Esok hari, Isabel sudah berpakaian khusus untuk berkuda. Ya, tadi pagi-pagi sekali pelayan mengantarkan pakaian yang telah disiapkan oleh Joseph. Entah, Isabel tak tahu kapan Joseph memesan pakaian perempuan untuk berkuda. Dia yakin pasti Joseph meminta asistennya untuk memesan pakaian ini.Joseph memiliki selera yang tinggi. Isabel bisa membuktikan dari pakaiannya yang disiapkan oleh Joseph. Semua pakaian yang dibelikan Joseph merupakan pakaian yang memiliki gaya terbaik dalam arti modern, tidak ketinggalan jaman. Selain modelnya yang menawan, juga merk dari pakaian yang diberikan Joseph, bukanlah merk dari brand sembarangan.Isabel menatap cermin, dia memakai sedikit riasan tipis di wajahnya. Rambut merah gadis itu diikat messy bun—membuatnya cantik dan segar. Isabel memiliki rambut yang cukup panjang. Jika ingin berkuda, pasti akan membuatnya tidak nyaman kalau harus membiarkan rambut panjangnya tergerai. Itu kenapa Isabel memutuskan untuk mengikat rambutnya dengan model messy bun.
“Isabel, ternyata kau sangat hebat berkuda.” Pujian pertama lolos di bibir Aubree sambil menatap Isabel dengan tatapan bangga. Ya, saat ini mereka tengah duduk bersantai di kafe sambil menikmati makanan. Setelah selesai berkuda, Aubree mengajak Isabel, Joseph, dan Nathan untuk makan di kafe terdekat. Kelelahan berkuda, pastinya mereka membutuhkan asupan makanan.Isabel tersenyum mendapatkan pujian dari Aubree. “Tidak hebat, Kak. Kebetulan saja aku bisa.”“Well, dulu aku sangat takut setiap kali ibuku mengajakku berkuda. Kau tahu? Berkuda itu tidak mudah. Jika aku lihat tadi sepertinya kau sangat terlatih,” ujar Aubree yang kagum pada Isabel.“Hm, dulu aku belajar dari mendiang kakakku. Dia yang mengajariku untuk berkuda,” balas Isabel dengan suara tenang.“Kakakmu sudah tiada?” sambung Nathan yang kini penasaran.Isabel mengangguk. “Ya, aku hanya seorang diri di sini. Tidak memiliki siapa pun. Kakakku dan ibuku sudah tiada.”“Ayahmu?” sambung Aubree.Isabel terdiam sebentar ketika Aub
Aroma masakan lezat menyerbak ke ruang dapur. Sang pelayan sampai dibuat terkejut ketika masuk dapur—sudah tercium aroma lezat dari makanan. Hal yang membuat pelayan itu tercenang adalah Isabel yang memasak.“Nona?” Seorang pelayan melangkah terburu-buru mendekat pada Isabel.“Hm?” Isabel mengalihkan sekilas tatapannya pada sang pelayan.“Nona, kenapa Anda memasak? Harusnya saya saja. Nanti Tuan Joseph bisa marah,” kata sang pelayan yang sudah ketakutan.Isabel tersenyum hangat. “Joseph tidak akan mungkin marah. Aku sengaja ingin membuatkan makan siang special untuk Joseph.”Pagi tadi ketika sarapan bersama dengan Joseph, ide di kepala Isabel adalah membuatkan makan siang untuk Joseph. Meskipun tak terlalu hebat dalam memasak, tapi Isabel pernah diajari memasak oleh ibu dan kakaknya. Itu kenapa dia sekarang ingin kembali mempraktekan apa yang dirinya bisa.“Nona, tapi—”“Lebih baik kau membantuku mengeluarkan buah-buahan yang ada di kulkas. Sekaligus bantu aku menyiapkan minuman,” uca
Isabel terbangun di pagi hari dengan senyuman sumiringah. Gadis itu tersenyum-senyum membayangkan tentang kejadian tadi malam. Kejadian di mana membuat hatinya benar-benar bergejolak tak menentu.Isabel tak melupakan kata-kata Joseph. Bahkan akibat perkataan Joseph, membuatnya bertemu dengan pria itu di dalam mimpinya. Sungguh, dia seperti gadis remaja yang tengah jatuh hati. Saat Isabel tengah tersenyum-senyum membayangkan mimpinya tadi malam bertemu Joseph—tiba-tiba terdengar ada yang mengetuk pintunya. Gadis itu yakin yang datang bukanlah Joseph. Karena jika Joseph, maka sudah pasti Joseph tak perlu mengetuk pintu.“Iya, masuk,” ucap Isabel pelan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam kamarnya.“Nona?” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Isabel.Isabel menatap sang pelayan. “Iya?”Sang pelayan menunduk. “Nona, maaf mengganggu tapi Tuan Joseph meminta Anda untuk bersiap-siap. Hari ini beliau akan mengajak Anda ke butik.”Mata Isabel melebar. “Joseph ingin
