Share

BAB 11: Sebuah Cookies

David berlari tergesa keluar dari rumah begitu tidak menemukan keberadaan Teresia di dalam. Usai berkenalakan dengan Naomi dan memastikan wajahnya adalah orang yang sama dengan apa yang David pikirkan, kini David harus sesegera mungkin memberitahukan hal ini kepada Teresia.

Kaki David melangkah lebar, dengan terkopoh-kopoh dia menuruni tangga, bibirnya yang terangkat hendak berteriak memanggil Teresia yang kini langsung terkatup rapat karena Teresia di antara oleh Axel.

Axel tidak boleh mengetahui apa yang ingin David katakan kepadanya.

Perlahan langkah David terhenti, pria paruh baya itu mengurungkan niatnya untuk memberitahukan apa yang terjadi. “Sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Aku harus menemui nyonya nanti malam,” pikir David dengan serius.

Di kejauhan Axel melambaikan tangannya melihat kepergian mobil Teresia, pria itu segera membalikan badan dan melihat David yang masih berdiri di tempatnya, sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Kenapa diam saja di situ? Kau sudah melakukan tugas yang aku perintahkan?”

Suara tajam Axel membuyarkan lamunan kecil David. “Tentu, Tuan. Saya sudah mengantar nona Naomi ke kamar tamu,” jawab David terbata.

“Perhatikan dia, lebih bagus jika kau menangkap basah dia ketika mencuri,” titah Axel terdengar jahat.

David menelan salivanya dan menatap ngeri, titah tuannya selalu saja aneh-aneh, entah akan seperti apa reaksi Axel jika nanti dia tahu bahwa Naomi yang dia bawa ke rumah sekarang ini adalah calon pengantin bisnis yang Teresia pilihkan.

“Tuan.”

“Ada apa?”

“Anda mengalami kecelakaan dengan nona Naomi?”

Axel membalikan badannya dan menatap tajam David. “Benar, aku membawa dia ke sini agar terhindar dari scandal, untuk saat ini tunawisma itu aku tampung di rumah. Karena itu, jaga dan perhatikan dia, jika perlu keluakan banyak barang-barang berharga agar dia bisa mencuri.”

David terdiam dan merenungkan banyak hal, pria paruh baya itu merasa jika kecelakaan yang terjadi pada Naomi dan melibatkan Axel, ini adalah sebuah keajaiban.

“David,” panggil Axel.

David mengenyahkan lamunan kecilnya dan menatap Axel dengan serius. “Ya, Tuan?”

“Periksa mobilku yang di pakai kecelakaan hari ini. Ada sesuatu yang tidak beres.”

David mengerjap kaget “Baik.”

Axel segera pergi berlalu, kecelakaan hari ini memang bukan karena kelalaian semata, bukan pula karena kesalahan Naomi saja. Sejak berkendara dari kantor, Axel sudah tersadar jika rem kendraannya tidak berfungsi dengan baik.

Ada sesuatu yang tidak beres dari kecelakaan itu.

***

Axel berkutat di meja kerjanya, beberapa kali dia melakukan panggilan kepada Sharen untuk mengetahui kabar terbaru dari sekretarisnya itu.

Sharen memberi kabar jika kini, paman Axel yang bernama Hutton itu tengah membuat keributan dengan mengungkit-ngungkit masa lalu ayah Axel yang buruk dan bodoh dalam mengelola maskapai penerbangan.

Hutton berusaha menunjukan citra yang buruk tentang Axel dari ujung kaki hingga ujung kepala agar orang-orang bisa melihat dirinya sebagai sosok peminpin yang ideal.

Ada bnyak hal-hal buruk yang bisa Hutton ungkit tentang Axel, tidak hanya masa lalu ayahnya yang sudah membuat perusahaan bangkrut. Axel juga memiliki sifat yang buruk, selalu angkuh, berbicara kasar.

Axel yang mendengarkan kabar itu terlihat tenang dan menganggapnya angin berlalu.

Tidak terlihat sedikitpun kekhawatiran di mata pria itu saat membicarakan masalah yang terjadi, Axel sudah sangat terbiasa di hadapkan dengan banyak masalah, beruntungnya dia handal dan cepat tanggap dengan hal-hal yang ada di sekitarnya. Karena hal itulah Axel tidak bisa di gertak dan di tekan dengan mudah, apalagi di tekan untuk melakukan pernikahan bisnis.

