Share

Bab 0005

"A-ku? A-ku hanya seorang penggemarmu, aku melihatmu tadi.Sangat keren!" ucap Andrew dengan sedikit terbata-bata mengatakannya.

Andrew kemudian berjongkok di depan anak kecil yang tengah menatapnya intens tersebut.

"Siapa namamu?" tanya Andrew sambil memandangi wajah Celline yang tergariskan begitu kuat di wajah mungil tersebut.

Perpaduan kelopak mata Celline yang dihiasi bulu mata nan lentik berpadu sempurna dengan manik mata legam dan alis tebal yang menyerupai alisnya sendiri ini membuat Andrew sangat gugup.

"Namaku Adrian S," ucap anak lelaki tersebut.

"Adrian S? Boleh paman tahu S itu untuk apa?" tanya Andrew lagi.

Jantung sang dewa perang itu semakin berdegup kencang, menunggu jawaban Adrian kecil.

"Ibu bilang, S itu tidak harus diucapkan, sudah ya Paman sepertinya kelas sudah akan dimulai," ucap Adrian kecil itu sambil melepaskan tangan Andrew yang memegangi pundaknya sambil langsung berlari kencang ke arah pintu kelasnya.

Andrew tersenyum, ada gejolak bahagia yang mendadak muncul dengan ulah Adrian yang mengejutkannya itu. Baru saja Andrew hendak memutar haluan tubuhnya, kepala Adrian kembali melongok dari balik pintu.

"Paman sangat tampan, aku harap paman akan menjadi ayahku nantinya," ucapnya sambil mengusapkan tangan kanannya di kening seraya tersenyum kepada Andrew.

"Degg!"

Jantung Andrew semakin bertabuh kencang, cara itu ... adalah jargon miliknya. Ya, mengusap tangan di kening adalah ritualnya selama ini yang sudah menjadi kebiasaan dan juga ciri khasnya.

"Apa kita terlambat Bob?" tanya Andrew seolah tahu jika asistennya itu selalu berada di dekatnya.

"Belum Tuan," jawab Bob yang memang hanya berjarak sekitar tiga langkah dibelakangnya.

"Kita ke rumah Abellard sekarang juga," ucap Andrew sambil melangkah menuju mobil.

Bob kemudian menghubungi seseorang melalui ponselnya, lalu segera membukakan pintu mobil untuk Tuannya itu.

Mobil perlahan melaju meninggalkan area sekolah, dan tak lama kemudian, sebuah telepon masuk ke ponselnya Bob.

"Tuan, informasi dari Utara," ucap Bob dengan wajah sedikit ketakutan mengatakannya seraya membungkukkan tubuh.

Andrew menatapnya melalui kaca tengah mobil, lalu mengambil sebuah headset khusus untuknya yang berada di dalam meja kecil di sebelahnya.

"Apa yang terjadi di Utara?" tanya Andrew.

"Jenderal, kami kehilangan mobil yang membawa Mayor Zuka, sebuah surat ditemukan. Mereka... "

"Zuka?" Suara Andrew bergetar hebat karena menahan amarah.

Mayor Zuka adalah keramat untuk Andrew, Mayor sepuh itu adalah ayah angkat yang membawa Andrew masuk ke dalam militer tujuh tahun yang lalu.

"Temukan Zuka! Sisir semua wilayah! Aku tidak akan mengampuni siapapun yang melakukannya!" Suara barithon Andrew terdengar begitu dingin dan juga berat.

Andrew melepaskan headset setelahnya, panggilan pun terhenti dan perintah sudah diberikan.

Bola mata Andrew berkaca-kaca, amarah dan kecemasan kini menjadi semakin berlipat-lipat di dalam batinnya. Gemuruh jiwa Sang Dewa Perang semakin menguat.

"Percepat laju mobilnya Bob!" perintah Andrew.

Bob yang patuh langsung menambah kecepatan mobilnya sekaligus menekan tombol bertuliskan VVIP pada dashboard mobil tersebut.

Jalanan kota yang cukup ramai pada hari yang menjelang siang ini, di tengah mendung yang masih juga memayungi, Bob menjadikan jalan ini seperti sebuah lintasan di arena balap. Tanpa ragu, Bob menyalip satu per satu kendaraan di depannya. Dan saat ini, semua lampu hijau di jalan raya akan menyala hijau setiap kali mobil yang membawa Andrew melintasinya.

Tak butuh waktu lama, mobil pun masuk ke area jalanan di komplek pemukiman Abellard.

"Berhenti di sini!" ucap Andrew.

Mobil pun segera menepi.

Andrew yang masih mengenakan setelan kasualnya itu, kini melangkah turun. Langkahnya diayunkan menuju sebuah rumah yang telah dipenuhi oleh tamu. Dari ornamen dan dekorasi yang memenuhi seluruh penjuru rumah ini bisa dipastikan jika sedang terdapat sebuah acara saat ini.

"Mohon tunjukan undangannya," ucap seorang penjaga tamu di pintu masuk mencoba menahan langkah Andrew.

Andrew tak menghiraukannya, dia terus melangkah masuk.

Pakaian kasual yang dikenakannya menjadi sangat kontras dengan pakaian formal yang dipakai oleh semua orang di tempat ini sekarang. Tapi Andrew tak memperdulikannya juga.

"Hey, bukankah itu mantan menantu Tom?" ujar salah seorang tamu yang berhasil mengenali Andrew dengan lantangnya.

