“Sepertinya kamu benar jatuh cinta dengan Pak Arka.” Ucap Felice.
“Hah? Haha! Astaga! Haha, tidak. Eh maksudku belum.” Ucap Arina saat mengelak.
“Jadi, dia mengajakmu berkencan malam ini?” Sahut Felice.
“Hm ya! Gayanya berubah total. Melihat dia berusaha keras padahal perpisahan sudah ditentukan membuatku teringat pada diriku sendiri.” Ucap Direktur Arina sambil merapikan riasannya.
“Kamu harus serius memacarinya. Dia pria yang hebat.” Balas Felice.
“Aku selalu menyukai seseorang dan ditolak. Jika aku mengambil langkah pertama dan ditolak, aku tidak menyesal karena setidaknya bisa berkencan beberapa kali. Tapi jika aku dicampakkan oleh seseorang yang menyukaiku, aku akan sangat terluka. Jadi, aku lebih suka hubungan kami murni bisnis. Kamu tidak boleh lari. Yang sangat menyakitkan bukanlah cinta yang hancur, tapi orang yang kamu cintai berpaling darimu. Itu saranku berdasarkan pengal
“Lalu bagaimana denganku?” Teriak Sunny dengan diiringi isak tangis dan derai air mata agar bisa menghentikan langkah kaki Liam.Liam langsung berbalik ke arah meja Sunny dan berlari menghampirinya. “Sttt! Kita di dekat rumahku. Jaga sikap kamu.” Ucap Liam.Sunny terus menangis tanpa peduli apapun. “Huhu Pak Arka menugaskan aku menangani La Fayare. Aku tidak bisa melakukannya sendirian. Aku masih membutuhkanmu. Kamu tahu aku masih pemula dalam bahasa Prancis. Pak Arka menugaskan ku, tapi bagaimana jika hasil kerjaku buruk? Aku harus bagaimana? Aku hanya pegawai kontrak. Huhu… uuu huuu..” Ucap Sunny“Itukah alasanmu ingin bertemu denganku?” Tanya Liam yang akhirnya paham alasan kenapa Sunny terus mendekatinya setelah Ia campakkan begitu saja.“Aku masih membutuhkanmu. Pak Liam! Aku takut mengacaukan semuanya. Aku membutuhkanmu.” Ucap Sunny.***“Aku bilang kemasi barang-barangmu untuk dibawa ke rumah sakit. Kenapa malah membentak Sera?” Ucap Felice sambil menyilangkan tangannya di depan
Setelah pintu lift terbuka Felice bergegas mengecek siapa yang mencoba masuk ke rumahnya.“Mama? Ternyata itu mama?” Ucap Felice saat melihat Mama Yuri sedang berjongkok di depan rumahnya karena tidak tahu password rumah Felice.“Buka pintunya.” Ucap Mama Yuri.“Kenapa tidak menelepon?” Ucap Felice sambil membuka pintunya.Setelah masuk ke rumah Felice menyiapkan makanan untuk Mama Yuri. Mereka juga minum bersama malam ini untuk menghangatkan tubuhnya.“Kenapa Mama datang malam-malam begini tanpa menelepon aku dahulu?” Ucap Felice.“Aku ingin minum denganmu dan bermalam disini.” Balas Mama Yuri.“Bagaimana dengan Papa?” Tanya Felice.“Dia bukan anak kecil. Dia tidak takut pencuri atau hantu.” Balas Mama Yuri sambil menuangkan minuman untuk Felice.Felice meminumnya sambil melirik Mama Yuri yang terus minum dengan cukup cepat. “Ternyata Mama kuat juga minumnya.” Ucap Felice.“Mama biasa meminumnya dari botol langsung. Selama ini Mama hanya berpura-pura sopan karena Papahmu.” Ucap Mama Y
