Share

Bab 3

Siska tiba-tiba teringat perkataan teman Ray.

Temannya itu berkata, “Ray memiliki seorang wanita di dalam hatinya yang dia temui di Amerika. Dia telah menyukainya selama bertahun-tahun. Dia terlihat mirip denganmu.”

Siska masih belum terima saat itu. Dia merasa bahwa wanita itu hanyalah orang masa lalu dan jelas tidak sebaik dirinya.

Sampai hari ini, rasanya seperti terbangun dari mimpi.

Melihat Ray begitu lembut kepada wanita itu, hatinya serasa tertusuk pisau tajam hingga menyebabkan organ dalamnya mengejang kesakitan.

Di tempat yang begitu ramai, saat Ray hendak mengantar wanita itu pergi, dia tiba-tiba melihat Siska berada tidak jauh dari sana, dengan Bibi Endang di belakangnya.

Ray sedikit mengernyit.

Wanita itu bertanya dengan lembut, “Ray, apakah kamu mengenalnya?”

“Ya, dia adalah istriku, Siska.” Ray memperkenalkan dengan tenang, “Kelly, kamu pergi ke mobil dulu, aku akan datang nanti.”

“Oke.” Kelly Yirma mengangguk patuh, sebelum pergi, matanya tertuju pada wajah Siska.

Keduanya saling memandang.

Kelly memandang Siska dan sedikit tersenyum.

Siska menjadi tegang dan sedikit kesal.

Pria itu berjalan ke arahnya, sosoknya yang tinggi menutupi cahaya di atasnya, “Mengapa kamu ada di sini?”

Saat Bibi Endang hendak berbicara, Siska bertanya, “Siapa dia?”

Mengapa Ray menemaninya ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilan? Mungkinkah anak dalam perutnya itu milik Ray?

Siska tidak berani memikirkannya lagi, pikirannya kacau.

“Tidak ada hubungannya denganmu, jangan banyak bertanya.” Ray menghindari pertanyaannya.

Mata Siska memerah, “Kamu sudah selingkuh, kenapa aku tidak boleh bertanya?”

“Selingkuh? Apakah kamu pantas mengucapkan kata ini?” Mata Ray muram, “Apakah kamu lupa bagaimana kamu menikah denganku? Aku juga sudah memberitahumu ketika kita menikah bahwa aku tidak akan pernah mencintaimu.”

Wajah Siska menjadi pucat, dia mengepalkan ujung jarinya agar tetap tenang.

“Jadi dalam pikiranmu aku hanyalah alat di atas kasur?”

“Kurang lebih seperti itu.”

Siska dengan sedikit tertawa berkata, “Jadi begitu. Kamu pikir ayahku merencanakan ini, lalu tidak peduli?”

“Berhenti bicara.” Mata Ray seperti pisau tajam, tidak membiarkan dia melanjutkan berbicara.

Hati Siska begitu dingin, dia berkata, “Sekarang wanita yang kamu cintai sudah kembali, apa yang akan kamu lakukan denganku?”

Ray mengerucutkan bibirnya.

Ray yang terdiam mengecewakannya.

Siska merasakan perutnya sakit lagi. Bahkan obat penghilang rasa sakit tidak berguna lagi, rasa sakitnya menjadi semakin menyakitkan dan akhirnya dia pingsan...

Hari sudah siang ketika dia bangun.

Ujung hidungnya dipenuhi bau desinfektan.

Siska mengerutkan kening dan membuka matanya. Dia melihat Ray berjalan keluar, sedangkan jarum infus tertancap di punggung tangannya.

“Paman!” Siska berteriak dan hampir jatuh dari tempat tidur.

Bibi Endang membantunya dan berkata, “Nyonya, hati-hati.”

“Paman pergi kemana?”

“Wanita itu menelepon, tuan pergi menemuinya.”

Siska kaget.

“Nyonya, jangan terlalu sedih, kesehatanmu yang terpenting.” Bibi Endang berkata dengan sedih, “Kamu baru saja menjalani USG, sakitmu karena maag akut yang disebabkan oleh keracunan makanan. Kamu kehilangan banyak cairan, sekarang tubuhmu sangat lemah.”

Siska merasa sangat tidak nyaman di hatinya.

Dia dirawat di rumah sakit karena maag akut, begitu wanita itu menelepon, Ray segera pergi.

Kalau dipikir-pikir, dirinya tidak lebih baik dari wanita itu.

“Nyonya, ayo makan sesuatu.” Bibi Endang memberi bubur pada Siska.

Siska menggelengkan kepalanya, “Bibi Endang, letakkan saja dulu, aku belum mau makan.”

Ponsel di meja samping tempat tidur berdering.

Siska menjawab dengan suara lemah, “Halo.”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Waty Sbandy
ok sy suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status