Mata Keen membulat, kedua manik mata berwarna coklap gelap itu terus fokus pada aktifitas Shassy yang membuat peluhnya tiba-tiba menetes.
Tubuh Keen benar-benar menegang saat melihat hal itu, darahnya berdesir serasa menggelitik titik sensitifnya.Setelah memandangi Shassy cukup lama, Keen pun menutup kembali pintu kamar mandi itu perlahan.
"Cih, apa wanita itu sengaja melakukan hal ini," gumam Keen sambil duduk di ranjang kamar tersebut dengan gelisah. "Tapi dia memang berhasil," imbuhnya.
Beberapa menit kemudian Shassy keluar dari dalam kamar mandi dengan raut wajah yang tenang, ia terlihat sangat lega setelah berhasil meringankan rasa sakit di dadanya.
Shassy pun berjalan dengan santai, ia tak menyadari kalau saat ini Keen sedang memandangi dirinya.
"Ehem!" Keen berdehem.
Hal itu membuat Shassy benar-benar terkejut, hingga ia berjingkat. "Eh, Pak Keen."
Bola mata Shassy beputar ke kanan dan ke kiri, terlihat jelas kalau saat ini ia sedang cemas."Kamu—"
"Maaf Pak Keen, kenapa Anda ada di sini?" sela Shassy dengan sengaja.
Keen pun mengernyitkan dahinya. "Kamu itu yang harusnya aku tanyai, kenapa kamu ada di kamarku?"
"Kamar Anda," ujar Shassy yang lebih terkejut dari sebelumnya.
"Iya, ini kamarku. Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke dalam kamar ini?"
Shassy pun langsung menggenggam ujung pakaiannya, ia bingung apa yang harus dikatakannya untuk menjawab pertanyaan itu.
"Itu aku Kak, tadi kamarku sedang dibersihkan oleh Bibi jadi aku menyuruh Kak Shassy pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarmu," sahut Dira sambil terlihat masih terengah-engah karena baru saja berlari ke kamar itu.
Keen langsung menutup matanya, dahinya pun mengkerut terlihat jelas kalau hal yang baru saja terjadi itu adalah sesuatu yang mengganggu pikirannya.
'Apa dia akan meledak?' batin Shassy sambil terus menatap wajah Keen bersiap untuk kena damprat dari laki-laki yang ada di depannya itu.
Lalu ...
Keen menghembuskan napasnya perlahan. "Baiklah kalian segera keluar," ujar Keen dengan tenang.
Shassy dan Dira pun melongo saat mendengar kalimat Keen yang tenang.
'Cih, ekspresi apa itu menggelikan sekali,' batin Keen sambil menatap wajah Shassy.
"Dan Kamu, Shassy,"—Keen menunjuk wajah Shassy—"lain kali jangan masuk ke dalam kamar ini tanpa seizinku. Mengerti?"Shassy pun langsung mengangguk berkali-kali dengan wajah tegangnya.
'Dasar wanita ini, apa dia tidak sadar kalau ekspresinya itu sungguh menggelikan,' batin Keen.
Tanpa sadar, Keen pun tersenyum sambil menatap wajah Shassy selama beberapa menit.Sedangkan Shassy saat ini menjadi salah tingkah karena tatapan dari Keen yang aneh itu.
Dira pun diam-diam meninggalkan kamar itu karena tidak mau mengganggu Keen dan Shassy, ia dengan cepat kembali ke ruang makan.
"Ma-Ma," panggil Dira.
Nyonya Tiara yang sedang duduk santai menanti anak-anaknya itu pun langsung menyahut, "Iya, ada apa Dir?"
"Ma, tadi Kak Keen tersenyum loh, lalu mandangin kak Shassy lama … banget," ujar Dira dengan hebohnya.
"Oh, ya?"
"Beneran Ma, udah kaya drakor," seru Dira.
"Ehem!" Shassy berdehem saat memasuki ruang makan itu.
Dira pun langsung berbalik dan menatap Shassy. "Eh Kak Shassy, aku baru saja membicarakan kamu pada Mama loh."
"Uhk, uhk, uhk!" Shassy tersedak dengan ludahya sendiri saat mendengar kalimat Dira yang tanpa rasa bersalah itu.
Nyonya Tiara pun hanya tersenyum melihat kejadian itu.
tiba-tiba.
