***
Seperti biasa malam ini semua berkumpul di meja makan. Semua hidangan sudah di sediakan oleh Si Mbok dan Dara.
"Dara dan Si mbok, ayo gabung makan di sini," ajak Papi dengan begitu ramah.
"Terima kasih, Tuan. Tapi Si Mbok makan di dapur aja," tolak Si Mbok, sambil bergegas ke dapur.
"Hmmm ... ya sudah, kamu saja yang ikut makan di sini Dara," Papi kembali mengajak Dara.
"Saya bareng Ibu saja di dapur Tuan." Dara juga bergegas masuk ke dapur.
"Yaah ... pada gak mau gabung," keluh Papi.
"Mungkin mereka sungkan. Makanya kalian tuh biasakan beramah-ramah dengan mereka. Jadi mereka pun tidak akan menolak untuk ikut bergabung," ucap Oma mencoba menasehati kami semua.
"Ya, ngapain juga toh Bu beramah-ramah dengan pembantu. Nanti yang ada mereka malah besar kepala," sahut Mami dengan nada sinisnya.
"Tuh rudy, dengar kan ucapan istri kamu? Besok tugasmu merubah perangainya," ucap Oma kembali menyindir Mami.
"Kala
*** Sepulang dari kantor, aku langsung menuju apartemenku. Niatnya aku ingin bersenang-senang di ranjang panas milikku! Aku pun telah tiba di sebuah apartemen mewahku ini. Aku langsung merebahkan tubuhku. Ku coba mencari kontak Doni diponselku, dan segera menghubunginya.! "Hallo, Don. Seperti biasa. Saya tunggu di apartemen," ucapku. "Beres, Tuan muda." Sahut Doni, dan aku segera memutuskan sambungannya. Tak lama menunggu, Doni datang dengan seorang gadis cantik. Seperti biasa aku mengirim bayarannya, dan Doni segera berlalu. "Hey, Tuan muda! Anda sungguh menggoda," ucap wanita itu. "Tentu saja...." Sahutku. Aku yang sedari kemarin ingin menyalurkan birahiku, kini sudah dapat mangsa di depan mata. Seorang gadis yang terlihat masih sangat muda itu tersenyum manis menggodaku.! Tentu saja aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Aku langsung menerkam gadis itu dengan buas. Terlihat gadis can
***Pagi ini aku kembali bersiap-siap untuk ke kantor!Dara terlihat sedang mondar-mandir membawakan sarapan ke meja makan. Aku menyaksikan langkah gadis kampung itu, dari atas tangga. Aku turun perlahan ke bawah. Hingga tiba-tiba ... Mami menabrak tubuh Dara, dan minuman yang tengah Dara bawa tumpah seketika."Kamu tuh gak punya mata ya?" teriak Mami pada Dara."Ma'af, Nyonya. Tapi tadi, Nyonya yang menabrak saya dari samping," ucap Dara jujur."Oh ... Jadi kamu nyalahin saya? Lancang kamu ya. Mau saya usir kamu dari sini? ancam Mami, sambil melotot."Ini ada apa sih, Mi?" Papi menghampiri Mami, karna mendengar Mami marah sambil berteriak."Lihat ni, Pi. Baju Mami kotor begini," keluh Mami, sambil menunjukkan bajunya."Lho ... Kok bisa?" Papi terlihat heran."Ya gara-gara Si Dara ini." Mami menunjuk ke arah Dara."Ma'af, Nyonya. Biar saya bersihkan." Dara terlihat mencoba mengelap baju Mami."Gak per
***Ketika aku sudah sampai di rumah, aku langsung menghubungi Grecia...!"Hallo, Grecia. Mulai besok, kamu sudah bisa bergabung di perusaha'an saya," ucapku."Baik, pak. Terima kasih banyak!" sahutnya terdengar senang.Setelah selesai bicara dengan Grecia lewat telfon, aku menuju teras lantai dua dekat kamarku. Aku memang suka bersantai di sana. Menikmati secangkir kopi, atau sekedar melamun saja. Sore ini angin bertiup dengan begitu kencang. Seperti akan turun badai. Aku menyaksikan pemandangan dari atas sini. Terlihat kota ramai kendara'an lalu lalang. Sungguh pemandangan yang membosankan bagiku. Lalu terlihat Mami sedang bicara dengan seseorang di seberang jalan...!"Siapa yang di temui Mami di sana?" gumamku pada diri sendiri.Terlihat, Mami menemui seorang laki-laki berbadan tegap. Entah apa yang di bicarakan Mami. Namun, terlihat cukup serius. Seketika laki-laki itu sudah pergi menggunakan mobil berwarna hitam miliknya.Aku yan
***Pagi ini aku kembali bersiap ke kantor. Ku hubungi Grecia agar segera datang ke rumahku terlebih dahulu.!!"Hallo, Grecia. Kamu sudah siap? Saya tidak suka ada keterlambatan, walau hanya satu menit," tanyaku tegas."Sudah, Pak. Saya akan berangkat lebih awal," sahutnya santai."Sebelum ke kantor, kamu mampir ke rumah saya terlebih dahulu. Ada yang mau saya bicarakan," ucapku."Baik, Pak. Saya segera ke sana, kirimkan saja lokasinya," sahutnya lagi.Aku pun mengirimkan alamat rumahku. