayah yang mengharapkan kematian putrinya?” sahut Logan pelan, tapi setiap katanya seperti mencekik Annelies.Ya, orang menghubungi wanita itu memanglah Logan Langford.“Sejak kapan kau menganggapku putrimu?” samba
“Apa saya bisa meminjam baju ganti. Pakaian saja basah, jadi ….”Annelies meredam ucapannya saat melihat Kaelus terhuyung menatap lemari pending, sedangkan Cloe tampak kaku sambil mencengkeram celemeknya. Ya, begitu mendengar Annelies tadi memanggil namanya, Cloe buru-buru mendorong Kaelus menjauh darinya, tanpa peduli sang pria mungkin jatuh. “Tunggu, apa yang sedang terjadi di sini?” tanya Annelies mulai menyidik. Alisnya mendapuk saat melihat gelagat Cloe yang kikuk, apalagi Kaelus yang kini menegakkan tubuhnya sambil berdehem canggung. “Ah, Anda bertanya tentang baju kering? Mari, Direktur. Saya akan memberikan Anda baju ganti.” Cloe sengaja beralih ke topik awal.Dia melirik Kaelus seraya berkata, “Tuan Kaelus, tolong urus pastanya sebentar. Saya akan segera kembali.”“Sebelah sini, Direktur.” Dengan senyum kaku, Cloe pun mengarahkan Annelies ke kamarnya di lantai atas. Annelies yang masih curiga dengan insiden sebelum dirinya datang, kini menahan seringai tipis dan lantas
Cloe buru-buru mendorong Annelies ke belakang, hingga kedua wanita itu ambruk tersungkur. “Brengsek!” Seorang pria bermasker hitam yang mengemudikan kendaraan itu mengumpat tajam.Dia memukul kemudi saat gagal menabrak Annelies. “Hah, sial! Kenapa harus muncul jalang lainnya dan membuat misiku gagal?!”Sepasang maniknya seketika melebar saat melirik spion. Dari belakang, rupanya Kaelus berusaha mengejarnya. “Bajingan itu lagi. Kenapa dia sangat merepotkan?!” cibirnya kesal. Detik berikutnya pria bermasker hitam itu dikejutkan oleh deruan pistol yang terarah ke mobilnya. Ya, Kaelus rupanya melesatkan peluru dan berniat menghentikan pria tersebut. Sayangnya, pria masker hitam itu semakin menancap gas hingga mobilnya berhasil keluar dari basement. ‘Hah, sial!’ batin Kaelus penuh umpatan. Iris tajamnya menatap penuh amukan seraya melanjutkan. ‘Apa bajingan itu ada kaitannya dengan orang yang menyerang Dan Theo?’“Tuan Kaelus!” Fokus pria itu teralihkan saat Cloe memanggilnya. Kael