STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 18"Mas, tapi ini sudah malam, kasihan Yuna." Aku tetap mengajukan keberatanku."Memangnya kenapa kalau malam? Kita juga akan menjemput Raya di rumah Omanya, sekalian saja.""Iya, tapi ....""Tidak ada kata tapi lagi. aku juga ingin di layani oleh istriku, aku tidak mau mendengar bayi ini menangis dan kamu memintaku untuk mendiamkannya. Kamu juga tidak boleh repot mengurusi makan Dina. Malam ini Dina harus kita antar ke rumah Mama. Di sana Mama dan Nur yang akan membantu Dina merawat bayinya.""Bu, lebih baik aku kembali ke kontrakan saja." Dina menyela perdebatan antara aku dan Mas Yoga."Tidak-tidak. Aku tidak mau kamu dan Yuna mendapatkan masalah seperti tadi sore." Aku mencoba menghalangi keinginan Dina."Iya, demi melindunginya, privasi kita menjadi terganggu." Mas Yoga kembali marah."Mas! Kamu ini tidak punya empati dengan anakmu sendiri. Pantas kita tidak segera diberi keturunan. Rupanya sikapmu ...." Kuhentikan ucapanku. Aku merasa sal
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 19"Dina," Panggilku. Kubuka pintu itu dengan lebar.Dina dan Nur terperanjat mengatahui aku berdiri di ambang pintu. Wajah mereka tampak pucat, saling pandang satu sama lain dan tak berani menatapku."Keluar!" Aku bersidekap dan memerintahkan mereka untuk keluar. Lalu, Nur melangkah lebih dulu, kemudian Dina. Aku mundur beberapa langkah, memberikan mereka ruang untuk berdiri di hadapanku."Siapa Rustam?" Kutatap mereka yang sesekali melihatku lalu menunduk lagi.Mereka diam dan tak ada yang mau menjelaskan."Tidak ada yang mau bicara, ok! Ehm apa aku harus memanggil suamiku agar kalian bicara?""Ja-jangan, Bu. Nanti aku bisa dimarahi." Dina menempelkan kedua tangannya memohon.Sebenarnya aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Hanya, aku agak terkejut mendengar Nur menyuruh Dina meminta uang pada Mas Yoga dan memberikan masukan untuk memberikan uang untuk orang yang bernama Rustam. Apa jangan-jangan nama yang ia sebut itu adalah lelaki
SBDSCS BAB 20STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 20"Om itu berambut panjang dan bergelombang, bertubuh kurus dan pakaiannya bau, Ma," jelas Raya. Bola matanya terus bergerak keatas kanan dan kiri seperti mengingat.Mendengar penjelasan Raya hatiku bertambah khawatir, orang itu pasti sudah menguntit Raya cukup lama, memperhatikannya, dan mengetahui kondisi dan kebiasaan Raya di sekolah. Aku yakin itu. Tapi kenapa ciri fisik yang disebutkan Raya itu mengingatkan aku pada seseorang, apa mungkin itu dia? Karena memang kebetulan sekali kemarin aku bertemu orang seperti itu. Ya, pasti itu dia. Mengingat kami tidak pernah mempunyai masalah yang serius pada orang. Aku bertambah yakin bukan orang-orang yang membenci keluargaku yang melakukan percobaan penculikan pada anakku Raya.Kasihan Raya, semoga anakku tidak mengalami trauma. Lalu kuiring Raya ke sofa untuk duduk. Mengambilkannya minuman air mineral agar ia lebih tenang."Raya tunggu di sini ya, mama mau pesan makan." Kuusap lembu
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 21 "Kalian mau kemana? Mama belum selesai bicara. Duduk!" Mama berteriak, hingga Dina dan Nur nampak olehku mengintip dari jauh. Mereka pasti ingin melihat anak menantu yang sedang berdebat dan bertengkar.Mas Yoga mengangguk padaku seolah memerintahkan aku duduk dan memberi kesempatan Mama untuk memarahiku lagi. Entah apa yang ingin Mama bicarakan lagi, hanya Tuhan yang tahu."Mama sudah membayar mahal untuk masalah ini, demi kalian juga mama melakukan ini semua. Apa kalian tidak mau mengerti, mama ingin Yoga mempunyai penerus dari darah dagingnya sendiri, ahli warisnya yang akan mengurus kalian nanti sudah tua."Naif sekali Mama mertuaku ini. Apa dia tidak pernah mendengar dari berita. Banyak kejadian anak kandung membuang orang tua mereka. Jika untuk alasan itu Mama memaksa Mas Yoga mempunyai keturunan itu salah besar.Aku tahu anak adalah anugerah terindah dalam hidup. Tetapi, hanya untuk sebagian orang dan sebagiannya menganggap anak adal
