Share

Eps 3: Bayangan Mantan

Seorang wanita berlari dari pria yang mengejar. Wanita itu terus berlari, walaupun pria itu sudah meneriaki nama.

"Sofia! Kenapa kamu lakukan ini padaku? Kenapa kita harus putus?"

Wanita itu dengan berani membalikkan tubuh. "Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Kita sudah selesai."

"Apa maksud dari selesai ini adalah pria difoto ini?" Pria yang sudah dijadikan mantan pun mengeluarkan foto pria lain. "Apa benar dia tunanganmu?"

Jika aku menjadi wanita itu, aku akan pindah planet. Berani sekali dia menipu pria kaya itu. Kaya iya, tampan iya, gagah iya, romantis juga iya.

"Iya, dia tunanganku. Dan sebentar lagi kita akan menikah," balas wanita itu dengan senyum licik.

Tidak ada yang beres dengan wanita itu. Pasti ada sesuatu yang dia rencanakan.

"Kamu membohongiku? Kenapa? Hanya ingin hartaku?"

"Tentu saja," jawab wanita itu. Kali ini dengan senyum lebar.

Menyebalkan sekali. Lebih baik aku yang menjadi pacar pria itu.

"Kamu itu kaya dan hubungan kita ini tidak ada apa-apanya-"

Ganti acara lain saja, dari pada emosi.

"Zoe, kenapa diganti? Ibu sedang asik menonton drama."

Sejak kapan ibu menonton drama? Biasanya ibu selalu mengomel karena drama, malah aku sekarang yang mengomel.

Sebenarnya, hari ini aku masuk sekolah, tapi pihak sekolah mengijinkanku dan William untuk libur sehari. Mereka bilang, mungkin kami masih ada rasa trauma saat peristiwa kemarin.

"Astaga ... Nikki Jones meninggal?"

Nikki Jones? Oh, pria yang berada diberita itu. Tadi aku sempat ganti acara televisi. Tapi, kenapa ibu terkejut? Ibu kenal pria itu?

"Ibu harus menelpon teman Ibu dulu. Mungkin saja, dia butuh dukungan dari Ibu," ijinnya pergi meninggalkanku ke kamar.

Ibu seperti mengenal pria itu. Aku sangat yakin. Apa ibu berencana untuk menikah lagi? Tapi, ibu tidak pernah cerita.

"Korban ditemukan gantung diri di rumah saat kedua orang tua korban baru saja pulang dari kerja. Masih belum diketahui alasan mengapa pria dari keluarga Jones ini meninggal. Namun, kekasih dari Nikki Jones ini menghilang entah ke mana ... "

Jangan bilang, Nikki meninggal karena hubungannya putus dengan pacarnya. Drama di mana-mana.

Sepertinya, aku terlalu banyak minum air putih. Ingin ke kamar mandi dulu, sudah tidak tahan.

Keanehan pun muncul saat aku sedang mencuci tangan. Lampu yang terang mulai berkedip, hawa yang biasa saja mulai menjadi dingin, bahkan dicermin terlihat seperti ada bayangan hitam di belakang. Aku menepuk kedua pipi berkali-kali. Jangan lagi, kumohon. Carilah anak indigo lain.

"Bantu aku ... "

Aku langsung menoleh ke belakang.

Seorang pria berambut pirang dan bekas luka dileher. Seperti luka bekas gantung diri, tapi rasanya ada yang janggal. Tunggu, sepertinya aku ingat sesuatu. "Apa kamu Nikki Jones?"

"Kamu bisa melihatku?" tanyanya balik.

Aku tidak akan bertanya, jika tidak bisa melihat. Kuputar kedua mata tanpa menjawab pertanyaan.

"Senang rasanya ada yang bisa melihatku. Aku ingin kamu membantu untuk mencari pacar- maksudku mantan pacar. Buat dia menerima konsekuensinya dan kembalikan semua barang-barang yang sudah kuberikan. Dan juga pria itu, tunangannya. Mereka berdua sudah bekerja sama untuk membunuhku."

Oh wow, jadi dia meninggal bukan karena bunuh diri? Entah kenapa, ceritanya hampir sama dengan drama ditelevisi tadi. Aku jadi mulai kesal sendiri.

"Maaf, aku tidak bisa. Minta saja pertolongan pada anak indigo lain. Aku tidak ingin melibatkan diri lagi pada masalah hantu."

Sebenarnya aku juga tidak enak menolak permintaannya, tapi aku lelah menjalani semua ini, walaupun pernah bilang merasa lega telah membantu hantu. Masa iya setiap hari harus membantu mereka? Di setiap kasus yang berbeda?

"Kamu tidak ingin?"

Tiba-tiba suara kunci pintu terdengar jelas. Dia mengunciku di kamar mandi! Lalu kedua tangannya berada dileherku. Dia mencekik leherku dengan sangat kuat.

