Share

Bab 82

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2024-11-24 20:09:54

"Papa jangan galak-galak dong ke Mama. Kasihan tau!" ujar Kanaya, ketika Alan baru saja selesai menyuapkan makan malam padanya.

"Dia emang pantes digituin, Kanaya. Dia harus diberi pelajaran sama semua orang, biar sadar diri. Kalau nggak, dia bakalan terus nglunjak, dan nggak pernah introspeksi diri."

Kanaya menghela napas panjang, memang benar apa yang dikatakan oleh Alan. Arumi memang tidak pernah introspeksi diri.

"Apa kamu membenarkan perbuatan Mama kamu?" tanya Alan, ketika melihat Kanaya terdiam. Gadis itu pun menggeleng.

"Nggak, Mama memang salah, dan yang bikin aku nggak habis pikir, selain tidak peduli pada kita, Mama ternyata juga nggak peduli sama Opa dan Oma. Padahal, mereka sangat menyayangi Mama. Seharusnya Mama bersyukur, sejak kecil dia sangat disayangi orang tua kandungnya, nggak kayak aku yang nggak tahu identitas orang kandungku."

Raut wajah Kanaya pun seketika berubah. "Stt ... nggak usah sedih gitu dong. Kan ada Papa di sini."

Alan mengangkat dagu Kanaya, kemudian
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 83

    "Udah sana Pa, buka dulu pintunya!" perintah Kanaya. Alan yang sebenarnya enggan, hanya menggerutu kesal, lalu bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju ke arah pintu. Ketika dia membuka pintu tersebut, tampak Arumi berdiri di depannya, sembari tersenyum manis, dengan membawa sebuah paper bag di tangan. "Sedang apa kau ke sini?" "Aku mau ketemu Kanaya." "Siapa yang memperbolehkanmu kembali datang, hah?" Arumi sebenarnya begitu kesal mendengar perkataan Alan, tapi dia mencoba meredam emosinya. Wanita itu pun tersenyum simpul. Lalu, berjalan masuk begitu saja, mengabaikan Alan yang menghalangi masuk ke kamar perawatan tersebut. "Ck, sebaiknya kau pulang, Arumi!" "Pa, biarin Mama di sini." Perkataan Kanaya pun membuat seutas senyuman kembali tersungging di bibir Arumi. Dia kemudian duduk di samping bed pasien Kanaya. "Maafin Mama ya, tadi siang Mama." "Minta maaf buat apa, Ma? Mama nggak salah kok." "Makasih, Sayang. Ini Mama bawain brownies, sama buah-buahan

    Last Updated : 2024-11-25
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 84

    Alan tampak berjalan mondar-mandir di depan ruang emergency. Beberapa saat yang lalu, ketika dia sedang berbicara dengan Arumi, tiba-tiba istrinya itu tidak sadarkan diri.Awalnya, Alan mengira, jika Arumi sedang berpura-pura. Namun, setelah perawat yang menolongnya, memastikan jika Arumi benar-benar pingsan, Alan pun merasa cemas."Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Alan ketika seorang dokter keluar dari ruang emergency."Istri anda tidak apa-apa, Tuan Alan. Kemungkinan, saat ini dia sedang hamil, tapi untuk mendapatkan kepastiannya, sebentar lagi dia akan dibawa ke Dokter Spesialis Kandungan.""Apa? Arumi hamil, Dok?" sahut Alan, sembari menyipitkan mata."Ya, itu baru dugaan saya."Kali ini, Alan tampak menggelengkan kepalanya. Entah mengapa, kehamilan ini terasa begitu aneh baginya."Bagaimana mungkin?" gumam Alan lirih."Nyonya Arumi, sebentar lagi akan dibawa ke dokter spesialis kandungan. Kebetulan, ada dokter kandungan yang masih memeriksa pasiennya. Jadi, saya sertakan

    Last Updated : 2024-11-25
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 85