Hari ini di kantor Felice disibukkan dengan pemilihan kain dengan perusahaan partner kain mereka. Felice meeting dengan Kathy dan Pak Budi di ruang meeting The Premiére.“Kami juga ingin memakai poliester atau suede buatan Indonesia. Tapi seringkali, kami tidak bisa karena kualitasnya.” Ucap Kathy.“Perusahaan mode lokal membawa sampel kain impor dan kami membuatkan yang sama persis dengan itu. Bukan hanya itu saja. Jangan menyebutkan kualitas saat kamu membayar sepertiga dan memberi kami waktu yang mepet.” Ucap Pak Budi.“Benar bisa buat tekstur baru atau motif baru?” Tanya Felice.“Ya! Kami punya teknologi terbaik. Ada banyak perusahaan di Bogor.” Ucap Pak Budi “Banyak yang tutup juga.” Ucap Kathy.“Tujuh puluh persen brand lokal menggunakan kain impor. Tidak ada ruang bagi pembuat kain lokal untuk berkembang.” Ucap Pak BudiFelice melihat jam di tangan kanannya. Waktu istirahatnya hampir tiba namun mereka masih berdebat saja. Tanpa memikirkan solusi.Kemudian Vareena datang membaw
Sesuai dengan janji Felice pada Keena, bahwa Felice akan mengajaknya untuk melakukan foto di tempat yang Felice pilih. Sebelum foto, Felice dan Arina mengajak Keena untuk pergi ke salon yang sudah Arina siapkan. “Aku kira aku harus memesan tempat. Terima kasih sudah membantu.” Ucap Felice pada Arina.“Jangan dulu berterima kasih. Kamu cenderung meremehkan ku.” Ucap Arina.“Ada lagi?” Sahut Felice.“Begitu dia selesai dirias, beberapa pakaian sampel yang mewah dari koleksi musim semi 2025 akan segera tiba.” Ucap Arina.“Ohh begitu!” Sahut Felice.“Aku cukup cekatan jika bukan soal pekerjaan. Aku berhasil merekrut beauty content creator pertama dan pelopor yang membuat K-Beauty populer. Nah itu, dia sudah datang.” Ucap Arina.“Hallo, Non Arina.” Ucap Ponny.“Hallo.” Ucap Felice. “Hallo!” Ucap Arina.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Ponny.“Ya benar! Kita udah lama ga ketemu.” Ucap Arina sambil cipika cipiki.“Tolong urus temanku dengan baik.” Pinta Arina.“Halo. Ini pasti har
“Keena sangat bahagia. Dia ingin menjadi model sejak masih di sekolah, tapi dia berhenti setelah menikah. Dia tidak akan berhenti mengirim pesan bahwa dia menjadi model untuk Mr. X di usianya.” Ucap Felice sambil membantu Xavier membereskan studio foto.“Kamu memberitahu Keena bahwa aku tidak memotret sembarang orang?” Tanya Xavier.“Kebanyakan orang akan memilih untuk rendah hati saat baru membuka usaha.” Sahut Felice.“Hei! Aku Mr. X! Kamu lupa? Lagipula jika aku terampil dan rendah hati, itu sama sekali tidak menarik, bukan?” Ucap Xavier.Felice menyunggingkan bibirnya, “Aishh.. Haha ahaha…”“Hahaha.”Di saat mereka sedang berbahagia dengan semua yang mereka lalui hari ini. Mama Yuri datang dengan menggunakan taxi. Saat turun dari taxi, Yuri melihat Felice dan Xavier yang sedang tertawa bahagia dari balik jendela.“Apa itu yang terakhir?” Tanya Felice.“Ya, ini yang terakhir.” Balas Xavier sambil membereskan lampu-lampu.“Itu pasti sangat berat kan? Wajahmu mulai memerah. Hehe apa m
Matahari sudah terbit dan menyinari bumi. Namun, Felice dan Xavier masih belum tidur juga. Felice terus terpaku pada layar ponselnya. Felice ragu untuk menghubungi kekasihnya itu.Begitupun dengan Xavier, semalaman dia menatap layar ponselnya sambil mempertimbangkan untuk menghubungi Felice atau tidak. Xavier mempertimbangkan sambil terus teringat perkataan dari Mama Yuri saat menemuinya kemarin malam.Flashback On“Apa aku salah? Ayahmu memiliki kamu bersama wanita lain.” Ucap Yuri.“Ya. Itu benar.” Balas Xavier.