Share

Bab 35

last update Last Updated: 2022-06-11 17:24:59

"Yasmin bisa ikut saya sebentar!" ucap Farel mampu mencuri perhatian para karyawan yang berada di sana.

Yasmin mengangguk lalu berjalan mengekor Farel. Semua mata menatap tak suka ke arah dua orang berbeda jenis itu.

"Yasmin!" teriak Nikita membuat langkah Yasmin dan Farel berhenti.

"Ada apa?" tanya Yasmin seraya membalikkan badan. Dia tahan emosi yang makin memuncak. Tiga hari diperlakukan tidak baik membuatnya semakin benci dengan Nikita.

"Aku kerjakan tugas kamu. Jangan diulang lagi ya," ucap Nikita lembut. Dia berusaha mencari perhatian Farel dengan menjelek-jelekan Yasmin. Dia ingin menampakkan kesalahan Yasmin di hadapan adik sangat atasan.

"Apa? Itu bukan tugas aku ya!" pekik Yasmin seraya mengepalkan tangan di udara. Dadanya naik turun. Berkali-kali dibully Nikita membuat kesabaran di ujung batas. Semut saja mengigit saat terinjak, apa lagi manusia seperti Yasmin.

"Sudah, ayo!" Farel segera menarik paksa tangan Yasmin. Dia tidak ingin ada pertengkaran di antara kar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 36

    "Ini pesanannya," ucapku seraya meletakkan empat mangkuk sop iga di atas meja. "Terima ka... Yasmin!" DEG Suara seorang wanita yang sangat kubenci. Aku bahkan berharap dia lenyap dari muka bumi ini. Agar aku bisa bersama Om Bagas tanpa ada parasit dalam hubungan kami. Sayang dalam peperangan akulah yang kalah. Om Bagas memilih bersama Sandra. Meski hati tak rela, tapi aku bisa apa? Berjuang? Entahlah, aku sendiri ragu dengan kata itu. Aku hembuskan nafas perlahan, mengatur rasa yang tak bisa kujabarkan. Marah, benci, kecewa, dan malu. Semua melebur menjadi satu. "Yasmin, kamu Yasmin kan? Wanita mur*han yang ingin merebut suamiku. Tapi sayang tidak bisa," ucap Sandra dengan pongahnya. Aku diam, mengatur emosi yang siap meledak. Ku kepalkan tangan kanan di samping. Rasanya ingin ku layangkan tangan ini hingga mengenai wajah Sandra. Namun lagi-lagi aku urungkan niat itu. Bukan karena takut dipecat tapi takut masuk ke hotel prodeo. "Saya permisi. Silakan menikmati pesanannya.

    Last Updated : 2022-06-12
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 37

    "Lho, kok tidak sakit?" gumamku lirih. "Jelas tidak sakit, Mbak. Saya yang sakit." Terdengar suara lelaki meringis kesakitan. Astaga! Pantas saja tidak sakit. Aku jatuh di tubuh seorang pria. Segera aku bangun. "Rian!" ucapku kalau melihat pria di hadapanku. "Bila, kamu Nabila kan?" Rian menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mungkin dia terkejut melihatku berpenampilan seperti ini. Nabila yang ia kenal berpenampilan wah. Kini memakai seragam pelayan restoran. Pasti Rian tertawa terbahak-bahak. "Kamu kerja di restoran itu?" "Tadi iya, sekarang tidak tahu.Aku duluan ya!" Rian diam tapi matanya menatapku hingga tak berkedip. Mendadak aku menjadi salah tingkah. Jujur saja penampilan saat ini membuatku merasa tidak nyaman. Aku seperti bukan diriku sendiri. Aku kembali tersadar saat suara Sandra terdengar dari sini. Dia pasti ingin mempermalukan aku lagi. "Aku duluan!" Aku kembali berjalan meninggalkan Rian yang masih berdiri di tempat yang sama. Aku sudah berad

    Last Updated : 2022-06-13
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 38

    Beberapa pesan masuk di aplikasi hijau milik Brian. Lelaki itu masih diam enggan membaca apa lagi membalasnya. Dia yakin itu pesan dari Sandra yang menanyakan keberadaannya. Kriiingg.... Ponsel Brian berbunyi nyaring. Alunan lagu pop terdengar kala Sandra menghubunginya. Sesaat Brian bimbang, diangkat atau dibiarkan hingga akhirnya mati sendiri. Namun dengan ragu ia menggeser gambar telepon ke atas. "Kamu di mana? Mami menunggu sampai sopnya dingin!" ujar Sandra tanpa mengucap salam terlebih dahulu. Kebiasaan Sandra selalu begitu. Urung mengucapkan salam saat ingin memastikan sesuatu. Seperti saat ini. Di restoran milik Hazna, Sandra dan Bagas masih duduk sembari menikmati sop buntut yang mereka pesan. Andre sendiri memilih tak datang karena masih muak dengan perbuatan kedua orang tua mereka. Putra kedua Sandra kian tertutup. Apa lagi di depan kedua orang tuanya. Namun Sandra tak juga mengetahui perubahan sikap sangat putra. Hati dan pikirannya sudah disibukkan dengan Bagaska

