"Mas Bara, apakah David sudah cerita sama Mas soal kejadian di vila waktu itu..?""Iya Marsha, dia sudah cerita padaku kemarin di rumahnya. Yang aku herankan kenapa kamu bisa di jadikan target oleh mereka Marsha..?""Aku sendiri tak tahu Mas Bara. Dalam beberapa hari terakhir ini Marsha juga terus berpikir dan bertanya-tanya soal itu Mas.""Ahh..! Marsha, sebaiknya untuk sementara waktu kau jangan tinggal di rumah dulu. Sepertinya mereka dan kelompoknya akan terus berusaha mencari dan menculikmu, entah dengan alasan apa.""Sepertinya memang sebaiknya begitu Mas Bara. Marsha sendiri sudah memutuskan untuk berhenti dari profesi yang Marsha geluti selama ini. Marsha akan ikut bisnis Mas Bara dan David saja nantinya ya. Hehe.""Hahaa, Marsha. Aku dan David saja belum berfikir ke arah bisnis saat ini. Statusku dan David kan masih narapidana saat ini. Walau kami bebas pergi kemana kami suka, tapi tetap saja kami belum bebas sepenuhnya dan masih terikat oleh pihak penyelenggara kompetisi.""
"Wahh..! Bener banget Bang Bara..! Kayaknya itu memang gambar harimau dengan warna silver seperti besi. Ya, gambar harimau benar itu bang..! Kok bang Bara bisa tahu ya..?" seru Panjul membenarkan Bara, seraya bertanya heran. "Terimakasih Bang Panjul, jika benar itu gambar harimau besi berarti dugaan saya tak salah. Soalnya ada kejadian lain yang melibatkan kelompok berseragam hitam ini Bang Panjul," ucap Bara.Dan misteri di benak Bara 'agak' menjadi terang kini, bahwa kelompok yang menyerang rumahnya dan yang hendak menculik Marsha, adalah kelompok yang sama. Harimau besi..! Bara segera menghabiskan kopi susunya, dia hendak mencari keterangan lebih jelas soal kelompok 'Harimau Besi' ini. "Bang Bara. Saya curiga dengan dua orang yang selama belakangan ini selalu datang ke warung kopi saya Bang. Mereka berdua seperti mengawasi rumah Bu Marini setiap harinya. Dan pagi sebelum kejadian mereka juga datang ke warung saya seperti biasa.Lalu dia menghubungi seseorang saat melihat ada ban
"Benarkah Mah..?! Jika begitu kita tunggu saja, hendak sampai kapan dia mengawasi rumah kita. Tenanglah Mah, David akan menjaga rumah ini, jika sampai sore dia masih berada di sana maka David akan menyelidikinya secara langsung," ujar David mengatakan rencananya."Baiklah David, Mamah ikut rencanamu itu," ucap Vivian seraya beranjak kembali ke teras rumahnya menemui Elsa kembali."Revi, kau tunggu sebentar di sini ya. Koko akan coba melihat orang itu dari lantai atas," ucap David."Baik Dave Ko," sahut Revina mengerti.David pun bergegas naik ke lantai dua rumahnya, dia membuka sedikit korden jendela kamar atasnya yang memang kebetulan menghadap ke arah depan rumahnya. Dan memang benar, di depan sana sebelum prapatan blok, nampak sebuah Innova silver parkir di pinggir jalan.Seorang lelaki perlente paruh baya tengah mengawasi ke arah rumahnya dengan diam-diam. Sesekali nampak pria perlente itu mencuri pandang ke arah rumahnya. Dan terkadang dia masuk ke dalam mobilnya, seraya mengatur