Tringggg! Terdengar suara ponsel dari dalam tas yang di tenteng oleh Shassy.
Shassy pun segera membuka tas dan mengambil ponselnya yang terus berdering. "Maaf Tante, saya angkat telpon dulu," ujar Shassy dengan sopan.
"Iya," sahut Nyonya Tiara dengan hangat.
Shassy pun segera menjauh dari ruang makan, ia lalu mengangkat panggilan tersebut.
"Halo," sapa Shassy.
"Halo Sayang," suara dari dalam panggilan tersebut.
"Iya, ada apa?" sahut Shassy.
"Kamu dari tadi sulit sekali dihubungi, apa kamu lembur lagi hari ini?" tanya laki-laki yang ada di dalam panggilan tersebut.
"Tidak, saat ini aku sedang ada di rumah sahabat lama ibuku," terang Shassy dengan nada suara yang lembut.
"Oh ya? Kamu tidak pernah bercerita tentang ini padaku." Laki-laki itu terdengar sepeti sedang memprotes Shassy.
"Ih kamu tuh ya," ucap Shassy dengan gemas. "Ya sudah kapan-kapan aku akan memperkenalkan kamu pada beliau."
"Benar ya, Sayang."
"Iya-iya pasti," sahut Shassy dengan manis.
"Oh iya, apa besok malam kamu ada waktu?"
"Memangnya kenapa?" tanya Shassy.
"Aku mau mengajak kamu keluar," sahut laki-laki di dalam panggilan tersebut.
"Emm," gumam Shassy.
"Kenapa? Kamu sibuk lagi?" ujar laki-laki tersebut terdengar kesal.
"Maaf Mas tapi besok malam aku harus menghadiri pesta di rumah sahabat ibuku ini, tidak mungkin aku mengecewakannya. Kamu jangan marah ya, plisee," ujar Shassy yang terdengar seperti anak kecil.
"Iya, tapi aku minta kompensasi dari kamu."
"Kompensasi apa?" tanya Shassy.
*Lalu ...
"Ehem," dehem keen, "jangan lama-lama, aku sudah lapar," tukas Keen dengan nada dingin.
Shassy pun terkejut dan langsung menoleh pada Keen. "Baik Pak," sahutnya.
Keen pun segera berbalik dan meninggalkan Shassy, tangannya mengepal ketika mengingat cara Shassy berbicara pada seseorang yang ada di dalam panggilan tersebut.
'Siapa laki-laki yang bicara dengannya? Kenapa dia manja sekali pada laki-laki itu?' batin Keen yang merasa sangat kesal.
Keen pun kembali ke dalam ruang makan dengan wajah muram.
"Kak, di mana Kak Shassy?" tanya Dira.
Keen tak menyahut, ia pun langsung menyendok nasi ke piring yang ada di depannya.
"Maaf ya semuanya, aku terlalu lama menelepon," ujar Shassy yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.
"Tidak apa-apa Sayang, ayo duduk sini kita segera makan," ujar Nyonya Tiara dengan lembut.
"Siapa Kak yang menelepon?" tanya Dira yang penasaran.
"Ah, itu teman aku Dir," jawab Shassy dengan santai.
"Cewek apa cowok, Kak?" tanya Dira lagi.
Wajah Shassy pun sedikit memerah. "Cowok Dir, kapan-kapan aku i—"
TING!! Keen memukulkan sendok yang ada di tangannya dengan keras, hingga membuat bunyi yang sangat nyaring di ruangan itu.
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu pun menatap ke arah Keen, kaget.
"Sudah waktunya makan," ucap Keen dengan ekspresi datar di wajahnya.
Shassy pun langsung menunduk, ia merasa kalimat yang keluar dari mulut Keen itu sengaja ditujukan pada dirinya.
"Sudah mari kita makan," ujar Nyonya Tiara yang mencairkan suasana dingin di ruangan itu.
Akhirnya makan malam pun di mulai, semua orang makan dengan tenang tak ada satu kalimat pun yang terucap di atas meja makan itu.
Hingga akhirnya Shassy pun pulang dengan naik motor matic kesayangannya. Sementara Keen yang ada di dalam kamarnya kini tengah berada di balkon, ia menatap ke arah Shassy yang baru saja melewati pintu gerbang utama rumah tersebut.