“Beraninya kamu berpikir bahwa kamu pantas mendapatkan putriku?!” Sahut Yuri.“Maafkan aku. Aku ingin minta maaf atas perilaku ibuku.” Ucap Felice.Flashback OffKeraguan mereka hanya membuat keduanya saling menunggu ketidakpastian dan gagal menemukan solusi yang tepat.***“Pabrik sudah setuju untuk menerima tawaran Nona Felice mengenai pembayaran di awal untuk pengembangan kain.” Ucap Kathy.“Apa aku tidak salah dengar?” Ucap Manajer Alano.“Kita tidak bisa meminta mereka m
Felice terus menunggu sampai klien Xavier pergi. Xavier sangat memperlakukan kliennya dengan baik dan ramah. Ia mengantar mereka sampai keluar studio.“Terima kasih sudah datang. Sampai jumpa lagi.” Ucap Xavier.“Ya. Terima kasih kembali!”“Datang lagi yah?!” Ucap Xavier.“Ya!”Setelah mereka pergi Xavier melihat Felice yang berdiam diri di seberang jalan. Dengan senyuman yang bahagia, Xavier segera memanggilnya.“Hei, Nona Felice. Kamu datang?” Ucap Xavier.Felice tersenyum terpaksa lalu berjalan menghampiri Xavier. Kemudian Xavier segera mengajaknya masuk ke dalam studio.Xavier segera menyiapkan meja dan kursi untuk Felice duduk.Felice melangkahkan kakinya dengan lesu dan tidak bersemangat.“Apa kamu sudah menunggu lama?” Tanya Xavier.“Kurasa pelanggan pertamaku kemarin memberiku keberuntungan. Berkat itu, aku kedatangan banyak pelanggan hari ini. Beberapa orang bahkan datang untuk mengambil foto keluarga.” Ucap Xavier.“Xavier. Kenapa kamu terlihat baik-baik saja?” Tanya Felice.
Pagi ini The Premiére kedatangan tim evaluasi yang akan memeriksa beberapa brand yang berada dalam naungan The Premiére. Hal ini membuat seisi perusahaan menjadi riuh dengan banyaknya spekulasi yang mereka ciptakan sendiri.“Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba terjadi seperti ini.”“Pak Arya dari departemen operasi bilang evaluasi tuntas datang.”“Hah? Kenapa?”“Apa perusahaan ini akan dibeli?”Brand yang menjadi pusat perhatian tim evaluasi adalah bran Lauré dan Viance.“Di sini?” Ucap Luna.“Begitu rupanya.”“Bagaimana dengan grafiknya?”“Ini akan aku tunjukkan.” Balas Vareena.“Seberapa besar persiapan untuk bazar di La Fayare?”“Kami sedang dalam proses mengkonfirmasi desainnya. Semua akan diselesaikan dalam beberapa hari ke depan.” Balas Felice.“Banyak toko perusahaan yang kamu kelola mengalami kerugian. Boleh minta daftar brand dan daftar toko yang kamu kelola dan pedagang pengecer yang berwenang?”Tim operasional menganggukkan kepala tanda menyetujui permintaan tim evaluasi. Felice h
Pagi ini, Felice memulai harinya dengan mengecek semua hasil desainnya kemarin. Felice melihatnya satu persatu. Desainnya cukup unik tapi Felice merasa bingung bagaimana cara merealisasikan gambar ini di saat tidak ada orang yang mempercayainya.“Kamu membuat semua desain ini? Dalam sebulan?” Ujar Xavier.“Ya.” Balas Felice sembari tersenyum.Felice melirik ke sebelah kanannya sambil tersenyum senang. Felice merasakan Xavier membuka sketsa desainnya lembar demi lembar.“Wah!” Puji Xavier.“Bagaimana bisa kamu menyimpan semua ini?” Tanya Xavier sembari terus membuka lembaran pada buku itu.“Aku tidak tahu apakah aku sangat berbakat atau sedang penuh inspirasi. Aku merasa seperti Mozart.” Ujar Felice.“Apa kamu juga genius? Hehe!” Puji Xavier.“Hehe..” Felice tersenyum bahagia sambil merasakan Xavier membuka buk