Tinn..! Tiinn..!Sebuah Innova hitam nampak membunyikan klaksonnya dan berhenti di depan gerbang rumah Bara.Lalu sebuah wajah tersenyum hangat nampak muncul melalui jendela depan mobil itu, sambil melambaikan tangannya ke arah Bara yang tengah duduk di teras rumahnya."Wah..! Mas Dimas. Tunggu sebentar..!" seru Bara seraya bergegas beranjak dari kursi teras, menuju ke arah gerbang pagar, yang baru saja selesai diperbaiki oleh beberapa tukang hari ini.Klang..!"Silahkan masuk Mas Dimas," ucap Bara tersenyum, setelah membuka pagar gerbang.Innova hitam milik Dimas itu pun masuk dan langsung parkir di halaman dekat teras rumah."Wah..! Masih banyak yang harus diperbaiki rupanya Mas Bara," ucap Dimas, seraya mengamati sekitar teras rumah Bara. Dan tak sengaja matanya pun tertumbuk pada Jeep Cherokee putih milik mendiang ayahnya.Jeep itu terparkir di halaman samping kanan rumah Bara, berjajar dengan Mazda 2 black milik Marco. Tampak banyak lubang-lubang dan lecet bekas peluru di body ke
"Kompetisi gelap..?! Tolong jelaskan soal ini Mas Bara, aku benar-benar tak mengerti," Dimas berkata dengan wajah bingung.Akhirnya Bara pun menceritakan soal kompetisi gelap, dan latar belakang dia tak sengaja masuk dalam kompetisi maut itu. Kompetisi yang masih berjalan hingga sampai saat itu."Wahh..! Ini benar-benar mengejutkanku Mas Bara..! Aku tak menyangka ada sebuah kompetisi yang bisa 'menembus' batas-batas hukum di negara ini. Bagaimana pun juga, para napi itu masih menjadi tanggungan negara! Bagaimana mungkin ada pihak yang mampu 'memotong' jalur hukum negara tersebut Mas Bara..?!" seru Dimas terkejut bukan kepalang, mendengar ada penyelenggaraan kompetisi semacam itu."Yah, namanya juga 'oknum' Mas Dimas. Selalu saja ada 'oknum' dimana pun suatu institusi berdiri, dan akan selalu ada di seluruh dunia hingga akhir jaman," ucap Bara memaklumi keterkejutan Dimas. Karena dulu pun dia juga kaget dan terkejut, seperti Dimas sekarang."Ediann..!" seru Dimas lagi, melepaskan kekes
"Pak Nala, Bi Tarni. Besok kita akan pindah ke apartemen di daerah Jakarta selatan. Untuk sementara jangan kabarkan kepindahan kita besok pada siapapun, termasuk pada pelayan lain dan satpam di depan. Kalian ikut saya ke tempat baru. Sementara pelayan lainnya tetap saja bekerja seperti biasa di rumah ini," pesan Marsha pada kedua orang kepercayaannya itu."Baik Non Marsha, saya mengerti," sahut dua orang kepercayaan Marsha itu bersamaan.Dan hari itu juga, Marsha pun berangkat ke kantor marketing Darmawangsa Residence. Untuk menyelesaikan administrasi pembayaran dan serah kunci, atas sebuah unit apartement bernilai 25 miliar rupiah.*** Hari menjelang malam, saat mobil Porsche 718 putih milik Vivian meluncur keluar dari kediamannya mengarah ke jalan raya.Nampak Elsa dan Katrin juga berada di dalam mobil Vivian itu. Dan seperti yang telah diduga oleh David, mobil Innova milik sang pengintai pun langsung bergegas membuntuti di belakang mobil Vivian itu.Setelah memberi jarak beberapa
Tuk..! "Ahhsk..! Ouuhhhsss...! Panasss..!! Dimana aku..?!!" sejenak setelah membuka matanya, si Donny pun berteriak merasa kepanasan di bagian bawah hidungnya yang tak berkumis itu.Tentu saja dia merasa kaget, karena berada di tempat yang tak dikenalnya."Namamu Donny Wiliyanto, usia 39 tahun, tinggal di Gandaria, Jakarta Selatan benar begitu..?!" seru Bara dingin, sementara David sengaja berada di belakang kursi Donny agar tak dikenali olehnya."Ba-bagaimana kau bisa tahu..?! Uhhks...panassh..!" seru kaget Donny, seraya mengeluh panas. Pastinya dia merasa kepanasn di bagian bawah hidungnya itu, karena David memang tak kira-kira mengoleskan 'Hot Krim' di bagian itu.David memang menjadi sangat benci pada Donny, setelah dia mendengar ucapan Donny yang akan menikmati tante Elsa dan Katrin lebih dulu, sebelum menghabisi mereka.Hati David, bagai dibakar timah panas saat mendengar pembicaraan terakhir Donny di ponselnya."Sekarang jawab pertanyaan saya..! Di suruh siapa kamu menguntit E