    Last Updated : 2022-06-14
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 39

    Yasmin sudah siap dengan baju kerjanya. Tangannya masih sibuk merapikan hijab yang sebenarnya sudah rapi. Rasa takut yang membuatnya kian merasa bingung. Ingin kembali bekerja tapi malu dengan semua karyawan restoran apa lagi Hazna. Namun jika keluar, dia ragu akan segera mendapatkan pekerjaan. Di tambah dia hanya lulusan SMA. "Belum berangkat kerja?" Suara Cindy memecahkan lamunannya. Yasmin menoleh ke arah Cindy pelan. Sahabatnya itu tengah berdiri dengan punggung menempel di pintu. Matanya menatap Yasmin lalu menggelengkan kepala. Cindy sangat tidak menyukai seragam kerja Yasmin. Memalukan dan kampungan. Dua kata itu yang selalu ia ucapkan saat mengomentari penampilan Yasmin. "Sudahlah, Yas, ganti saja pekerjaanmu itu. Apa kamu tak malu berpenampilan seperti orang alim tapi kelakuan malu-maluin!" sindir Cindy sambil menarik ujung bibirnya. Mencibir. Sebenarnya Cindy ingin menggoyahkan pendirian Yasmin agar mau ikut bersamanya ke dunia malam. Wanita berpakaian ketat itu yak

    Last Updated : 2022-06-15
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 40

    "Apa kamu benar-benar menjadi wanita simpanan, Yasmin?" tanya Bu Hazna tanpa tedeng aling-aling. Aku hanya bisa diam, tak mampu mengeluarkan sebuah kata. Mulut ini mendadak menjadi kelu. Sebenarnya aku sudah yakin ini akan terjadi tapi kenapa aku jadi takut begini? Aku kehilangan keberanian di hadapan Bu Hazna. Bahkan kata-kata yang sempat ku rangkai hilang tak berbekas. "Jadi benar isu itu?" ucapnya penuh penekanan. Nada suaranya tidak tinggi, tapi mampu membuatku gemetar ketakutan. Yasmin yang bar-bar dan tak tahu malu seakan hilang. Kini hanya tinggal Yasmin yang berubah menjadi pengecut. Payah. "Yasmin kamu tidak tuli, kan?" "Ti-tidak, Bu. Sa-saya memang pernah menjadi simpanan pengusaha," ucapku menunduk. Entah kenapa aku justru membuka aibku sendiri. Namun mau bagaimana lagi? Semua orang sudah tahu video yang sempat tersebar di dunia maya. Mengelak juga percuma, tak akan mengubah keadaan. "Astagfirullahaladzim ...." Bu Hazna memegangi dadanya seraya menggelengkan kep

    Last Updated : 2022-06-16
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 41

    Ting... Ting.... Beberapa pesan masuk di aplikasi berwarna hijau milikku. Kuabaikan begitu saja. Aku ingin menenangkan diri. Ting... Ting.... Lagi dan lagi notifikasi pesan masuk kembali terdengar. Tidak hanya satu tapi beberapa pesan. Entah siapa yang mengirimkan pesan beruntun itu. Terpaksa ku rogoh benda pipih yang ada di dalam saku celana. [Kamu di mana?] [Aku ada di restoran tapi kenapa kamu tidak terlihat?] [Kamu tidak masuk? Kamu sakit?] Tiga pesan dari Rian hanya ku baca tanpa ada niat kubalas. Bukan aku menghindar, aku hanya ingin sendiri. [Terima kasih sudah menjadi pelanggan ojek pertamaku. Nanti sore ku jemput ya? ] [Yasmin.] Aku tersenyum membaca pesan dari Farel. Lelaki itu sungguh lucu. Mana ada tukang ojek yang memakai jas putih. Ada-ada saja. Kembali kumasukkan benda pipih di dalam saku celana. Tak ada satu pesan yang ku balas. Aku ingin menyendiri. "Kakek, pelan-pelan dong! Nenek capek jalan terus." Aku menoleh mencari sumber suara yang tiba-tiba

    Last Updated : 2022-06-16
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 42

