Share

Bab 5

"Tuan, aku memang miskin! Aku juga tidak punya apa-apa. Bahkan pakaian yang aku pakai pun semuanya adalah milikmu, aku juga masih bisa bernafas itu semua karena kebaikanmu. Tapi tolong jangan pernah menganggapku seperti itu, aku bukan perempuan penggoda!”

Shafiqa tak terima dengan tuduhan Sky, karena pria ini mengira jika dirinya sudah menggoda Edward. Dan karena kesal ia pun langsung mendorong tubuh Sky.

Entah dari mana keberanian itu datang, yang jelas ia tak terima jika ia dianggap sebagai perempuan penggoda. Hidupnya sudah susah sedari dulu, tapi ia tak ingin dianggap sebagai perempuan hina. Meskipun ia hidup sebagai gadis miskin tapi tak pernah sekalipun ia ingin menjajakan dirinya.

“Wah, sungguh gadis yang pemberani,” puji Sky begitu sarkastik. “Apa kau pikir, kau begitu hebat untuk bisa menolakku?”

“Apa kau mulai tergoda?” Kemarahan terasa begitu membara dalam hati Shafiqa, membuat dadanya serasa begitu sesak. Matanya yang ditutupi kacamata tebal mulai berembun. Kendati begitu, ia terus menyuarakan protesnya. “Bukankah kau pernah mengatakan jika aku ini gadis yang jelek, yang mana tidak akan ada pria yang tergoda olehku?!”

Bukannya merasa kasihan, Sky malah tertawa saat melihat Shafiqa yang sedang menangis sekaligus marah, “Astaga, kau benar! Kau memang sangat jelek. Lantas, kenapa kau berpikir aku bisa tergoda oleh wanita jelek sepertimu?”

“Lalu, kalau aku jelek. Kenapa tadi Tuan menciumku?”

Mata Shafiqa mengerjap. Ia kembali mengungkit tragedy awal yang membuatnya harus berhadapan dengan Sky saat ini di kamar pria itu.

“Apa? Aku tadi tidak menciummu, kau jangan memfitnahku sembarangan!”

“Lalu tadi?” Ia masih sangat ingat bagaimana bibir menyebalkan itu mendarat di bibirnya tadi. Bahkan, bibir tuannya itu sempat menyesapnya beberapa kali.

“Itu bukan ciuman tapi hukuman!” ucap Sky sambil bersedekap dada.

"Dan jika sampai kau berbuat kurang ajar lagi padaku … maka hukuman yang akan kau terima akan jauh lebih berat.”

**

Hari ini Sky tidak pergi keluar dan akan mengerjakan pekerjaannya di rumah saja. Pria itu berencana untuk melatih tubuhnya dengan berolahraga dan mempertajam ilmu beladirinya yang sebenarnya sudah tak terkalahkan itu.

Sejak semalam Shafiqa juga sudah diberikan jadwal oleh Edward, tentang kegiatan Sky hari ini. Jadi, ia pun sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentang makanan dan juga minuman yang biasa Sky konsumsi saat pria itu sedang berolahraga.

"Padahal hanya berolahraga, tapi makanannya harus spesial dan takaran yang harus pas juga.”

Shafiqa mencibir saat ia sedang menyiapkan makanan dan juga minuman untuk Sky. Menurut Shafiqa yang hanya orang biasa, tentu apa yang dilakukan oleh Sky terlalu berlebihan.

Semua kehidupan orang-orang kaya memang sangat aneh bagi Shafiqa yang memang hanya seorang biasa.

Saat Shafiqa tengah fokus dengan pekerjaannya, tahu-tahu terdengar suara sang tuan yang menghampiri. "Apa makananku sudah siap?"

"Sudah Tuan, silahkan.”

Setelah beberapa saat, Sky pun melihat ke arah gadis mungil itu. "Apa kau juga sudah sarapan?"

Sebenarnya, pertanyaan seperti itu tak pernah ia lontarkan pada siapa pun. Karena baginya, orang hidup atau mati sama sekali bukan urusannya. Namun, lihatlah kali ini … ia bahkan bertanya perihal perut kosong orang lain, yang mana tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

"Sudah Tuan, sebelum bekerja aku sudah makan terlebih dahulu," jawab Shafiqa.

Lagi-lagi keanehan terjadi pada dirinya. Mendengar jawaban polos Shafiqa nyatanya membuat pria itu kesal, hingga membuat ia menyahut ketus, "Seharusnya sebelum aku makan kau tidak boleh makan!"

"Bagaimana maksudnya, Tuan?” Shafiqa yang begitu kaget dengan perintah semena-mena Sky itu tanpa sadar menaikkan intonasi suaranya.

