Federick membaca berkas laporan yang dikirim seseorang di email-nya. Dari ekspresi wajahnya menampakkan keseriusan, seolah sedang memeriksa laporan penting."Hmmm, jadi begini, dasar licik," desisnya geram.Dia masih begitu serius membaca email itu, ketika terdengar dering panggilan telepon di Smartphone nya."Ya.""Teruskan saja, jangan ada yang terlewat!""Okay, kutunggu laporannya."Demikian instruksi yang dia perintahkan pada orang di seberang sana. Setelah dia menutup telepon, Federick kembali sibuk dengan laptopnya."Gue akan membongkar semua misteri ini untuk elo, semoga elo tenang di sana, Sher," gumamnya pelan.Federick Adi Wijaya menghembuskan nafas panjang. Dia terkenang dengan masa sekian puluh tahun yang lalu. Ketika dia masih memakai seragam putih abu."Sher
Finn melangkah meninggalkan restoran dengan geram. Nafsu makannya mendadak hilang saat melihat Hanzel sedang memeluk Anne di restoran tadi.Langkahnya tergesa menuju mobilnya, tak butuh waktu lama kemudian meluncur meninggalkan restoran itu secepat kilat. Finn memukul setir mobil geram."Gue udah bilang sama elo, kalo Anne spesial banget buat gue, Hanz," gumam Finn.Kemudian Finn melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan mood yang sangat buruk. Sesampai rumah, dia melihat Mama Merry sedang membaca novel kesukaannya di sofa ruang keluarga. Merry menghentikan aktivitasnya saat melihat Finn tampak kesal."Ada apa, Finn?" tanyanya."Finn lagi kesel, Mam," jawabnya sambil menyandarkan punggungnya di kursi."Mama juga tahu kalo kamu kesel, wajahnya aja ditekuk-tekuk gitu. Maksudnya ada masalah apa?" tanya Merry."Han
Alex kembali ke kantor dengan kemarahan yang memuncak. Hanzel secara terang-terangan sudah melarangnya untuk menemui Anne, dan itu membuat hatinya kesal. Betapa tidak, karena semenjak pertemuan pertama dengan Anne di malam konser amal itu. Alex telah benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.Awalnya Alex hanya iseng saja datang malam itu. Hanya penasaran dengan gadis yang bernama Anne. Saat Raka bercerita padanya bahwa Miska begitu benci pada gadis bernama Anne itu, Alex ingin tau seberapa menyebalkan dia. Kenapa Miska ingin menyingkirkan gadis itu.Tapi tidak di sangka Alex malah terpesona dengan Anne. Anne tidak hanya cantik, bakat dan kesederhanaan Anne telah begitu memikat hatinya. Meskipun Anne memiliki satu kekurangan yaitu pendengarannya. Akan tetapi kekurangannya itu telah tereliminasi, terganti dengan kelebihannya.Alex belum pernah merasakan hatinya berdesir pada wanita manapun, hanya An
Tangan Hanzel mengepal penuh kemarahan menyaksikan dua orang yang paling dekat dengannya berbincang hangat penuh keakraban. Dia merasa begitu cemburu, karena Anne bisa ngobrol seakrab itu dengan Finn. Padahal kalau sama Hanzel Anne pasang mode jaim, kadang aja bisa becanda.Kemudian Hanzel masuk mobil yang segera melesat membelah jalanan."Hanz, kenapa sih?" tanya Elena melihat Hanzel kembali dengan mood yang buruk.Padahal tadi dia turun dari mobil dengan riang gembira, kenapa hanya dalam hitungan menit berubah. Elena yang menunggu di dalam mobil jadi keheranan. Hanzel memukul stir mobilnya dengan kasar. Membuat Elena kaget."Hanz!" teriak Elena. Hanzel masih membisu, membuat Elena kesal."Hanzel Adi Wijaya!" panggil Elena.Hanzel sangat hafal jika mamanya itu memanggil namanya dengan lengkap, artinya mama sedang marah."Maaf, Ma. Ha