    Pov Gilang "Kamu gila, Gilang!" "Ya, aku gila karena mencintaimu. Semenjak kejadian itu aku selalu memikirkan kamu. Aku merasa bersalah. Rasa salah yang justru membuat aku semakin menyukaimu. Mau kah kamu menikah denganku, Yasmin Nabila Putri?" Aku menggenggam tangan Yasmin. Namun dengan cepat Yasmin menepis tangan ini. "Pergi jangan pernah temui aku lagi! Aku membencimu seumur hidup!" ucapnya penuh penekanan lalu pergi meninggalkanku. Aku tatap punggungnya hingga hilang dari pandangan. Mungkin aku benar-benar gila. Jatuh hati kepada selingkuhan kakak ipar sendiri. Namun aku bisa apa? Rasa itu hadir sendiri. Aku memang benci saat tahu Nabila adalah orang ketiga dalam pernikahan kakak kandungku. Rasa benci yang membuatku nekad melecehkan dia. Ya, aku memang salah. Aku gelap mata. Dan kini dia membenciku. Berhari-hari aku mencari tahu tentang Nabila. Dia adalah putri seorang pengusaha. Sayang orang tuanya meninggal dan mewariskan hutang yang begitu banyak. Disaat ia terpuru

    Last Updated : 2022-06-17
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 43

    Pov Gilang Aku memasuki kawasan perumahan elit. Rumahku terletak paling ujung. Aku harus melewati empat rumah berpagar tinggi. Aku bahkan tak tahu siapa pemilik rumah-rumah ini. Kami hanya bertemu diacara tertentu. Kalau setiap hari kami tak pernah bertemu atau sekedar saling sapa. Sibuk, salah satu alasan aku tak kenal dengan mereka. Aku sudah berhenti tepat di halaman rumah bernuansa eropa klasik dengan tiang besar dan tinggi. Cat putih menambah kesan elegan dan mewah. Segera aku melangkahkan kaki masuk ke dalam. "Sudah ditunggu di ruang keluarga, den," ucap Bik Darmi ramah. Aku mengangguk lalu berjalan menuju ruangan luas tempat kami bersantai sembari bercerita hangat. Senyum dari mama, papa dan Mbak Sandra menyambut kedatanganku. Segera kusalami tangan mereka satu persatu. "Ada apa, Mbak? Kenapa memintaku segera pulang?" tanyaku seraya menjatuhkan bobot di sofa tepat di samping Mbak Sandra. "Pengennya sih Mbak yang jelasin mumpung lagi bahagia begini. Tapi sepertinya pa

    Last Updated : 2022-06-18

Latest chapter

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 134

    "Makan ya, Rel," bujuk Mama seraya mendekatkan sendok ke arahku. Aku menoleh, kembali fokus menatap awan yang terlihat dari jendela kamar. Saat ini aku tengah terkulai lemas di atas ranjang khas rumah sakit. Beberapa hari yang lalu aku terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. "Jangan dibiarkan kosong perutnya, Rel. Kamu tahu, kan harus bagaimana? Jangan hanya pandai menasihati pasien, sementara kamu sendiri tidak melalukan hal itu."Aku masih membisu. Netraku masih tertuju pada titik yang sama. Langit siang hari di Kota Jakarta. Bukan langit biru dengan burung yang menari di sana. Namun langit yang tertutup oleh awan putih akibatnya banyaknya pencemaran udara. "Rel, jangan seperti ini, Nak. Kamu harus sembuh demi ...""Demi siapa, Ma? Demi memenuhi obsesi Papa. Percuma aku sembuh jika hidupku terasa mati. Aku hidup tapi mati."Isak tangis kembali terdengar di telinga. Siapa lagi kalau buka Mama. Namun kali ini aku memilih bungkam. Tenggelam dalam ras

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 133

    Yasmin luruh di lantai. Tangisnya pecah detik itu juga. Penyesalan pun hadir, bahkan menyesakkan dada. Maafkan aku, Rel. Aku salah mengira. Aku pikir kamu tega meninggalkan aku dan Naura hanya karena harta. Tapi justru kamu yang berkorban untuk Naura. Farel... Pulanglah. Butiran-butiran kristal telah membanjiri pipi. Bahkan surat pemberian Farel telah baca oleh air mata. Ya Allah, haruskah kami berpisah untuk kedua kalinya? Dipisahkan dengan orang kita sayangi itu memang berat. Apalagi jika perpisahan itu terjadi karena keadaan. Itu jauh lebih menyakitkan dari dikhianati. ***Hari demi hari Yasmin lewati dengan kesedihan. Tawanya memang terdengar, tapi hanya untuk menutupi sunyi dan luka dalam sanubari. Farel memang meninggalkan dirinya. Namun lelaki itu telah menyiapkan aset untuk Yasmin dan Naura. Tanggung jawab seorang ayah meski tak dapat terus bersama. "Owek... Oweek..."Tangis Naura menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Semakin mendekati kamar, suara itu semakin keras.