"Ke-kenapa kamu mencekikku? A-aku tidak me-mengenalimu. Lepas ... "

Suara ketukan ibu membuatku bisa bernapas kembali. "Zoe, masih lama di kamar mandi? Ikut ke rumah teman Ibu, yuk."

"Ya ... Nanti aku menyusul ...," balasku sambil mengatur napas. Nikki sudah tak terlihat, tapi aku melihat pesannya melalui cermin.

"Bantu aku atau kamu akan selalu kukejar."

Padahal, yang memiliki masalah hanya dia dan dua orang itu saja. Kenapa aku jadi dilibatkan? Untung saja leherku tidak lepas.

***

Aku melihat ibu yang sangat serius menyetir sekarang. Sepertinya, Nikki dan teman ibu yang memiliki hubungan, itulah kenapa ibu bilang tadi ingin menelpon teman untuk memberi dukungan.

Sampai di rumah yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, seorang wanita membukakan pintu. Dia dan ibu langsung berpelukan dan mengeluarkan air mata.

"Ghina ...," panggil wanita itu pada ibuku.

"Kuatkan dirimu, Julie. Aku tahu pasti ada alasan kenapa anakmu pergi," balas ibu.

Jadi, Nikki anak dari Nyonya Julie Jones, dan ibu berteman dengan keluarga Jones. Pantas saja ibu sangat terkejut melihat berita tadi.

"Seharusnya, kami menemaninya saat dia kesulitan atau sedih, tapi ... "

Selagi Nyonya Julie berbincang dengan ibu, aku pergi menemui Tuan Jones yang sedang duduk di tepi ranjang kamar Nikki.

Aku bisa merasakan aura sedih dan kesal. Aura Nikki masih terasa. Harusnya aku pakai jaket dulu. Hawa dingin mulai muncul kembali, tapi aku tidak melihat Nikki di sini.

Walaupun aku tidak kenal dengan ayahnya Nikki, tapi aku tahu bagaimana kesedihannya. Jadi, aku duduk di sebelah untuk memberi dukungan.

"Dia anak yang baik dan selalu membuat kami senang ... "

"Ayah ... " Nikki berdiri di depan ayahnya tanpa kusadari.

Sudah pasti Tuan Jones tidak akan bisa melihatnya, apa lagi mendengar.

"Maaf, jika aku mengecewakan Ayah dan Ibu. Aku seperti ini bukan karena keinginanku. Seseorang melakukan ini. Tolong sampaikan padanya," pintanya menatapku.

Sepertinya, dia sudah lupa apa yang terjadi di kamar mandi tadi. Baiklah, karena aku anak baik, akan kulakukan. Aku akan menolongmu.

"Jika Nikki berada di sini, anda ingin mengatakan apa?" tanyaku basa basi.

"Ayah minta maaf sebesar-besarnya, jika Ayah masih belum bisa membuatmu senang. Kamu sudah dewasa dan Ayah sangat senang dengan pilihanmu. Ayah sudah mengecewakanmu."

Anaknya bilang sudah mengecewakan kedua orang tua, sedangkan Ayahnya juga bilang mengecewakan anaknya.

"Jika Nikki bilang padamu ... bahwa dia dibunuh?"

Tuan Jones menatapku terkejut, seakan tidak percaya. Sudah pasti. Aku sudah menyiapkan bokongku untuk kau tendang, Tuan Jones.

"Apa benar itu yang Nikki katakan? Kamu bertemu dengannya? Kapan? Apa kalian saling kenal?"

"Tidak, Tuan Jones. Aku tidak kenal sama sekali dengan anak anda, walaupun ibu saya berteman dengan istri anda, tapi ... "

"Tapi apa?"

"Aku memang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa orang lihat."

"Kalau begitu, di mana Nikki sekarang?" tanyanya sambil memegang kedua lenganku dengan erat.

"Dia sudah menghilang sekarang, tapi sempat berdiri di depanmu." Kenapa Nikki pakai acara menghilang segala?

"Baiklah, dengarkan aku. Ini rahasia antara kita berdua. Kamu bilang bahwa Nikki dibunuh, berarti kita harus bekerja sama."

Apa lagi ini? Kemarin dengan William, sekarang dengan ayahnya Nikki. Apa tidak ada yang lain?

"Kerja sama bagaimana maksud anda?"

"Jika kamu mendapat bukti, aku akan bilang pada polisi tentang Nikki, bahwa gantung diri itu tidaklah benar."

Apa ini bisa dikatakan kerja sama? Mencari bukti kenapa hanya aku saja, ya?

"Baiklah. Akan saya usahakan." Karena aku bisa melihat hantu, dan informasi yang mudah didapatkan juga dari hantu. Pintar sekali aku, tidak maksudku Tuan Jones yang pintar.

"Kalau begitu aku butuh informasi dari anda juga. Aku lihat diberita, kalau mantan pacar Nikki menghilang."

"Mantan? Jadi, dia sudah putus dari Anette? Apa kamu tahu kenapa mereka putus?"