    "Mas, kamu ngomong apa sih? Jangan becanda deh. Aku lagi hamil loh! Pernikahan itu bukan mainan. Kamu nggak boleh ngomong cerai sembarangan.""Sekarang, aku tanya padamu. Kamu berapa lama berada di luar negeri?" Arumi mengangkat bola matanya, seolah sedang menghitung hari kepergiannya ke luar negeri, sampai dia pulang."Emh, kurang lebih sekitar dua puluh hari. Ada apa sih, Mas? Bukannya aku udah ijin nunda kepulangan, dari rencana awal?" jawab Arumi dengan begitu polos. Tanpa menyadari maksud terselubung Alan."Ck, sekarang kamu hitung usia kehamilanmu?""Lima minggu, bukankah tadi dokter bilang usia kandunganku lima minggu?"Alan hanya terkekeh, lalu bangun dari tempat duduknya. Kemudian keluar dari ruang emergency tersebut, meninggalkan Arumi yang baru diperbolehkan keluar sampai infusnya habis.Arumi yang melihat tingkah Alan, hanya mengerutkan kening. Dia masih belum menyadari ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. "Setelah infusnya habis, aku harus kembali ke kamar perawatan Ka

    Last Updated : 2024-11-27
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 86

    Kanaya mendongak, sembari mengerutkan kening. "Mama hamil?" sahut Kanaya mengulang perkataan Alan.Laki-laki itu pun mengangguk. Kanaya terdiam, tak berkata apapun. Jujur saja, dia terkejut. Bahkan, sempat ingin melontarkan kata untuk mengakhiri hubungan mereka."Usia kandungannya, lima minggu."Kanaya kembali mengerutkan kening, sembari menyipitkan mata. "Lima minggu? Ba-bagaimana mungkin?"Alan pun mengangguk. "Jadi, kamu punya pemikiran yang sama kaya Papa?"Kanaya tak menjawab, masih diselimuti keterkejutan. Dia pun tahu, jika Arumi memiliki hubungan dengan laki-laki lain. Namun, untuk saat ini dia belum bisa mengatakannya pada Alan.Kanaya juga masih mempertimbangkan bagaimana perasaan Opa Rama jika tahu bagaimana kelakuan putri kandungnya."Kamu punya pemikiran yang sama kaya Papa?"Kanaya hanya tersenyum getir. "Papa udah lama curiga sama Mama kamu, tapi belum sempet nyelidiki Mama, karena dari kemarin fokus sama kamu, dan Kenan.""Tapi, bagaimana kalau itu anak Papa?" sahut Ka

    Last Updated : 2024-11-28
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 87

    "Selama delapan minggu, kamu nggak boleh kecapean," ujar Alan, sembari menuntun Kanaya saat turun dari mobil, setelah satu minggu lamanya dirawat di rumah sakit."Mulai deh, Papa labai lagi. Aku udah baik-baik aja kok, Pa. Sebentar lagi, aku juga masuk kuliah. Nggak bisa dong, aku di rumah terus."Alan menatap Kanaya tajam, tak suka jika perkataannya dibantah. "Iya deh iya. Aku nggak akan banyak aktivitas. Tapi tetep boleh ke kampus, 'kan?""Boleh, tapi nggak boleh kecapean. Belum boleh nyetir sendiri juga!" sahut Alan, dengan nada mengintimidasi.Kanaya terkekeh. Sikap Alan jika seperti ini, begitu menggemaskan di matanya. "Oh iya, Kenan nanti siapa yang jemput sekolah, Pa? Oma Sinta lagi?""Kenan nginep di rumah Mama Sinta selama seminggu. Dia katanya bosen di rumah, inget sama kamu terus. Nanti sore, dia juga pulang."Kanaya membulatkan bibir, sembari menganggukkan kepala. Namun, ketika mereka sudah berdiri di depan pintu, tiba-tiba pintu tersebut terbuka, dan Arumi berdiri di dep

    Last Updated : 2024-11-29
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 88