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 132

    "Dokter, ada yang ingin saya bicarakan.""Langsung saja, Dok!" jawab Harun dengan mata fokus menatap layar laptop. "Dokter Farel melakukan kesalahan lagi, Dok."Harun mengalihkan pandangannya. "Maksudnya?""Dokter Farel salah memberikan resep, Dok.""Apa!" pekik Harun. Seketika Harun menutup laptopnya. Dia bergegas menuju ruangan putranya. Sepanjang jalan dia mengumpat dalam hati. Lagi-lagi merutuki kecerobohan putranya. "Percuma kuliah tinggi-tinggi, ngasih resep saja gak becus!" BRAK! Pintu berwarna abu itu didorong kasar. Suara keras sontak membuat Farel tersentak, kaget. Lelaki yang tengah fokus itu membawa artikel seketika mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya kamu salah memberikan resep, Rel! Apa gunanya kuliah tinggi, obat asma saja gak ngerti!"Farel masih diam, dia enggan membalas makian Harun. Pikirannya sudah lelah karena terus memikirkan keadaan istri dan putri semata wayangnya. Berpisah dengan keluarga membuat hidupnya mati. Ya, dia hidup tapi mati. Harun terus mema

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 131

    "Sayang, titip Naura ya," ucap Farel sebelum mobil yang membawa Yasmin dan Naura pergi dari hadapannya. "Doakan Naura sembuh agar kita dapat berkumpul kembali."Farel mengangguk dan tersenyum datar. Sebisa mungkin ia tutupi kemelut dalam rongga dadanya. Lelaki itu tak ingin istrinya curiga dan membatalkan keberangkatannya ke Singapura. * Flashback *Satu bulan yang lalu. "Yas," panggil Farel lirih. Saat ini mereka berada di ruang rawat inap. Suasana sunyi membuat suara lirih terdengar begitu jelas. Yasmin pun menoleh, menatap lelaki yang duduk di kursi, tepat di hadapannya. "Aku sudah mencari donasi untuk pengobatan Naura.""Sudah dapat, Rel?"Farel mengangguk pelan. Detik itu mulutnya begitu kelu. Kalimat yang sedari tadi menari di kepalanya mendadak hilang, meninggalkan mulut yang tertutup, membisu. "Secepat ini, Rel? Yakin ini bantuan dari yayasan?""Iya. Aku dapat dari teman lama. Kamu tahu, kan. Aku mantan dokter, jadi tahu akses untuk mendapatkan bantuan dari yayasan." Fa

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 130

    Satu minggu kemudian"Rel, gendongnya gimana?" Yasmin melirikku, dia nampak bingung bagaimana cara menggendong Naura. "Kamu bawa tasnya saja, Yas."Aku meletakkan tas berisi keperluan Naura selama di rumah sakit. Dengan hati-hati, aku gendong bayi mungil ini. Yasmin hanya diam, memperhatikan caraku menggendong bayi yang baru berusia 12 hari. "Kamu pinter banget, Rel.""Hem!""Iya lupa, kamu lebih jago dari aku." Yasmin tersenyum samar. Setelah semua urusan selesai, kami pun segera meninggal rumah sakit. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Yasmin menatap wajah mungil yang ada di dalam pangkuanku. Senyum tergambar jelas di wajah ayunya. Yasmin bahagia, begitu pula diriku. "Dia cantik ya, Pa."Aku tersenyum mendengar kata itu. Papa... entah kenapa aku tergelitik kala Yasmin memanggilku dengan sebutan itu. Ternyata aku sudah benar-benar tua. Sudah ada ekor ke mana pun aku pergi. "Kenapa mesem begitu? Aku salah ngomong ya?""Enggak.""Lalu kenapa kamu tertawa? Aku tersenyum lebar. "

