Share

06

Entah kenapa kejadian yang menimpa Elios kemarin membuat Alona merasa tak nyaman bahkan membuatnya tak bisa tertidur sepanjang malam, karena setelah di pikir kembali, bagaimana bisa mereka pergi selama itu hanya untuk sebuah jepit? Terlebih lagi, pagi ini putranya tampak bertingkah aneh, seperti tengah menyembunyikan sesuatu.

Firasatnya sebagai seorang ibu mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu pada putranya kemarin.

Tak ingin kecurigaan membunuh pikirannya, Alona kemudian memutuskan untuk mendatangi rumah paman Jensen dan memintanya untuk mengatakan yang sebenarnya.

Namun setibanya di sana, Alona tertegun karena pria itu sedang tak ada di rumah

" Mungkinkah mereka pergi ke suatu tempat? " Gumam Alona, setelah memastikan bahwa Paman Jensen dan anaknya tak ada di sana, Ia pun menghela nafas, kemudian memutuskan untuk pergi dari sana dan berniat untuk menanyakannya lain kali. Akan tetapi, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendengar suara gesekan benda dari arah dapur.

" Paman Jensen? Apa itu kamu? " Tanya Alona memastikan dengan suara yang sedikit cukup kencang.

Sepi tak ada jawaban.

Seakan rasa ke penasarannya belum terpuaskan, Alona kemudian berjalan ke arah dapur dimana suara itu berasal, tapi sayangnya, setibanya di sana, tempat itu kosong dan tak ada siapapun di sana.

Dahi Alona mengernyit heran, pasalnya ia yakin bahwa dirinya mendengar suara dari arah dapur, ia kemudian menghela nafas lagi kemudian berpikir, mungkin itu hanya perasaanya saja, lalu berbalik meninggalkan dapur.

Akan tetapi, kedua bola mata Alona tiba-tiba pupil Alona mengecil ketika mendapati sosok misterius berjubah hitam yang tiba-tiba membanting tubuhnya ke arah Dapur hingga membuat semua perabotan di sana menjadi berantakan.

Seakan tak ingin memberi Alona waktu untuk bernafas, orang itu langsung mencekik lehernya, mengangkat tubuhnya ke atas hingga kedua kakinya tak bisa menyentuh lantai lagi.

" Si- Siapa kamu? " Tanya Alona dengan susah payah sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan orang itu dari lehernya.

" Dimana anak itu? "

" A- apa maksud mu? "

" Ku bilang mana anak itu?! Seharusnya kamu tak melahirkannya! " Teriak orang itu dengan nada marah

Cuih! Alona meludahi wajah orang itu dan mengatakan bahwa dirinya tak akan memberi tahu keberadaan putranya bahkan jika dirinya mati sekali pun.

Orang itu pun menjadi murka, tangannya semakin kuat mencengkram leher Alona hingga membuatnya kesulitan untuk bernafas.

" Lebih kamu mati saja dasar darah CAMPURAN. "

Dada Alona semakin terasa sakit, tatapannya perlahan memudar, kepalanya semakin pusing.

Mungkinkah ini adalah akhir dari hidupnya? pikirnya.

Namun, saat dirinya merasa bahwa hidupnya telah berakhir, tiba-tiba sebuah serangan api muncul dan membuat cengkraman tangan itu pun lepas dari lehernya.

Nenek Neli pun kembali melayangkan serangan kedua sehingga membuat orang itu mundur beberapa langkah.

" Kamu tidak apa-apa? " Tanya Nenek Neli sembari membantu Alona berdiri.

Alona pun mendongkak dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

" Hei wanita tua! Kamu telah salah menyelamatkannya, " kata orang itu.

Nenek Neli tersenyum sembari menyunggingkan bibirnya, kemudian berkata :" Entahlah, bagiku tindakan ku sudah benar. "

" Dasar wanita tua bodoh! Lebih baik kamu mati saja bersamanya, " ujar orang itu kemudian mengulurkan tangannya ke depan, seketika puluhan pisau pun muncul dan mengelilingi tubuhnya, salah satu sudut bibir orang itu terangkat ke atas. Di detik berikutnya, puluhan pisau itu terbang ke arah Nenek Neli dengan kecepatan seperti angin.

Meski puluhan benda tajam tengah terbang ke arahnya, namun, Nenek Neli tak bergeming sedikit pun, raut wajahnya masih terlihat sangat tenang seperti permukaan danau.

Nenek Neli kembali tersenyum, wanita itu kembali mengeluarkan kekuatan apinya dan membuat semua pisau itu hancur meleleh.

Kedua bola mata orang itu terbeliak, menatap tak percaya dengan apa yang terjadi, ia kemudian menggunakan seluruh kekuatannya untuk memunculkan lebih banyak lagi senjata, namun serangan api Nenek Neli lebih cepat dan lebih kuat dari milik orang itu yang pada akhirnya membakar orang itu hingga menjadi abu.

Tak lama kemudian setelah perkelahian itu selesai, Paman Jensen akhirnya keluar dari persembunyiannya, kemudian terkejut melihat apa yang terjadi dengan rumahnya.

" Apa yang terjadi? " Tanya paman Jensen dengan raut wajah bingungnya

" Mereka sudah mengetahuinya, kita harus segera pergi, " ujar Nenek Neli

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status