    "Apa? Mas Alan punya selingkuhan?"Arumi masih menatap pesan yang masuk sembari mengernyitkan kening. Dadanya seketika bergemuruh, sembari mengingat sikap Alan yang akhir-akhir ini bersikeras menceraikan dirinya.Arumi masih memegang ponsel, lalu menempelkan ponsel itu di dagu. Otaknya terus berpikir, menata kepingan-kepingan interaksinya dengan Alan. "Mas Alan, memang tidak seperti dulu."Di tengah keresahan yang melanda, tiba-tiba terlintas sebuah nama dalam benak Arumi."Kanaya? Ya, Kanaya, mungkin dia tahu sesuatu."Arumi bergegas masuk ke dalam rumah, lalu masuk ke dalam kamar Kanaya."Sayang ...!"Kanaya yang saat itu sedang menonton drama sembari memakan cemilan, seketika menoleh mendengar suara Arumi. Di samping Kanaya, ada seorang pembantu khusus untuk Kanaya, yang merawatnya selama dia sakit."Sayang, kamu nggak istirahat?" tanya Arumi, sembari berjalan mendekat ke arah Kanaya."Bosen Ma, tidur terus.""Mama temenin ya. Mama juga lagi suntuk." Kanaya pun mengangguk."Bi Nan

    Last Updated : 2024-12-01
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 89

    "Ada apa, Naya?" sahut Arumi kaget dengan teriakkan Kanaya."Oh nggak apa-apa, cuma kaget aja, takut tangan Papa nyenggol bekas operasi.""Kamu berlebihan, Naya. Papa aja lagi sibuk ngecek email yang masuk kok," sahut Alan santai, tanpa beban. Dia memang sudah menarik tangannya dari atas paha Kanaya, saat gadis itu berteriak.Arumi melirik Alan, yang kedua tangannya tampak sibuk memegang tab miliknya."Namanya juga abis operasi besar, mungkin Naya dikit parno, liat tangan kamu gerak di samping bekas operasinya, Mas," tukas Arumi, tapi tak mendapat balasan apapun dari Alan.Lelaki itu tampak sibuk mengutak-atik tab di tangan. Arumi pun tersenyum kecut, tak mendapat respon sama sekali dari Alan."Ma, filmnya udah mulai. Mama tau aja film kesukaan aku."Kanaya akhirnya memecah keheningan di antara mereka, sekaligus memutus kegamangan yang dirasakan oleh Arumi."Apa yang Mama nggak tau dari kamu, Naya."Kanaya mengangguk, sembari tersenyum. Lalu menyenderkan kepalanya di bahu Arumi, dan d

    Last Updated : 2024-12-02
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 90

    Beberapa kali, Arumi mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan dari dalam kamar. Hening, tak ada jawaban. Arumi menatap ke arah gagang pintu, ingin membuka, tapi ragu. Arumi cemas jika dia memaksakan diri, Alan justru akan semakin marah padanya. Namun, jika kondisinya seperti ini, Arumi khawatir jika hubungannya dengan Alan kian memburuk.Arumi pun akhirnya memutuskan kembali ke kamar. Meskipun, dirundung kegundahan di dada. Arumi kemudian duduk, sembari menatap perutnya yang masih rata.Dia pikir, kehamilannya akan membuat Alan luluh. Namun, ternyata tidak. Alan bukanlah Alan yang dulu, yang mencintai Arumi dengan sepenuh hati. Bahkan, terkadang mematikan logikanya hanya untuk mengikuti keinginan Arumi."Apa mungkin, Mas Alan lelah, dan bosan?"Arumi masih menatap perut ratanya. Jujur saja dia benci dengan janin yang ada di dalam perutnya sekarang. Perasaan yang sebenarnya sama, seperti yang dia rasakan dulu, saat mengandung Kenan. Karena Arumi pun yakin, jika pemilik benih itu pun sama,

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 227

    Di sisi lain, Rain melangkah memasuki lobi hotel dengan tergesa-gesa. Napasnya masih memburu setelah bergegas ke tempat ini begitu mendapat kabar dari Alan. Pandangannya menyapu ruangan, mencari sosok yang sejak tadi memenuhi pikirannya—Arumi.Alan meneleponnya sejam yang lalu, suaranya berat dan tegang. "Aku sudah berhasil membawa Arumi keluar dari rumah sakit. Dia aman sekarang. Aku membawanya ke hotel ini." Itu saja yang Alan katakan sebelum menutup telepon.Setelah menyelesaikan urusannya dengan Kakek Wang dan Stela, Rain bergegas menuju ke hotel, tempat Arumi dan Alan saat ini berada.Tanpa banyak bicara, Rain melangkah menuju lift, hatinya berdebar kencang saat mengetuk pintu kamar hotel tersebut.Tak berapa lama, pintu kamar terbuka, Rain mendapati Alan berdiri di depannya."Di mana Arumi?""Di dalam, kamu masuk saja temani dia bicara, atau menonton televisi. Dia terlihat bimbang, dan mengatakan kesulitan untuk tidur."Rain pun mengangguk, lalu bergegas masuk ke kamar tersebut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 226