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 129

    "Boleh, tapi ada syaratnya, Rel.""Papa.""Iya ini Papa.""Tolong bantu Farel, Pa."Aku mengiba, dengan sengaja menurunkan harga diri yang sempat kujunjung tinggi. Aku menyerah, mengalah demi Yasmin dan putri kecil kami. "Ada syaratnya, Farel.""Syarat... Maksud Papa?""Farel... Farel, kamu lupa... di dunia ini tidak ada yang gratis! Semua hal harus ada timbal baliknya, bukan?"Aku diam, kepala mencoba mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Papa. Entah setan apa yang kini mendiami kepala Papa. Pola pikirnya tak seperti dulu. Papa telah berubah. "Apa yang Papa mau?""Papa akan kirimkan sejumlah uang. Kamu kirimkan no rekening sekarang!""Lalu apa yang Papa mau dariku?""Nanti Papa beritahu.""Tapi, Pa.""Pikirkan dulu kesehatan anak dan istrimu, Farel."Sambungan dimatikan sepihak. Meski belum puas dengan penjelasan Papa, aku memilih diam dan menerima penawarannya. Karena hanya itu satu-satunya harapan yang aku punya. Setelah mengirimkan nomor rekening yang baru. Aku segera m

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 128

    "Yasmin!"Farel segera berlari mendekati istrinya yang tergeletak di lantai tepat di depan kamar mandi. Yasmin pingsan beberapa saat yang lalu. "Yasmin, kamu kenapa?" Farel kebingungan melihat Yasmin tak bergerak. Farel menyentuh pipi istrinya, tapi Yasmin masih diam saja. Refleks Farel mengangkat tubuh Yasmin. Tertatih ia membopong tubuh Yasmin ke dalam kamar. Farel berusaha menguasai diri. Dia tepis rasa khawatir yang bersemayam dalam dadanya. Suami mana yang tak khawatir dan panik melihat istrinya tak sadarkan diri. Apalagi dalam kondisi mengandung. Dengan cekatan Farel memeriksa denyut nadi perempuan di hadapannya. Seketika wajah lelaki menegang kala melihat cairan merah yang mengalir di kaki istrinya. Tanpa pikir panjang, Farel berlari ke luar. Dia berusaha meminta bantuan tetangganya. Tidak lama sebuah mobil berhenti di jalan depan rumah Farel. Farel dan seorang lelaki dengan hati-hati membopong tubuh Yasmin. Mereka merebahkan Yasmin di jok bagian tengah."Tolong cepat ya,

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 127

    "Papa."Mataku melotot melihat lelaki yang kini berdiri di hadapanku. Lelaki yang sejak semalam kupikirkan kini berdiri di depan mata. Namun dengan wajah merah padam. "Siapa tamunya, Rel?"Aku masih diam, pertanyaan Yasmin bagi angin lalu. Hanya lewat tanpa singgah apalagi menetap. "Mama dan Hazna mana?" tanyanya dengan netra menelisik setiap sudut ruangan ini. "Ada di dalam, Pa. Papa masuk dulu!""Gak sudi! Suruh mama dan Hazna keluar, sekarang!" pekiknya. "Kok lama, siapa tamunya, Mas?"Aku menoleh ke belakang. Yasmin sudah berdiri dengan wajah menunduk, ketakutan. "Papa," ucap Mama dan Mbak Hazna serempak. Hening menyelimuti ruangan ini beberapa saat. Ada takut dan tegang yang membuat suasana tidak lagi kondusif. Tatapan papa mampu membuat semua orang menciut, terutama Yasmin. "Ayo pulang, Ma, Hazna!""Dari mana Papa tahu aku dan mama berada di sini?" tanya Mbak Hazna ketika berada di sampingku. "Tak penting, pulang sekarang!""Sabar, Pa! Semua bisa dibicarakan dengan baik-

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 126

    "Mama... Mbak Hazna."Aku tak mampu lagi berkata-kata, hanya sebuah pelukan yang mampu melukiskan betapa rindu hatiku ini. "Lepas, Rel!" Mbak Hazna mendorong tubuhku hingga menjauh. "Kamu mau Mbakmu ini mati kehabisan napas?"Aku tersenyum sambil menggaruk kepala yang tak gatal. Aku terlalu bahagia hingga mengapresiasikan rasa itu secara berlebihan. Mbak Hazna tak tahu, betapa aku sangat merindukan dia dan mama. "Ma, Mbak," panggil Yasmin seraya mencium penggung kedua wanitaku dengan khitmad. Sempat kulihat keraguan yang nampak di wajah istriku. Namun seketika berubah kala mama dan Mbak Hazna menyambut dengan pelukan hangat. Ini adalah momen yang selalu aku nantikan. Kami berkumpul tanpa rasa benci dan amarah. Kami hidup menjadi keluarga yang utuh dan bahagia. Namun perjuangan kami belumlah selesai. Aku dan Yasmin harus berusaha keras melunakkan hati papa yang sekeras baja. "Disuruh diem di situ, Rel? Tante sama Mbak Hazna capek berdiri begitu."Seketika aku terkesiap kemudian se

DMCA.com Protection Status