Miska beranjak menuju kamarnya, meninggalkan ruang makan dengan derai airmata. Wajahnya mengisyaratkan syok dan kecewa yang dalam dengan kenyataan hidup yang di terimanya.Dia tidak pernah menyangka, jika pernikahan mamanya dengan papa Erick hanya untuk menutupi aib karena mamanya hamil di luar nikah. Bahkan dia selama ini juga tidak menyadari kenyataan bahwa mamanya hanya anak angkat keluarga Atmaja.Semua bukan tanpa alasan, itu semua karena Sandra terlalu memanjakannya. Sandra tidak mengijinkan seorangpun membuka suara tentang semua itu. Pelayan-pelayan di mansion itu tidak ada yang berani menggunjing hal itu atau mereka akan kehilangan pekerjaannya.Bagi keluarga kaya, melakukan tindakan demikian tentunya mudah. Mereka bisa membungkam mulut orang-orang supaya tidak membicarakan hal buruk tentang mereka, dengan uang atau kekuasaan.Ketika Erick m
"Hanzel Adi Wijaya, tunggulah kejutan dariku ...." ucap pria ini sambil tersenyum jahat.Pria ini adalah Alex, tanpa sengaja dia melihat Hanzel sedang berbincang dengan rekan bisnisnya di kafe ini.Alexpun berniat akan pergi, tapi hal itu diurungkannya. Saat dia melihat ada seorang gadis cantik dan seksi mendekati Hanzel.Sisi jahatnya membisikkan kepada Alex, bahwa ini adalah kesempatan untuk Alex melakukan permainan yang menarik.Dari sudut dia duduk, dia bisa dengan leluasa memfoto Hanzel dan gadis itu. Apalagi saat momen tiba-tiba gadis itu mendaratkan bibirnya di pipi Hanzel. Di detik yang sama kejadian itu telah terabadikan dengan sangat sempurna di kameranya.Alex tersenyum puas."Ini akan menjadi kejutan yang menarik, Hanz," seringai Alex.Alex segera mengemasi barang-barangnya dan melangkah pergi menin
"Siapa kalian?" tanya Hanzel pada beberapa pria yang sedang menghadang di depannya."Kau tak perlu tahu," jawab pria itu.Mereka bertiga kemudian mengeroyok Hanzel dan menyerang bersamaan. Sementara dua pria yang membekap Anne tadi menunggu di dalam mobil.Hanzel bukanlah orang yang ahli beladiri, kemampuan beladiri ya pas-pasan. Tidak bisa mengimbangi tiga orang itu yang tampaknya terlatih, alhasil Hanzel dibuat babak belur oleh mereka."Sudah, target kita hanya menculik wanita itu, ayo sekarang pergi," ucap salah satu dari mereka.Akhirnya mereka segera bergegas meninggalkan Hanzel yang telah jatuh tersungkur karena di hajar tiga orang pria.Mobil mereka segera melesat meninggalkan Hanzel sendiri. Diantara kepanikannya, karena mereka telah membawa Anne pergi, Hanzel mengeluarkan handphone nya untuk memfoto mobil itu segera serta nomor plat mob
Kali ini pria yang turun dari mobil tampak berantakan, ada luka memar di wajahnya dan juga bibirnya."Maaf, Pak. Ijin bertanya, di daerah sini apakah ada penginapan?" tanya pria itu yang tak lain adalah Hanzel.Handoko tampak berpikir, sebelum kemudian dia menjawab pertanyaan pemuda itu."Kalo di sini ga ada penginapan, Nak," jawab Handoko.Hanzel tampak menghembuskan napas pasrah. Mungkin memang sebaiknya dia putar balik, dirinya juga tidak tahu kenapa tadi Hanzel ingin belok ke arah sini. Padahal jauh dari jalan utama.Dia hanya mengikuti perasaannya saja, berharap jika mobil yang membawa Anne memang ke arah sini."Huft.""Baiklah, terima kasih, Pak. Mungkin saya kembali ke arah jalan utama saja," pamit Hanzel, kemudian melangkah menuju mobilnya."Nak, jika berkenan dengan rumah Abah yang sederhana