    Kanaya menatap langit-langit kamar dengan mata yang tetap terbuka meski malam sudah begitu larut. Lampu tidur di sudut ruangan memancarkan cahaya redup, menciptakan bayangan samar di dinding. Namun, bukan gelap yang membuatnya sulit memejamkan mata, melainkan bayangan di dalam pikirannya sendiri.Pikirannya terus melayang pada satu sosok Alan, dan yang lebih menyakitkan, pada perempuan yang saat ini sedang bersamanya, Arumi.Sejujurnya Kanaya menyadari jika tidak sepantasnya dia memiliki perasaan tak nyaman seperti ini. Arumi adalah kakaknya, dan Alan datang ke Shanghai dengan tujuan menyelamatkan Arumi, tidak lebih. Namun, bagaimanapun juga Arumi adalah mantan istri Alan. Kenyataan itu, tak bisa lepas dan membuat kecemburuan tersendiri di dalam hatinya.Kanaya menghela napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan yang semakin memenuhi dada. Dia ingin percaya, ingin berpikir bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan. Namun, mengapa hatinya tetap saja berdegup tak karuan?Kanaya berusaha m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 224

    "Kamu baru sembuh, aku nggak mungkin tega mengatakan bagian paling menyakitkan dalam rumah tangga kita.""Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepintas, aku masih ingat senyuman hangatmu padaku, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini? Siapa yang salah, aku atau kamu?"Alan menghela napas, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali menatap Arumi."Nggak penting siapa yang salah, kita berdua memang sudah tidak satu tujuan. Terlalu banyak ketidakcocokan, dan pola pikir."Arumi mengernyit, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tapi kenapa tatapanmu begitu dingin padaku? Apa aku yang salah?"Alan menggeleng pelan. "Ini bukan tentang siapa yang salah. Kita memang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, begitu pula kamu. Aku sering kali merasa diabaikan sebagai seorang suami, dan kau berpikir aku ngga pernah mengerti keadaanmu. Kita sering bertengkar, hal-hal kecil jadi besar. Kita lelah, tapi tidak ada yang mau mengalah."Arumi menatap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 223

    Di Sisi Lain....Setelah memberi tahu Rain jika dia berhasil meyakinkan pihak rumah sakit untuk membawa pulang Arumi, Alan melangkah memasuki ruang perawatan dengan langkah ragu. Keraguan itu, bukan karena dia takut. Namun, lebih pada sosok yang akan dia temui.Di ranjang, seorang wanita duduk bersandar pada bantal, matanya kosong menatap jendela. Arumi, mantan istrinya. Wanita yang pernah dia cintai lebih dari apapun, tapi dulu. Bukan sekarang.Alan mendekat, menarik kursi, lalu duduk di depannya. "Arumi ...."Arumi mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Alan dengan tatapan asing."Maaf, Anda?"Alan merasakan sesuatu yang mencengkeram hatinya. Ini aneh. Perempuan yang dulu dia kenal begitu dalam, kini menatapnya seperti orang asing."Aku Alan, aku temanmu dulu."Arumi mengerutkan kening, seolah mencoba menangkap sesuatu di pikirannya. Nama Alan memang terdengar tak asing. Apalagi, kemarin sosok laki-laki yang menemuinya juga mengatakan jika hari ini Alan akan menemuinya."Ala

