Jena tak mengerti apa dengan mengapa anak bungsu masih tetap bertahan pada perasaan yang bahkan, orang itu tau jika akan terlalu mengambil resiko tinggi jika melawan kakaknya sendiri. Jerome menatap wajah sang mama yang tampak mengerutkan keningnya ingin bertanya, namun lelaki itu memilih diam dan tak mengatakan apapun, ah, ya, itu akan menjadi rasa yang ingin ia pendam sendiri. “Mau sampai kapan?” Tegur sang mama yang membuat pemilik eyes smile itu menoleh.
“Maksudnya?” Lelaki itu bertanya balik, mama mendengus dingin lalu menggeleng sambil menunggu perkejaan anaknya itu selesai. Ah, apa mamanya akan membahas hal yang sama, ... Perasaan haram itu? Katakan tidak jika itu benar. “ Mama gak ada maksud buat bahas tentang alasan itu lagi kan?” Tegas pemuda itu yang mendadak menjatuhkan rahangnya.
“Jer!” Tegur sang mama yang tampa
Perempuan itu membanting pintu rumah lalu berlari ke kamarnya, ia mengunci pintu kamarnya ditatapnya dirinya dalam cermin seketika pikirannya menguasai hati yang sedang kalut. “Loe bahkan gak pantas buat diperjuang sama siapapun!” Isaknya kecil lalu meraba benda tumpul yang ada di dalam laci, ... Jaeran terus berlari hingga masuk ke dalam rumah. Suasana hatinya benar-benar kacau dan tak tenang bayangan sang isteri dimasa kelamnya terus saja menghantui benak pemuda sukses itu.“Rose, ... buka ini aku,” tak ada sahutan dari dalam sana, Rosa terduduk dengan sayatan yang masih terbuka matanya menatap kosong sisi kiri ranjang tempat tidur. Mendadak sosok Jaeran terlintas dalam tatapan kosong itu, ... Rosa tersenyum getir.“Na, ... kamu tau?” Kini posisi mereka saling duduk berbelakangan. Hanya sebuah dehaman yang menjadi respon diantara mereka.“Hm,”
Rosa menutup pintu kamarnya dan menyimpan seluruh obatnya di selipan pakaian, perempuan itu menghela nafasnya pelan. Ia tak yakin jika hidupnya kembali normal seperti sebelumnya, namun Rosa sangat yakin jika dirinya bugar maka Jaeran tak akan melihat wanita lain selain dirinya. Setelah menyegarkan tubuhnya perempuan itu berjalan menuruni tangga, ... Rosa menatap sekeliling yang tampak sepi tak ada orang. Wanita itu melangkahkan kakinya ke dalam dapur untuk membuat smoothie dan salad buah, tak tau kenapa rasanya sedang menginginkan hal itu. “Na,” panggilnya agak teriak. Alis menukik heran lalu menolehkan kepalanya ke arah belakang, perempuan menaruh apron begitu saja. Langkahnya kian berat semakin ia berjalan, tiba-tiba saja sebuah kabut putih menyelimutinya dan suara riuh tawa mengelilinginya. Rosa berjalan pelan ke arah ruang tamu, matanya membola saat menemukan sang suami sedang bersama perempuan lain dan memiliki anak. “JAERAN!!!!” Teriaknya, yang dibanjiri keringat dingin dan de
Rosa kembali ke rumah sakit untuk menemui Herina namun sayangnya langkahnya itu telah diketahui oleh sang suami yang lagi berjalan mengarah pulang. Langkah terburu-buru perempuan sangat menimbulkan rasa curiga bagi Jaeran yang tak sengaja melihatnya. Jaeran berdiri di dekat pilar ruangan Herina ketika Rosa masuk ke dalam sana, ... sekiranya aman lelaki itu kembali mengikutinya. “Ayo lakukan operasi itu!” Herina terkejut begitupula dengan Jaeran yang tak mengerti.“Operasi?” Bisiknya pelan. Rosa tak punya banyak waktu lagi sebelum penerbitan buku barunya.“Kamu gila? Itu sangat fatal! Aku gak mau!” Rosa mengerling kesal pada wanita yang duduk di depannya saat. Perempuan itu menggebrak meja kemudian menatap tajam Herina yang tak mengerti dengan keinginan pasiennya itu.“AKU GAK MAU MANDUL!! ALAT BAJINGAN ITU BISA MEMBUATKU GAK MEMILIKI ANAK?!!” pekik Rosa m
Jena menatap lurus putra bungsunya, ... pemuda yang lagi bercocok tanam itu terus saja memutar bola matanya jengah saat dipandangi seperti itu oleh sang mama tercinta. Jerome meletakkan cangkulnya kesal lalu berjalan kehadapan sang mama, putranya tak mau sang mama mengganggu waktu berkebunnya disaat luangnya telah hadir. Jena terkekeh dengan sikap putra bungsunya lalu mengusap surai putranya tersebut. “Kamu buruan nikah, ... biar mama gak nungguin kakak kamu terus buat ngasih anak,” Jerome menghela pelan daritadi mamanya memerhatikan hanya untuk membahas itu?“Bukan mau mas Nana juga, ma kaya gitu, ...” pelan sang putra yang mencoba nemberi pengertian pada sang mama.“Iya, mama lupa yang mandul Rosa, ...” Jerome mengepalkan tangan kuat lalu berdecih kecil, seperti ini cara mamanya bersikap dibelakang Rosa? Apa mamanya tak pernah merasa kosong setelah menikah. Pemuda itu melengang pergi meninggal