"Angga. Apakah Marsha itu benar-benar masih sendiri..?" tanya Leonard pada Angga, saat mereka berdua berada di teras atas rumah sang Jendral.Mereka berdua memang baru saja saling berbicara di sana, setelah makan malam bersama usai. Tampak dua kaleng bir dan makanan ringan tersanding di meja teras."Hmm. Menurut info dari Freedy, Marsha memang masih 'single' Leonard," sahut Angga."Lalu bagaimana menurutmu wanita bernama Marsha itu Angga..? Apakah dia cukup cantik untuk kujadikan istriku..?" tanya Leonard meminta pendapat Angga."Itu relatif menurut selera kita masing-masing Leonard. Tapi secara umum, wanita bernama Marsha itu memang istimewa Leonard," sahut Angga.Ya, Angga sendiri memang berpenampilan acuh dan dingin terhadap wanita. Namun jangan salah, Angga juga bisa sangat agresif, jika dia sudah menemukan wanita yang sesuai dengan seleranya."Lalu bagaimana dengan tipe wanita idamanmu Angga..?" tanya Leonard, penasaran dengan teman bicaranya yang berwajah dingin itu."Hahaaa..!
"Sudah agak lumayan sekarang kondisinya. Terlambat sepuluh menit saja kalian bawa dia ke sini. Maka nyawanya sudah melayang sejak tadi," ujar sang Jendral, setelah dia selesai melakukan pengolahan nafasnya. Motivasi sebenarnya sang Jendral memulihkan Pandu. Adalah karena dia masih membutuhkan tenaga Pandu, untuk membantunya menghadapi musuhnya. Saat ini memang hanya Pandu, satu-satunya orang yang memiliki kemampuan tertinggi di samping sang Jendral sendiri. Andai yang terluka parah itu Freedy, belum tentu sang Jendral mau bersusah payah menguras energi hawa murninya, untuk memulihkannya. Semuanya atas dasar kebutuhan belaka, bukan kemanusiaan! Karena prinsip 'kemanusiaan', adalah prinsip yang sangat asing bagi sang Jendral dalam hidupnya. "Power Bara dan para sahabatnya itu memang sudah tak bisa di anggap remeh sekarang," ucap sang Jendral menahan emosinya. "Benar Jendral! Bahkan aku merasa mereka lebih kuat, daripada mendiang ayah mereka. Berbenturan tenaga dalam dengan Rak
Sementara bagi Gatot, Sandi, dan Brian. Kiranya mereka hanya memerlukan 3-4 hari meditasi secara teratur, untuk memulihkan diri. Dan di antara mereka semua, belum ada yang berani mengabarkan kejadian hilangnya Bara pada Resti. Entah apa reaksi gadis itu, bila mengetahui kejadian yang menimpa kekasihnya itu. Dan di tengah-tengah kemelut dan kecemasan, yang tengah melanda para sahabat itu, Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara yang tadi ditemukan oleh Gatot, dan diletakkan di atas meja ruang tengah vila berdering. Nampak tertera di layar itu 'Marsha memanggil'. Kembali kebingungan melanda para sahabat Bara cs. Namun mengingat Marsha adalah sahabat mereka semua, akhirnya Gatot pun berinisiatif menjawab panggilan Marsha. Klik.! "Ya Marsha, saya Gatot." "Hei..! Mas Gatot. Kenapa ponsel Mas Bara berada padamu..?" sentak heran Marsha di sana. "Bara ... Bara .. dia.." Gatot mendadak gagap, dia kesulitan menjawab pertanyaan Marsha. "Kenapa Mas Gatot..? Apakah sesuatu terjadi pada