Sebuah bayangan pergerakan di sisi jendela mengalihkan kesibukan Axel dari komputer, Axel menegakan tubuhnya dan menggerakan kursi untuk lebih dekat ke jendela.

Sejenak Axel terdiam,  melihat Naomi yang kini berada di depan jendela terlihat habis berjalan-jalan.

Jendela ruangan kerja Axel memakai cermin dua arah sehingga Naomi tidak dapat melihat apa yang Axel lakukan di dalam ruangan. Sementara Axel, pria itu bisa melihat apa yang terjadi di luar dengan leluasa.

Axel bersedekap melihat Naomi menyeret kakinya yang memakai gips dan berdiri di sisi kolam ikan, kini gadis itu mengenakan gaun putih selutut dengan wajah yang terlihat lebih segar usai mandi.

Naomi mengusap dagunya terlihat seperti sedang berpikir keras memikirkan sesuatu.

Dalam satu gerakan Naomi berbalik dan menghadap jendela, gadis itu berdiri memperhatikan dirinya sendiri. Bibir mungil Naomi menyunggingkan senyuman lebarnya sambil menepuk-nepuk pipinya agar merona.

Hari ini terasa sangat begitu melelahkan untuk Naomi, ada banyak kejadian yang terjadi, Naomi merasa sangat sedih dan frustasi dengan keadaannya yang kacau. Akan tetapi Naomi tidak boleh mengeluh, dia harus mengembalikan suasana hatinya lagi agar bisa tenang dan melanjutkan harinya esok.

Axel yang duduk memperhatikan dari dalam dibuat tertegun melihat senyuman cantik gadis itu yang terlihat indah dan cerah layaknya bunga matahari di bawah langit yang biru, pipinya yang di tepuk-tepuk itu kini terlihat memerah seperti buah persik di antara dua buah daun.

Senyuman indah Naomi menghilang, suasana hatinya kembali yang gelisah begitu teringat jika dia tidak boleh bersantai-santai. Naomi harus mencari pekejaan usai tangan dan kakinya sembuh.

Dokter sempat mengatakan jika Naomi harus istirahat total dalam waktu lama.

Selama menunggu penyembuhan, Naomi tidak boleh diam bermalas-malasan, dia harus memikirkan pekerjaan apa yang harus dia lakukan mengingat selama ini Naomi tidak pernah melakukan pekerjaan apapun. Bahkan untuk bekerja paruh waktu seperti teman-temannya saja, Naomi belum pernah mencobanya.

“Pekerjaan apa yang harus aku lakukan?” tanya Naomi pada kaca di depannya, gadis itu sama sekali tidak menyadari jika kini Axel sudah berdiri berhadapan dengannya memperhatikannya dengan seksama.

Tangan Naomi merongoh sekantung cokies cokelat dari saku dressnya, gadis itu memakannya sambil memperhatikan dirinya sendiri di kaca. Meski mulutnya kini mengunyah, pikirannya sedang berusaha keras memikirkan pekerjaan yang harus dia lakukan.

Akan lebih mudah untuk Naomi jika dia melamar pekerjaan dalam waktu dekat, perusahaan lebih suka pekerja yang masih fresh dengan begitu mereka bisa di atur dengan ketentuan baru.

“Menjadi karyawan kantor juga tidak buruk, itu salah satu cita-citaku waktu kecil. Menjadi guru juga bagus, sepertinya aku bisa melamar di sekolah internasional,” pikir Naomi dalam kesunyian, “menjual barang-barang dan melakukan bisnis juga bukan pilihan yang buruk,” pikir Naomi lagi sampai tanpa sadar kantong cokies yang di pegang tangannya yang cedera itu jatuh ke lantai dan berhamburan.

“Astaga!” Naomi terpekik kaget, terburu-buru gadis duduk di lantai dan memungut semua makanan di lantai dan memasukannya kembali ke kantong, kepala kecil Naomi bergerak ke sana-kemari takut orang lain melihatnya, Naomi tidak akan menyia-nyiakan sepotong kecilpun cokies cokelat yang sudah di curinya di dapur karena terlalu lapar. Akan sangat memalukan jika ada orang yang tahu Naomi telah mencuri kue.

Axel mendengus geli nyaris tertawa melihat sikap konyol Naomi yang terlihat memalukan sekaligus menggemaskan.

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status