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 222

    Malam itu, rumah besar milik Kakek Wang berubah menjadi pusat kemewahan dan kegembiraan. Dikelilingi taman yang luas dengan lampu-lampu berkelap-kelip, pesta yang diadakan di mansion megah itu bagaikan perayaan para bangsawan. Para tamu berdatangan dalam pakaian terbaik mereka—gaun berkilauan dan setelan jas mahal—sambil membawa gelas sampanye yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung kristal raksasa.Di tengah aula utama yang luas, sebuah orkestra memainkan musik klasik yang lembut, sementara para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi hidangan mewah: kaviar, lobster, dan anggur terbaik dari seluruh dunia. Taman belakang yang dihiasi air mancur dan patung-patung marmer menjadi tempat bagi mereka yang ingin berbincang lebih santai, dengan suara tawa dan gelak kebahagiaan memenuhi udara.Kakek Wang, seorang miliarder yang dikenal karena kemurahan hatinya, berdiri di balkon lantai dua, mengangkat gelasnya dan menyampaikan pidato singkat. Dengan senyuman bijaksana, dia menyambut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 221

    Kanaya berdiri di depan cermin besar, tubuhnya dibalut gaun pengantin berwarna putih gading dengan renda yang halus. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dadanya yang berdebar.Cahaya dari lampu gantung di butik membuat wajahnya tampak lebih lembut, tapi tidak bisa menghilangkan bayangan kegundahan di matanya. Ocha, yang duduk di sofa butik, menatapnya penuh kagum."Ya ampun, Nay. Kamu cantik banget, aku yakin Mas Alan bakalan terpesona liat kamu. Aku foto ya, nanti kamu kirim ke calon suami kamu!" pekik Ocha, dengan sorot mata berbinar, kagum akan kecantikan sahabatnya.Kanaya tersenyum kecil, lalu merapikan bagian lengan gaunnya. "Tapi aku malu.""Ck ngapain malu sih. Aku aja yang cewek terpesona. Apalagi Mas Alan!" sahut Ocha, seraya tertawa kecil.Kanaya ikut tersenyum, tapi hanya sebentar. Matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin, seakan mencari sesuatu yang hilang."Nay, lo kenapa sih kaya sedih gitu? Nggak cocok sama gaunnya?"Kanaya menggeleng pelan. "

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 220

    Di sebuah ruang perawatan rumah sakit yang diterangi cahaya lembut dari jendela, Rain duduk di tepi ranjang pasien setelah beberapa saat berusaha menenangkan Arumi.Wajah itu, menyimpan kelelahan, tapi sorot matanya penuh harapan saat menatap perempuan yang duduk di depannya. Arumi—atau kini, yang hanya mengenal dirinya sebagai Celine—terlihat ragu. Tatapannya kosong, seolah berusaha mengaitkan kembali kepingan memori yang hilang."Dengarkan aku, kamu bukan Celine, kamu Arumi. Aku tahu ini membingungkan, tapi aku mohon, percayalah padaku.""A-aku nggak ngerti. Semua orang bilang aku Celine. Stela bilang jangan pernah percaya orang lain, kecuali dirinya.""Stela bohong. Namamu Arumi."Rain menggeleng, suaranya tegas tapi terdengar lembut. Arumi kemudian mengerutkan kening, matanya berkabut."Kalau benar, kenapa aku nggak ingat kalo aku Arumi?""Lalu, apa kau juga ingat jati dirimu sebagai Celine?" sahut Rain, kemudian menarik napas dalam, berusaha menahan emosi."Tapi kenapa Stela bila

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 219

    Di dalam ruang tengah, Rain menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya dari layar memantul di matanya yang penuh amarah dan kekecewaan. Napasnya memburu, dadanya naik turun seiring gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya. Beberapa saat yang lalu, dia menyadap ponsel milik Stela, dan menemukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.Bukti, percakapan, rencana. Semua tertulis jelas. Stela adalah dalang di balik kecelakaan Arumi.Rain mengeratkan genggamannya pada ponselnya sendiri, seakan benda itu bisa membantunya mengendalikan amarah yang hampir meledak. Pikirannya berputar, mengulang-ulang momen saat dia melihat bagaimana mobil tersebut terbakar, bagaimana hancurnya dia saat mengira jika Arumi telah meninggal, dan ternyata semua itu palsu. Semua itu adalah konspirasi semata yang sangat menyakiti hatinya. Rain pikir itu kecelakaan biasa. Takdir buruk yang menimpa tanpa peringatan. Namun, tidak. Itu ulah Stela. Orang yang selama ini ada di dekatnya.Rahangnya mengera

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status