"Berani sekali kau mengencangkan suaramu padaku?"

Gadis itu menundukkan kepalanya, takut melihat Sky memelotot. "I-itu m-maaf, aku tidak sengaja dan hanya terkejut saja.”

Sky meraih susu yang sudah disiapkan gadis itu si sebuah gelas. Ia bertanya usai menenggak habis isi gelas tersebut. "Kenapa kau terkejut?”

"I-itu ..."

"Katakan dengan jujur. Aku tidak suka pada orang yang suka berbohong.” Sky kembali memberikan penekanan. “Apa kau tahu hukuman apa yang akan aku berikan pada orang yang suka berbohong?"

Shafiqa pun hanya menggelengkan kepala. Ia manaa tahu, hukuman seperti apa yang akan Sky berikan pada seorang pembohong? Ia kan belum lama tinggal di sini.

Namun, ia hanya berharap jika hukuman yang Sky berikan hanyalah sebuah hukuman ringan, misalnya saja dengan tidak melubangi salah satu anggota tubuhnya, karena hal itu terlalu mengerikan baginya.

"Hukuman untuk seorang pembohong, adalah dengan memberikan makan buaya peliharaanku.”

Gadis polos itu sontak mengangguk dan menghela napas lega. Dalam hati, meski memberikan makan hewan peliharaan yang tidak lazim itu cukup menantang, tetapi tidak semenyeramkan dengan bayangannya tadi.

Tak suka melihat gadis mainannya tenang, Sky kembali mempertegas hukuman tersebut. "Memberikan makan buaya peliharaanku dengan tubuhnya sendiri."

Glek!

Mendengar semua itu, tubuh Shafiqa mendadak membeku. Karena bahkan belum apa-apa, bayangan gigi buaya yang seksi sudah menari-nari di ujung otaknya.

Sky tersenyum tipis melihat tubuh gadis itu bergidik ngeri membayangkan hukuman darinya. "Jadi, katakan padaku kenapa kau tadi berbicara sangat kencang padaku?"

"Aku hanya terkejut saja, saat anda mengatakan jika saya tidak boleh makan sebelum anda makan.” Shafiqa mencoba terus terang.

“Memangnya kenapa saya tidak boleh makan? Saya kan bekerja dan beraktivitas sebelum Anda. Jadi, wajar saja jika saya harus makan duluan. Saya memerlukan tenaga untuk bekerja.”

Bukankah lebih baik ia jujur dari pada menjadi makanan buaya, pikir gadis mungil berkacamata itu.

Gadis itu tidak menyadari, jika buaya yang sebenarnya kini sedang menatapnya dengan tatapan lapar.

"Jawabanmu cukup masuk akal."

Melihat Sky berkali-kali tersenyum, meski samar, membuat Edward yang sedari tadi mendampingi langkah Sky dalam diam mengernyit heran. Senyuman dan keisengan Sky seperti ini tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Edward tahu, hukuman yang dikatakan Sky hanyalah bualan untuk menakut-nakuti si gadis polos.

Sedangkan Shafiqa, melihat Sky yang terlihat jauh lebih tenang karena terbesit senyuman yang terus tercetak dari bibirnya … merasa inilah waktunya ia memberitahukan satu hal. "Dan apa kau tahu, Tuan … hal apa yang sangat aku sukai di sini?"

"Melihat wajah tampanku?" jawab Sky dengan percaya dirinya.

"Bukan!"

"Lalu?"

Shafiqa menunjuk pada meja makan yang di atasnya penuh oleh berbagai macam menu. "Itu karena disini banyak makanan, aku sangat senang karena di sini aku bisa makan dengan kenyang.” Tak lupa, giginya yang bersih terlihat saat ia tersenyum begitu lebar.

"Apa?!"

"Iya, aku suka karena di sini aku tidak kelaparan lagi. Jika dulu bisa makan satu kali sehari saja aku sudah bersyukur, apalagi kalau aku bisa makan tiga kali dalam sehari? Bagiku, dulu itu adalah mukjizat.” ujarnya berbinar-binar. “Dan sejak tinggal di sini, aku merasa seperti mendapatkan mukjizat setiap hari, hanya saja di tengah-tengah mukjizat yang aku rasakan … Ada seorang iblis jahat di dalamnya."

Agaknya, kali ini Shafiqa dan kepolosannya sudah kelewatan. Ia bahkan dengan mudahnya menyampaikan perasaan kesal dan tak sukanya pada Sky, dengan melabelinya ‘iblis jahat’ di antara mukjjizat.

"Apa kau bilang!"

'Oh ya ampun, sepertinya aku salah bicara!'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status