'Darimana kelipatan energi chi pemuda ini..! Belum tentu ada 100 tahun sekali lahir bakat seperti pemuda ini Nona!" seru tabib Chao, seraya mengeleng-gelengkan kepalanya. Dirinya merasa takjub dan seolah tak percaya. Saat merasakan getar energi chi Bara, yang tak pernah di rasakan dan ditemuinya selama dia menjadi tabib. Karena energi chi Bara, adalah energi chi terkuat dan terdahsyat, dari para pemilik chi yang pernah di periksanya. Jika secara matematika 2+2 = 4, maka pada energi Bara ditemuinya 2+2= 8 dan di atasnya lagi. Hal yang tentu sangat membingungkan bagi Tabib Chao. Andai sang tabib mengetahui perihal 'Mustika Naga Emas', yang melekat di bagian dada Bara. Mungkin dia tak akan sebingung ini. Hehe. Akhirnya setelah hampir 15 menit sang Tabib menusuk, memutar, menyumbat, serta menotok beberapa titik aliran 'chi' di dalam tubuh Bara, dia pun menyudahi 'operasi'nya. Nampak keningnya penuh keringat. Karena pekerjaannya itu memang membutuhkan konsentrasi, serta kedalaman tu
"A-apa..?! Baik Dimas! Kita segera tinggalkan tempat ini..!" seru David cepat mengambil keputusan. Sementara hiruk pikuk para pengunjung semakin menjadi. Kaca-kaca jendela luar gedung pecah berantakkan, terdapat ceruk berlubang sedalam 1,5 meteran, kerikil-kerikil dan ilalang berserakan di teras gedung, serta tergulingnya sebuah helikopter di luar landasannya. Kondisi itu sangat mengerikkan bagi para pengunjung. Mereka semua berpikir gedung area kompetisi itu baru saja dilanda badai dahsyat, selagi mereka berada di dalam tadi. Sementara para penjaga dari pihak penyelenggara juga nampak bingung dan panik, dengan semua kejadian tersebut. Sejak tadi mereka memang bersembunyi, akibat dahsyatnya pertarungan yang terjadi di luar gedung. Karena memang mereka hanya dibekali sebuah pistol saja. Hal yang mereka rasa tak berarti, setelah melihat pertempuran dahsyat yang baru berlangsung. Kini mereka keluar dari persembunyian dan langsung menghampiri Denta dan Freedy, yang tengah memapah tu
"Huuaarghk..!!" Wuusshk....!! Pandu melontarkan pukulan dahsyatnya ke arah ketiga lawannya. Hal yang diiringi dengan sosoknya yang ikut melesat, untuk melepaskan pukulan jarak dekat setelahnya. Sinar merah keemasan pun berkelebat cepat. Slaph..!!Masuk dua sosok melesat dengan cepat, seraya melepaskan dua pukulan pamungkas mereka. "Hiaahh..!" Wuushk...!! Cahaya hitam pekat dengan hawa super panas pun berkiblat, ke arah pukulan merah keemasan milik Pandu. "Hiaahh..!" Splaasshk...! Menyusul seberkas cahaya kebiruan melesat deras, tebarkan hawa dingin luar biasa yang juga ikut memapaki lesatan cahaya merah keemasan milik Pandu. Ya, Dimas dan Drajat datang tepat pada waktunya. Untuk menyelamatkan tiga sahabat mereka, yang bagai terpaku kaku di tempatnya saat itu. Sandi, Brian, dan Gatot, merasakan betapa kaki mereka bagai melekat di atas tanah, dan tak bisa melepaskan pukulan pamungkas mereka. "Tembak mereka berdua..!" seru Sandi pada Bandi dan Karyo. Nampak wajahnya menunjuk ke
"Beres.." gumam seseorang dari luar pintu ruang tunggu. Yang merupakan koridor ruang masuknya Bara dari area helikopter. Dengan menganggukkan wajahnya, dia masuk bersama timnya yang sama-sama memakai masker khusus, ke dalam ruang tunggu. Nampak di depan pintu masuk dari luar gedung itu, telah tergeletak 3 mayat pengawal pihak penyelenggara bersimbah darah. Merekalah yang mengawal Bara masuk setelah turun dari helikopter tadi. Beberapa saat kemudian, nampak kedua orang bermasker khusus itu memapah tubuh Bara. Lalu mereka masuk ke dalam sebuah helikopter, yang mesinnya telah menyala di samping gedung. Area itu memang terpisah dari deretan helikopter, yang standby di depan gedung arena itu. Dan helikopter itu pun langsung mengudara dan terbang menjauh, dari gedung arena kompetisi. Entah siapa mereka..! *** Sementara kita mundur sejenak, pada kejadian di luar gedung. Tepat setelah bel tanda pertarungan di dalam gedung dimulai tadi. "Shoot..!" seru Rodin. Dua sniper personel Pas