Jaeran tak membalas salam dari kedua orang yang baru saja datang, langkahnya langsung masuk ke dalam dapur. Pemuda itu sudah lama meninggalkan dunia gelapnya, saat kemarin meminumnya lagi rasanya agak asing, lelaki berdiri dicounter dapur seraya memandang kedekatan anatara isterinya dan sang adik. “Lagi jadi bucin Jerome ya?” Celetuk Maraka yang melihat kelakuan kedua oknum itu. Rosa menoleh kemudian menggeleng cepat, ...“Ya kagalah! Gila ajh loe!” Mahendra menghela panjang lalu berdecak sebal sambil menurunkan ponselnya dari hadapan lelaki itu.“Ya terus?” Sahutnya agak ngegas dan menyinisi lelaki yang duduk disebelah Renjun. Rosa menghela panjang saat teman-teman suaminya itu mulai cerewet dan mengurusi kehidupan rumah tangganya.“Kalian apaan si, ... gue dari rumah sakit elah, check up. Sekalian periksa kandung!” Seru Rosa agak memelan namun mendesis kesal. Maraka mengerutkan dahinya bingung dan berpandangan pada Jerome yang men
Jaeran mendudukkan dirinya disebelah kanan sang isteri yang tengah mengunyah Snack pengajian, ah, ya, ... Rosa semakin lama jadi seperti seorang wanita beranak dua jika terus menganggur dan tak berpenghasil seperti saat ini. Wanita cantik ini melangkah mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas dekat televisi, Jaeran sebenarnya sibuk dengan urusan pasien dan yang lainnya namun lelaki itu terlalu mager untuk sekadar membuka laptop. Pemuda itu berpikir dirinya terlalu kenyang dengan lapisan kertas yang berisikan tentang para pasiennya di rumah sakit, ... Lagipula disaat seperti ini seharusnya mereka bermesraan lalu menghabiskan waktu bersama, lantas kenapa isterinya lebih memilih bekerja daripada dirinya. Rosa yang merasa kesal moodnya turun akibat ulah sang suami, Jaeran tentu saja tak ingin disalahkan karena apa yang telah dilakukannya. “Kamu jangan naskah mulu dong, ...” Rengek pemuda tersebut yang membaui aroma sang isteri. Dimasa seperti ini Rosa hanya
Maria menatap pantulan dirinya pada cermin yang ada dikamar mandinya, ... perempuan itu melangkahkan kakinya ke arah counter dapur seraya mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaus putih kebesaran, wanita yang memiliki darah belanda itu menyiapkan makan siangnya dengan gerakkan santai. Hari ini perempuan tersebut sengaja mengosongkan waktunya karena terlalu bosan dengan semua yang dia lakukan, Maria menoleh ke arah jam dinding yang terpanjang tepat di atas lukisan akrilik mahal miliknya. Ponselnya bergetar membuat gadis itu melengos dengan cepat, Maria berbinar saat nama siapa yang tertera. Wanita tersebut meraih ponselnya cepat dan langsung bertutur manis, “halo, ... mas Jaeran? Kenapa? Kangen ya?” Manisnya namun itu sirnah saat mendengar suara lembut perempuan yang ia bisa yakini itu adalah Rosa.Buku jarinya yang lentik mengepal kuat seraya mengatur deru nafas semakin memburu, ... perempuan itu mengulas senyum terbaiknya lalu berusaha unt
Malam itu dihabiskan oleh kedua pasangan ini dengan bercudle ria, lebih tepatnya hanya Jaeran ajh yang melakukannya. Rosa sedang membaca buku dengan menjadikan paha sang suami sebagai bantalnya, sedangkan Jaeran lagi memainkan surai halus perempuan sembari menonton teman tapi menikah season dua. Perempuan itu memandang sang suami dengan maksud yang tersembunyi, wanita tersebut memindah chanel yang ada tayangan masakannya seusai membaca buku. “Aku liat tayangan kaya gini ajh udah ngiler, kayanya enak, ya kan, Na?” Pemuda itu mengerutkan dahi bingung lalu mengangguk seraya kembali menatap layar televisi.Jaeran merapatkan bibirnya lalu menundukkan kepalanya memandang wajah cantik isterinya. “Kamu mau?” Rosa mengangguk antusias, lelaki membuka google dan mencari lokasi tempat pembelian terdekat. Dengan cepat tangan berpindah ke navigasi lokasi dan mencari jalurnya. “Tunggu ya, kesayangan aku, bentar lagi aku beliin, ... pengin banget kayanya,” jempol Rosa langsun