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 22Sontak aku berdiri mendengar nama Rustam."Jadi benar kamu punya masalah dengannya. Raya hampir diculik gara-gara kamu, Dina. Atau ... jangan-jangan memang kamu dalang dibalik rencana penculikan Raya.""Demi Tuhan, tidak, Bu. Aku juga korban pemerasan Rustam.""Apa maksudnya dia memeras kamu? Rahasia apa yang disimpan olehmu hingga sampai kamu dan Mama memberinya uang dalam jumlah besar?"Dina terdiam cukup lama. Ia terlihat gugup dan seperti hendak bekata lagi."Rustam itu ...." Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Dina tak jadi meneruskan bicara."Masuk!" teriakku.Icha muncul dari balik pintu. "Permisi, Bu. Maaf menggangu. Anak-anak sudah datang semua. Seperti jadwal pesanan yang Ibu chat sudah siap mulai dikerjakan.""Terima kasih, Icha. Kamu memang bisa diandalkan. Kalau begitu saya akan bersiap-siap pergi. Jika nanti ada kendala segera hubungi saya, ya!"Tadi malam sebelum tidur, aku memang mengirimkan pesan pada Icha, untuk datang lebih
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 23***"Indri." Lamat-lamat suara Mas Yoga membangunkanku.Syukurlah aku hanya bermimpi, bisik batinku. Berlahan mataku terbuka, tapi ini dimana? Aku meringis lalu menyentuh kening karena kepala terasa pusing."Mas Yoga, kita dimana?" tanyaku tanpa ingin melihat keberadaannya dan masih memijit kepala."kamu di rumah sakit." Terasa tubuh Mas Yoga memelukku."Di rumah sakit?" Kupindai ruangan di sekitarku. Walau masih terasa berat membuka mata. Tetap kupaksakan."Kamu harus kuat." Suara Mas Yoga terdengar berat. Lalu melepaskan pelukannya.Aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padaku."Mas. Raya, Mama dan Papa. Itu artinya aku tidak mimpi?" Aku mendongak, lalu menatap wajah Mas Yoga untuk meminta jawabannya dengan cepat.Ia menggeleng, menatapku dengan wajah sendu. Saat kulihat matanya mulai berair, Mas Yoga memalingkan wajahnya dari tatapanku."Raya ...." Kusebut nama Raya dengan berteriak. Lalu kurasakan tubuhku mulai lemas kembali,
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 24"Ma, jangan bikin keributan. Indri sedang berkabung." Kudengar Mas Yoga berbisik pelan.Lalu Mama dan Mas Yoga ikut berdiri. "Niat mama baik loh, Yoga. tidak mungkin orang-orang di sini selalu datang setiap hari menemani serta menghiburnya, paling sampai tujuh hari, setelah itu mereka akan kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara kamu bekerja, di rumah ada Dina dan Yuna yang menemaninya." Mama terus saja berbicara, dia tidak peduli pada orang di sekitar yang memperhatikannya."Mas, tolong antar Mama pulang ke rumahnya!" pintaku. Aku tidak mau mendengar Mama terus saja menyebut nama Dina dan Yuna di rumah orangtuaku. Gara-gara mertuaku yang berisik, orang-orang melirikku sambil berbisik."Kamu ngusir mama, Ndri?" Mama bertambah marah."Bukan, hanya khawatir dengan kesehatan Mama, aku tidak mau Mama kelelahan, kulihat Mama dari tadi sibuk membantu mempersiapkan pengajian, lebih baik Mama istirahat dan pulang." Kucari alasan agar b
STRUK BELANJA DI SAKU CELANA SUAMIKUBAB 25POV: Yoga"Takut kehilangan. Tapi, Dina sampai saat ini belum kamu lepaskan," gumam Indri hampir tak terdengar olehku. Lalu ia mengambil selimut dan bantal."Apa perlu ada ucapan talak, toh pernikahan itu hanya di atas kertas," jawabku asal.Tanpa ada ucapan itu pun sebenarnya Dina juga akan pergi meninggalkan aku, sesuai perjanjian yang disepakati Mama. Tidak lama lagi. Jadi aku pikir ada atau tidak ucapan perpisahan, tidak akan berpengaruh apa-apa. "Pernikahan di atas kertas kok bisa punya anak?!" Lagi Indri menyindirku, lalu beranjak dan melangkah menuju keluar kamar.Itulah Indri, ia tidak akan mau melupakan kesalahan yang kuperbuat."Mau dibawa kemana selimut dan bantal itu?" tanyaku heran saat ia beranjak dan mulai melangkah ke arah pintu."Aku mau tidur di luar dengan yang lain, kamu tidur di kamar ini sendiri saja," jawabnya dengan ketus.Lalu ia menghilang di balik pintu. Aku mendengkus.Kadang aku berpikir, Indri--istriku itu apa