"Huh, wanita itu membuat aku pusing," ucap Keen sambil menggenggam erat krim pereda nyeri yang Shassy jatuhkan di kamarnya.
**
Keesokan harinya.
Malam itu Shassy sampai di halaman rumah Keen agak terlambat, dan ia pun segera masuk ke dalam rumah tersebut.
Tak disangka saat ia melangkah masuk, semua pandangan pun mengarah padanya.
"Kenapa sih pada ngelihatin gitu?" gumam Shassy sambil berusaha berjalan dengan santai melewati orang-orang yang saat ini menatapnya.
"Kak Shassy," seru Dira dari kejauhan.
Shassy pun segera mendekat ke arah Dira. "Selamat ulang tahun ya Dir," ujar Shassy sambil memberikan sebuah kado.
"Ah Kak Shassy, Kakak mau datang ke sini dengan gaun itu adalah kado terindah untukku, terima kasih ya Kak," ujar Dira.
"Iya Dir," sahut Shassy dengan lembut.
Lalu.
"Kak, sini!" teriak Dira, sambil melambaikan tangan pada Keen.
Keen pun mendekat. "Ada apa?"
"Kak lihat bagaimana gaun yang aku pilihkan untuk Kak Shassy, cantik kan?"
Keen pun menatap Shassy yang menggunakan gaun berwarna merah maron di hadapannya. Gaun itu berhasil memperlihatkan lekuk tubuh Shassy yang sangat menggoda.
Tubuh Shassy yang sintal, dengan dada yang memiliki ukuran Cup-D itu berhasil membuat wajah imut Shassy semakin tak tertahankan. Bahkan tatapan aneh Shassy saat ini, terlihat sebagai godaan di mata Keen.
Keen lalu membuka mulutnya. "Gaun ini—"
Tiba-tiba.
"Shass," panggil seorang laki-laki dari arah lain.
Shassy pun menoleh lalu memperlihatkan senyum di wajahnya.
Senyum Shassy bertambah lebar, ketika laki-laki yang memanggilnya itu mendekat ke arahnya."Sayang," panggil laki-laki tersebut, dan dengan cepat laki-laki itu mengecup puncak kepala Shassy di hadapan semua orang.Shassy pun terkejut, dan mendorong pelan laki-laki itu. "Mas, kamu apa-apaan sih, malu tau.""Apanya yang malu," goda Raka."Tapi, kenapa kamu ada di sini?" tanya Shassy.Raka lalu mendekatkan wajahnya pada Shassy. "Itu karena … rahasia," goda Raka."Ah, Kamu itu ya Mas, bikin kesal aja. Awas ya kamu …."Laki-laki itu lalu tersenyum lebar, saat melihat Shassy mengomel pada dirinya."Eh, Rak
Tubuh Shassy pun bergetar saat Keen mulai mengusap belakang tubuhnya.'Ah, ini tidak boleh berlanjut,' batin Shassy.Shassy pun segera menegakkan tubuhnya, dan …."Akhh!" pekik Keen sambil memegangi selangkangannya yang baru saja di tendang oleh Shassy.Shassy pun segera menjauh dari Keen, dan segera mengambil vas bunga yang ada di dekatnya untuk mengancam Keen.Tapi Shassy segera meletakkan vas itu kembali, ketika melihat Keen yang benar-benar kesakitan karena tendangannya tadi.'Ah, kalau itunya kenapa-napa, jangan-jangan aku bakal dituntut lagi sama dia,' batin Shassy.Shassy pun segera mendekati Keen, ia membopong Keen untuk duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu."B
"Ehm!" dehem Keen.Shassy dan Raka pun menghentikan aktifitas mereka.Shassy pun langsung menunduk malu, saat Keen semakin mendekat ke arah mereka."Ada apa Keen?" tanya Raka.Keen pun langsung menatap Shassy sesaat, dan kemudian menatap Raka kembali. "Mama memintaku membawa Shassy ke dalam, ada sesuatu yang ingin di bicarakan."Shassy pun melangkah maju, tapi dengan cepat, Raka berdiri di depan Shassy. "Katakan pada Tante, Shassy tidak enak badan. Jadi aku akan mengantarkannya pulang sekarang," tegas Raka."Mas," lirih Shassy.Raka pun langsung menoleh, dan menatap tajam Shassy.Shassy yang ingin membujuk Raka agar mengizinkannya menemui tante Tiara pun, akhirnya hanya bisa menunduk.