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Grecia sampai..! Seperti biasa, Dara membukakan pintu."Permisi ... Saya ingin bertemu dengan Pak Riko," ucap Grecia saat Dara membukakan pintu."Oh, silahkan. Tuan muda sedang sarapan," sahut Dara tersenyum.Kemudian Grecia masuk dan menghampiriku."Cia ...." teriak Mami terkejut"Eh, Tante ...." sahut Grecia yang tak kalah terkejutnya."Kalian saling kenal?" t
***Aku masuk ke kamar dan mengambil diary yang diberi Oma. Aku menulis dengan begitu semangatnya, ku luahkan semua kekesalanku hari ini.Aku bahkan tidak tertarik sama sekali pada Grecia. Bagaimana mungkin aku bisa menerima perjodohan konyol ini.Tok-tok-tok ....Terdengar ketukan dari pintu kamarku! Aku pun membukanya dengan langkah yang malas."Tuan, dipanggil Nyonya besar untuk segera makan malam," ucap Dara dengan lembut.Seketika aku punya ide cemerlang untuk menggagalkan rencana perjodohan antara aku dan Grecia...!"Tuan ...." Panggil Dara sambil melambaikan tangannya ke depan wajahku. Aku pun segera sadar dari lamunanku itu."Oh, iya ... Kamu kemarilah!" Aku menarik Dara masuk ke dalam kamarku, dan aku mengunci pintu kamar, agar tidak ada yang mengetahui ini."Jangan macam-macam, Tuan." Ucap Dara yang menepis kasar tanganku."Diamlah! Saya hanya butuh bantuanmu," ujarku de
***Aku melangkah meninggalkan Mami dan Papi. Ku gandeng tangan Dara tepat dihadapan mereka. Mami terlihat begitu syok dan nyaris pingsan! Bukannya sedih, aku malah merasa lucu dengan reaksi Mami itu."Tuan muda! Saya takut, jika nanti Nyonya besar benar-benar mengusir saya dan Ibu," ucap Dara."Tenang saja. Saya jamin, Mami tidak akan melakukan itu," sahutku santai."Tapi, Tuan muda ....""Kamu terlalu banyak tapinya. Saya sudah bilang, jangan khawatir! Ah sudahlah. Saya ada urusan di luar." Aku berlalu meninggalkan Dara.Hari ini aku akan menemui Bram di Apartemennya! Sekalian berbagi kesialan yang kini sedang menimpa hidupku."Pak Tarjo. Antar saya ke apartemen Bram yang berada di jl. Kenanga itu," perintahku pada sopir andalan."Siap, Tuan muda!" jawabnya sigap.Pak Tarjo melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Karna Apartemen Bram tidak terlalu jauh dari rumahku, kini aku sudah tiba di depan apartemen mewah t
***Pagi ini aku berangkat ke kantor lebih awal. Aku sengaja menghindari perdebatan dengan Mami. Sampai di kantor ku lihat Grecia menatap sinis ke arahku. Namun, seketika ia mulai tersenyum."Tuan muda. Saya sudah siapkan semua berkas yang Tuan muda butuhkan," ucapnya sambil menyerahkan beberapa dokumen."Bagus!" pujiku singkat."Saya juga mau minta maaf tentang kejadian kemarin," ucapnya lagi dengan memasang wajah sedih."Saya tidak suka membahas hal pribadi di kantor," sahutku menatapnya serius.Grecia terlihat menahan rasa kesal namun, tidak berani melawan. Aku sangat suka membuatnya kepanasan.Hari ini aku akan bertemu dengan kalien penting dari Amerika untuk membicaran kontrak kerja sama.Grecia yang mengatur jadwal pertemuanku dan Mr. Jone!***POV Mery (Mami Riko): Aku harus menemui Mas Brito. Aku tidak ingin Mas Brito murka dan membocorkan rahasia yang telah 30 tahun aku sembunyikan itu
***Aku melangkah keluar untuk segera makan malam. Sedari pulang kantor tadi aku tidak melihat keberada'an Dara. Mungkin dia terlalu sibuk mengurus pekerja'an rumah.Langkahku sudah semakin dekat menuju meja makan. Terlihat ada Mami dan Papi yang sudah duduk di sana. Aku pun segera menghampiri mereka."Hay, Mi!" sapaku basa-basi."Hmmm ..." Mami hanya berdehem pelan."Riko berhasil mendapatkan kontrak kerja sama dengan Mr. Jone, Mi!" ucap Papi dengan bangga."Oh, baguslah!" sahut Mami terlihat jutek.Aku tau kenapa Mami bersikap demikian. Pasti Mami masih marah karna aku sudah mempermalukannya di depan sahabat kebangga'an Mami itu.Aku pun tidak bersuara lagi, hingga makan malamku selesai.Aku ingin menginap di apartemen malam ini. Sudah berapa hari, aku tidak pernah lagi menginjakkan kaki ke sana."Pak Tarjo! Antarkan saya ke apartemen," perintahku seperti biasa."Siap, Tuan muda." Pak Tarjo dengan s