Hati dan pikiran Isabel tidak tenang memikirkan utang budinya pada Joseph. Dia ingin sekali bertanya pada Joseph, namun sepertinya Joseph tak akan langsung memberi tahukannya.Entah apa pun itu, yang sekarang Isabel rasakan adalah perasaan yang bergejolak dan menggebu-gebu. Gadis itu sama sekali tidak bisa menutupi lagi perasaannya. Dia sangat bahagia. Belum pernah sekalipun Isabel merasakan perasaan bahagia seperti sekarang ini.“Makanlah. Aku tidak mau kau kurus.” Kalimat ini membuyarkan sedikit lamunan Isabel. Ya, saat ini Joseph dan Isabel berada di sebuah restoran. Joseph mengajak gadis itu makan siang setelah dari butik. “I-iya, Joseph.” Tanpa sama sekali bantahan, Isabel mulai menikmati makanan yang terhidang di atas meja. Begitu juga dengan Joseph yang menikmati makan siangnya. Seperti biasa menu yang dipilih Joseph adalah menu makanan sehat. “Joseph,” panggil Isabel pelan.“Ada apa?” Joseph menikmati makananya, sedikit melirik Isabel.Isabel terdiam sebentar. “Joseph, kena
Isabel mengerjap beberapa kali dan menguap. Sinar matahari telah menelusup masuk ke dalam sela-sela jendela—dan menyentuh wajah mulusnya. Gadis itu menyeka matanya dengan punggung tangannya.Saat kesadaran Isabel mulai pulih, tatapan Isabel menyorot ke sekeliling kamarnya. Sejenak, dia pun langsung diam berpikir. Ada sesuatu hal yang mengganjal dalam dirinya. Seingatnya tadi malam dirinya menunggu Joseph sampai tertidur di ruang tengah. Tapi kenapa sekarang dirinya berada di dalam kamar?Isabel terdiam memikirkan semua ini. Tidak mungkin pelayan yang menggendongnya. Pun tidak mungkin dia tidur sambil berjalan. Kalau begitu siapa yang menggendongnya?Tiba-tiba sesuatu hal menelusup masuk ke dalam pikiran Isabel. Sontak, mata gadis itu melebar ketika membayangkan yang ada di dalam pikirannya. Tentu siapa lagi kalau bukan Joseph?Isabel menyibak selimut, hendak ingin keluar dari kamarnya, namun seketika ingatannya teringat akan mimpinya tadi malam. Senyuman malu-malu di wajahnya pun terl
Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Joseph belum juga kunjung pulang. Sejak tadi, Isabel duduk di ruang tengah menatap pintu. Gadis itu berharap bahwa Joseph akan muncul segera pulang, namun sayangnya sampai detik ini pria itu tak kunjung datang.“Kenapa Joseph belum pulang?” gumam Isabel pelan.“Nona Isabel?” Sang pelayan melangkah mendekat ke arahnya.“Ya?” Isabel mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.Sang pelayan menunduk di hadapan Isabel. “Nona, ini sudah malam, apa Anda ingin terus berada di sini? Apa Anda belum ingin istirahat?” tanyanya sopan.Isabel menggeleng pelan. “Aku ingin menunggu Joseph pulang.”“Nona, sepertinya Tuan Joseph masih memiliki pekerjaan yang beliau harus kerjakan,” jawab sang pelayan sopan. “Tidak apa-apa. Aku akan menunggu Joseph,” balas Isabel lembut.“Baiklah, Nona. Jika Anda ingin membutuhkan sesuatu, Anda bisa menghubungi saya.”“Iya, terima kasih.”“Saya permisi.” Pelayan itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadap
Isabel tak bisa tidur sepanjang malam. Kata-kata Joseph terus terngiang di dalam benaknya. Dia merasakan bahwa dirinya berada di dunia mimpi, tapi kenyataan membawanya bahwa ini semua nyata bukanlah di dalam dunia mimpi.Rasanya jantung Isabel ingin berhenti berdetak. Gadis itu mengingat tadi malam dirinya meminum kopi melalui mulut Joseph. Demi Tuhan! Isabel sudah berkali-kali memberikan tamparan di wajahnya demi membuktikan ini adalah nyata. Hasil yang Isabel dapatkan adalah dia tetap berada di dunia ini. Itu menandakan bahwa kejadian tadi malam bukanlah mimpi. Semua terasa sangat amat nyata. Bukanlah sebuah ilusi. Akan tetapi, hal yang paling membuat Isabel menjadi salah tingkah adalah ketika dirinya bercerita pada Joseph, bahwa ada pangeran tampan hadir di mimpinya dan mencium bibirnya.Ah, itu sungguh memalukan! Ternyata itu bukanlah mimpi melainkan kenyataan sama seperti kejadian tadi malam di mana dirinya meminum kopi melalui mulut Joseph.Saat Isabel tahu bahwa Joseph menciu