Keen dan Shassy pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Wanita yang tadi duduk berbincang dengan Raka pun segera berdiri dan menyambut Shassy dan Keen."Selamat datang ke tempatku," ujar wanita tersebut.Wanita itu pun segera menuju ke arah Shassy, ia pun segera menjabat tangan Shassy dan memeluknya, seakan mereka sudah akrab sebelumnya.'Apa maksud wanita ini? Atau aku yang terlalu banyak berfikir?' batin Shassy yang merasa aneh dengan sikap wanita tersebut."Sayang, kenalkan, ini Liora. Dia adalah saudara jauh dari mamaku," ujar Raka."Oh, kenalkan aku Shassy," ujar Shassy sambil tersenyum ramah ke arah Liora."Iya, aku sudah mendengar banyak sekali cerita tentang kamu dari Raka," ujar Liora sambil menyenggol bahu Raka dengan menggunakan bahunya sendi
Shassy yang melihat wanita itu pun terkejut dan segera membuka lebar-lebar pintu ruangan yang ada di dekatnya itu.Shassy pun melihat wanita tersebut sedang tersungkur di lantai, dengan beberapa luka memar di tubuhnya."Apa yang kalian lakukan!" teriak Shassy pada 2 orang laki-laki yang ada di dalam ruangan itu.Kedua laki-laki itu pun segera menatap ke arah Shassy yang hanya menggunakan handuk di tubuhnya."Nah, kalau ini ... baru yang namanya pelayan osen," ujar salah seorang laki-laki yang ada di ruangan tersebut."Kalian laki-laki bodoh, apa yang kalian lakukan ini sangat memalukan," ujar shassy sambil membatu karyawan tersebut berdiri dan Shassy pun melangkah untuk mengambilkan kaca mata milik pegawai tersebut yang tergeletak di la
Setelah Shassy puas menangis, akhirnya Keen pun melepaskan pelukannya.Keen menatap ke arah 2 laki-laki itu."Ingat, siapa yang melakukan ini semua?" Kalimat ini seolah adalah pertanyaan, tapi sangat terasa kalau ada ancaman di balik pertanyaan yang di ucapkan oleh Keen ini.Laki-laki yang tengah bersender di dinding pun segera menjawab. "Ini semua kami yang melakukan Tuan.""Bagus," tandas Keen sambil tersenyum menyeringai ke arah orang tersebut. Keen pun segera membawa Shassy keluar dari ruangan tersebut dan berjalan bersama ke ruang ganti."Kamu segera pakai bajumu, aku akan menunggumu di lorong," ujar Keen.Shassy pun mengangguk pelan dan pe
"Masa sih ada hujan mawar?" gumam Shassy sambil mengambil setangkai mawar yang ada di hadapannya. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memeluk Shassy dari belakang. Shassy pun dengan cepat menginjak sepatu orang yang ada di belakangnya, lalu menarik sikunya ke belakang dan mengenai tepat ke perut orang yang ada di belakangnya."Hah, rasakan kamu!" teriak Shassy sambil menjauh dari orang yang ada di belakangnya.Lalu Shassy pun terkejut melihat orang yang ada di belakangnya tadi."Ishhh!" desis orang tersebut sambil memegangi perutnya terlihat kesakitan."Kamu Mas," ujar Shassy sambil mendekat ke arah Raka, "Kamu sih, ngagetin aku," ujar Shassy sambil mengusap-usap perut Raka.Raka pun segera berdiri tegap, sedangkan Shassy masih terus
Wajah Keen dan Shassy begitu dekat, nafas pun bisa terdengar dengan jelas di antara mereka. Detak jantung Keen pun terasa makin cepat, ketika Shassy pun mulai mengendus-ngendus tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke leher Keen."Kamu wangi sekali," ujar Shassy."Kamu suka?" tanya Keen."Tentu saja aku suka."Degup jantung Keen semakin cepat, ketika tangan Shassy mulai memegang wajahnya."Kamu mau apa?" tanya Keen.Shassy pun mulai tersenyum menggoda. "Aku ya … tentu saja aku mau …."Keen pun kaget, ketika Shassy tiba-tiba saja menggigit lehernya."Rasakan itu, hehehe," tawa Shassy setelah puas menggigit leher