Perlukah aku jawab? Sepertinya tidak sekarang. Sekarang bukanlah waktunya. Yang kubutuhkan bukti terlebih dahulu. Jika bukti yang kudapatkan cocok, maka aku akan memberi tahu. Serasa bekerja untuk bos. Dikasih upah tidak ya, hehe.

***

"Adikku sampai bertanya terus-menerus tentangmu, dan juga si Darwin itu sampai membuatku kesal. Dia tertarik denganmu. Katanya, lihat hantu itu keren ya, kak? Pfftt... Padahal kukejuti dia dengan topeng hantu langsung menangis."

Malam hari mendengar cerita William lewat panggilan video, rasanya membosankan. Jadi, kubuat kedua tangan ini bergerak untuk menggambar sesuatu.

"Kamu dengar ceritaku, tidak?"

"Hm? Dengar. Telingaku masih ada ditempat," jawabku masih asik menggambar.

"Kamu gambar apa?" tanyanya penasaran.

"Lanjutkan saja ceritamu. Ceritamu lebih menarik daripada pertanyaanmu." Pft ... Padahal aku berbohong.

"Apa hari ini ada pesanan lagi?"

Aku menaikkan salah satu alis. Memangnya aku penjual?

"Permintaan pertolongan dari hantu maksudku."

"Ya ... ada, tapi tidak terlalu berat."

"Ceritakan."

"Sejak kapan kamu mulai tertarik dengan dunia hantu? Sejak kamu bilang 'itu bukan urusanku'?" Aku melihat ada yang aneh padanya. Biasanya, dia selalu mengejek atau tidak percaya, tapi dari gelagatnya, dia sudah tidak menunjukkan hal tidak percaya. Apa dia membantuku hanya karena kasihan?

"Aku tidak tahu. Mungkin aku terkena karma," jawabnya malu sambil terkekeh.

Aku tersenyum miring mendengar jawabannya. Jika dia bisa begitu, apa semua murid di kelas akan terkena karma juga? Atau William ikut diejek? Entahlah.

Semua yang kualami, kuceritakan padanya secara lengkap. Senang rasanya ada pendengar lain selain orang tua.

"Kurang ajar sekali hantu itu. Minta tolong saja sampai mencekikmu. Tidak punya sopan santun."

William marah karena Nikki mencekikku, itu terdengar sangat menggelikan. Dan dia membicarakan sopan santun, padahal ... ah, sudahlah.

"Lalu ayahnya Nikki memintamu kerja sama, padahal tugasnya hanya memberikan bukti pada polisi. Itu tidak bisa dikatakan kerja sama. Kecuali, kamu dan pak tua itu pergi bersama untuk mencari, lalu sang istri mengira kalian menjalin hubungan."

"Itu tidak lucu, Will," balasku tanpa tertawa. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirnya.

"Maaf."

Hasil gambarku sudah jadi dan kutunjukkan pada William yang sedang memakan cemilan.

"Lihat, entah kenapa aku bisa menggambar seorang perempuan. Padahal aku tidak ada niatan untuk menggambar manusia." Memang, tadinya ingin menggambar sawah dengan dua bukit tinggi dan burung beterbangan.

"Perempuan yang cantik," pujinya pada perempuan di kertas yang kugambar.

Aku menghela napas sambil berkata. "Kupikir kamu akan bilang gambar yang bagus."

"Kamu bicara sesuatu?"

"Tidak."

"Di bawah kamu menulis dua huruf. Mungkin itu inisial nama perempuan itu."

Benar juga. Aku tidak sadar, jika ada huruf A dan M.

"Apa kamu sudah lihat bagaimana wajah mantan pacar Nikki? Siapa namanya?"

"Namanya Anette, tapi aku belum lihat wajahnya. Tuan Jones tidak memberiku foto Anette."

"Maaf Zoe, aku dipanggil ibuku." William mematikan panggilan.

Setelah dipikir-pikir, di kamar Nikki juga tidak ada foto Anette saat itu. Sepertinya, masalah ini sudah ada sejak sebelum Nikki mengakhiri hidup. Masalah ini janggal.

Mari kita lebarkan teori ini. Diberita tadi pagi, mantan pacar Nikki menghilang. Lalu, Nikki menginginkan Anette dan tunangan Anette untuk dibawa ke keluarganya, dan juga dia bilang bahwa dia dibunuh. Tapi, yang terlihat adalah dia gantung diri. Ini sudah direncanai oleh Anette dan tunangannya.

Aku bukannya menuduh Anette dan tunangannya, tapi pikiranku ke arah sana. Apa lagi permintaan Nikki sudah terdengar jelas bahwa dia menginginkan Anette dan tunangannya.

Mau apa pun alasannya, aku tetap harus mencari bukti dulu. Bagaimana caranya? Besok aku juga sudah mulai sekolah. Mudahkan jalanku, kumohon.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
RieeHime
ceritanya bgs bgt...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status