"Tidak mungkin! Berani sekali dia datang ke tempat ini setelah menceraikan Celline dengan cara tak terhormat! dasar pria payah!" sahut yang lain menimpali.

Di tengah hujatan yang mengarah kepadanya, Andrew terus melangkah masuk. Kini dia berdiri tepat di hadapan Tom dan juga Mathia yang tengah berdiri di bawah tangga menunggu Celline untuk turun.

"Batalkan pernikahannya sekarang juga! Aku membawakan uangnya!" ucap Andrew dengan suara bergetar hebat.

Tubuh Andrew terkesiap oleh emosi yang membara manakala melihat Celline telah mengenakan gaun pengantinnya dan di sebelah istrinya itu ... Dylan dengan sangat bangga tersenyum sinis merayakan kemenangan semu-nya.

"Hehh! Cecunguk! Beraninya kau datang di hari penting Celline! Keluar sekarang juga sebelum aku meminta pengawal calon menantuku itu mengusirmu!" gertak Tom dengan sangat bangga merendahkannya.

"Aku membawa seratus milyarnya! Jika kurang, katakan saja sekarang juga dan aku akan menyiapkannya!" ucap Andrew lagi.

Manik mata Andrew tak lagi selembut sebelumnya, sorot tajam pria itu kini bahkan mampu mengubah atmosfer seluruh ruangan menjadi sangat mencekam dengan seketika.

Ada rasa ngeri yang kembali muncul pada diri Tom saat ini, kharisma kuat Andrew membuatnya cukup tersentak kaget.

"Jangan banyak bicara! Sekali sampah, kau tidak akan menjadi berlian!" ucap Tom mengenyahkan rasa takutnya yang menghinggapi sejak beberapa saat tadi.

Gemuruh suasana pun terdengar, kedatangan Andrew sukses membuat kegaduhan di seluruh rumah ini. Para tamu menjadi sangat tertarik dengan apa yang terjadi sehingga mereka berbondong-bondong menyaksikan lebih dekat apa yang saat ini tengah diperbincangkan oleh Andrew dengan Tim.

"Jangan mengacaukan hidup Celline lagi! enyahlah Andrew!" Kali ini Mathia pun tersulut emosinya karena tertekan oleh perhatian semua orang yang mengarah kepada mereka.

Sementara itu, sebuah limosin terparkir di depan rumah dan seseorang turun dengan tergesa-gesa.

Di belakang mobil itu, sebuah mobil khusus pengangkut uang pun berhenti diikuti oleh sebuah minibus. Enam Polisi berseragam lengkap kemudian mengawal sepuluh staff Bank Central yang mengeluarkan koper khusus lalu menentengnya masuk mengikuti pria dari dalam limosin tadi.

"Tuan, maaf aku terlambat. Ada sedikit gangguan kecil di perjalanan," ucap seorang pria dari arah pintu masuk memecah suasana. Di belakang pria tersebut sepuluh staf menenteng koper dengan kawalan ketat enam petugas Polisi bersenjata lengkap.

"Ada apa ini?"

"Bukankah itu Tuan Anderson? Petinggi di Bank Central?"

"Kau benar, sedang apa dia di sini?"

"Ya, itu Pak Anderson, dia datang juga?"

"Koneksi seorang Dylan Simmone memang tak perlu diragukan lagi, Pak Anderson pasti datang untuk mempelai pria kita," ucap salah seorang menambahkan.

Kegaduhan pun terjadi. Sementara pria yang baru saja datang itu, justru terus melangkah ke arah tengah dimana Andrew dan Tom tengah berhadapan.

"Tunggu saja di sini Celline!" perintah Dylan. Ya, melihat kedatangan Anderson, Dylan segera turun.

"Pak Anderson, kita bisa mengurus masalah keuangannya nanti saja selesai acara ini, silahkan Anda untuk bergabung dengan yang lain," sambut Dylan dengan sangat percaya diri.

Namun yang diajak bicara justru semakin merapatkan langkahnya kepada Andrew.

"Seratus miliar Anda sudah saya bawakan Tuan," ucap Anderson kepada Andrew seraya menundukkan kepalanya. Persis seperti seorang hamba yang tengah melayani tuannya.

"Kau dengar Ayah, seratus miliar nya sudah siap. Jadi, batalkan acaranya sekarang juga!" ucap Andrew dengan intonasi yang ditekannya.

Tom bingung bukan kepalang.

Sementara Anderson, dengan sedikit memutar karena tidak mau melalui Andrew, dia kemudian meminta staf wedding organizer yang berada di sana untuk mengosongkan meja panjang di depan Andrew dan Tom.

"Letakkan semua kopernya!" ucap Anderson.

Andrew sendiri berdiri dengan tenang. Bola matanya kini terus mengarah kepada Celline yang tengah membelakanginya di atas sana. Siluet tubuh sang istri yang bersandar pada pegangan tangga terlihat begitu mendamaikan jiwanya.

"Aku merindukanmu, Celline." batin Andrew.

"Buka!" perintah Andrew.

Sepuluh staf itu segera membuka kopernya.

"Itu? Uang?" ucap Mathia sambil membekap mulutnya sendiri saking terkejutnya melihat sepuluh koper besar didepannya benar-benar berisi gepokan uang tunai bersegel resmi dari Bank Central.

"Uang tunai?"

"Bagaimana bisa?"

"Butuh banyak proses untuk mencairkan uang tunai sebanyak itu!"

"Sebenarnya siapa Andrew hingga seseorang sekelas Pak Anderson pun melayaninya?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lamium Yellow
up lagi Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status