"Hiyaahh..!" Daambbh.!! Dengan diiringi teriakkan kerasnya, Wayan menghantam lantai arena dengan kaki kanannya. Sepenuh tenaga dalam dan energi bathinnya dikerahkan saat itu juga. Gedung arena pertarungan bagai bergetar dilanda gempa dahsyat. Perlahan asap putih mengepul keluar dari bawah lantai, yang tadi di hantam deras oleh kaki Wayan. Asap itu makin lama makin tebal, hingga menyelubungi seluruh tubuhnya. Sementara di dalam selubung asap putih itu, sosok Wayan terlihat bergetar keras, dengan seluruh otot tubuhnya meregang kencang. Tiba-tiba ... Byaaarrsk..!! "Huahaahaa...!!" sosok raksasa muncul dan langsung tertawa keras membahana, mengguncang dan menggetarkan nyali semua penonton di seantero gedung arena.Tampak kini telah berdiri seorang raksasa setinggi 7 meteran lebih, dengan sekujur tubuhnya berwarna semerah darah. Sementara empat buah taring putih besar mencuat dari mulutnya, yang juga berleleran darah. Sungguh sosok yang tak sedap dan nyaman untuk dilihat. Namun ha
"Kalian rakit dan arahkan sniper ke gedung arena pertarungan itu. Backing kami dan habisi saja siapapun yang membahayakan orang-orang kita..!" seru Drajat. "Siap Jendral..!" sahut keduanya mengerti. Mereka pun langsung mengambil posisi ternyaman dan tersembunyi, dari lokasi itu mengarah ke gedung arena. Sedangkan Drajat sendiri mengarahkan teropong Night Visionnya, ke arah gedung arena kompetisi itu. Nampak olehnya masih banyak orang lalu lalang, di sekitar pintu utama gedung arena. Drajat terus menyisir area sekitar gedung dengan teropongnya itu, dan saat teropong di arahkan ke atas gedung ... "Brengsek..! Denta, Pandu dan Freedy, berada di atas gedung arena itu..! Ada sekitar 7 orang Pasukan Harimau Besi juga bersama mereka di sana," seru Drajat mengkonfirmasi pada para sahabat. Dia memberikan teropongnya, agar Dimas, Brian, dan Gatot, juga bisa melihat situasi itu. Maka bergantian para sahabat meneropong kondisi gedung arena, untuk sekaligus merekam posisi musuh dalam memor
"Bagus Bara! Memang sebaiknya begitu, agar mereka berpikir segala sesuatunya berjalan seperti biasanya. Sesuai jadwal dan rencana mereka, jika memang mereka merencanakan sesuatu terhadap kita. Namun pada akhirnya, akan kita buat mereka terkejut nantinya! Hehe," ujar Drajat terkekeh. Dan setelah Bara cs usai makan siang di markas. Maka sesuai rencana Drajat, Dimas, Brian, dan Gatot, bersama dengan 2 orang anggota Pasukan Super Level segera berangkat, menuju ke wilayah kepulauan seribu. Mereka berniat menyewa speed boat dan mempersiapkan 'misi' mereka nanti malam. Dua buah mobil melaju keluar membawa mereka ke lokasi, mobil milik Dimas dan juga sedan milik Bara. Dewi akan ikut naik helikopter, dan akan masuk ke dalam gedung arena kompetisi bersama David. Untuk menyaksikan pertarungan sekaligus mengawasi kondisi di dalam gedung arena. Sementara Sandi dan dua anggota Pasukan Super Level, akan berjaga di sekitar helikopter mereka. Hal yang bertujuan berjaga dari segala kemungkinan