“Tidak apa-apa. Ya, sampai jumpa.” Ujar Felice yang masih berusaha menghubungi rekan kerja lamanya.“Huftt!” Gumam Felice setelah mematikan teleponnya.“Tidak apa-apa. Aku bisa mencoba lagi.” Ucap Felice.Felice melakukan peregangan agar leher, bahu, punggung dan tangannya tidak kaku. Lalu Felice melihat dirinya di dalam cermin.“Apa aku tidak cukup merawat diriku?” Ujar Felice saat merasa wajahnya terlihat kusam dan ada beberapa kerutan di wajah yang cukup menganggu penampilannya.Felice mengambil minuman collagen dan vitamin booster. Lalu menyeduhnya dalam gelas. Kemudian dia minum sampai habis. Lalu kembali pada pekerjaannya.Ting nong [Suara bel]“Siapa itu?” Ujar Felice.Felice membukakan pintu untuk tamunya. Lalu kembali ke meja makan yang sedang Felice gunakan untuk bekerja.Berkas-berkas yang ada di atas meja itu mereka rapikan dan disis
Kegiatan Felice saat ini adalah disibukkan dengan kartu-kartu nama dan daftar list yang harus Felice hubungi untuk keperluan labelnya sendiri.“Halo, Pak Akbar, apa kabar? Aku akan meluncurkan labelku sendiri.”“Hai, ini Felice Chiara Farfalla. Ini tentang lini mini yang ku sebutkan sebelumnya.”“Kamu tidak sanggup lagi? Oh baiklah.”“Ah sayang sekali.” Ucap Felice saat mencoret beberapa daftar nama dalam listnya.***Drtt drttt [Suara telepon Manajer Umum Alano]Manajer Alano mengangkat telepon itu, “Halo.”“Halo, Pak Al. Ini Pak Belva.”“Ya, ada apa?” Ujar Manajer Alano.“Saya ingin tanya. Apa benar Nona Felice meluncurkan brandnya sendiri?” Ujar Budi.“Apa kamu memutuskan untuk bekerj
“Apa katamu?” Ujar Mama Yuri.“Aku berhenti bekerja.” Ujar Felice.“Kapan?” Tanya Mama Yuri.“Ini hari terakhirku.” Ujar Felice.“Kenapa kamu berhenti?” Tanya Mama Yuri.“Alasan yang sama dengan Mama.” Balas Felice.“Apa?”“Jika aku melihat kembali hidupku, itu tidak terlalu buruk. Ada saat-saat bahagia dan berharga, tapi aku ingin mulai melakukan apa yang selalu ingin kulakukan, tapi terlalu takut untuk mencobanya.” Ujar Felice“Maaf, aku tidak punya lagi posisi penting di perusahaan besar.” Ujar Felice sembari tersenyum.“Jangan konyol. Mama tidak pernah meminta hal seperti itu.” Ucap Mama Yuri.Mama Yuri mendekat pada Felice, memegang tangannya, “Kamu sudah bekerja dengan baik. Bekerja sangat keras selagi melakukan tugasmu sebagai anak kami. Kamu putri terbaik yang bisa diharapkan siapa pun.”“Mah! Masalahnya, aku tidak punya apa-apa sekarang. Belum ada yang diputuskan.” Ujar Felice.“Lalu apa yang akan kamu lakukan? Kenapa kamu jadi ceroboh begini?” Ujar Mama Yuri.“Benar, bukan Ma
Felice terus melihat ke arah karyawan Lauré sampai tidak sadar bahwa Manajer Ellie menghampiri dirinya.“Aku akui kamu memang hebat dan berani. Aku tidak percaya kamu meninggalkan Lauré.” Ujar Manajer Ellie.Felice membalikkan badannya untuk menoleh ke arah sumber suara.“Kamu dan aku sangat berbeda, Nona Felice.” Ujar Manajer Ellie.“Tapi kita berdua sama-sama ingin bekerja dengan baik dan ingin membuat pakaian bagus. Itu kesamaan kita.” Ujar Felice.“Aku akan terus cemburu dan iri kepadamu. Jadi, aku akan mengawasi apa yang kamu lakukan.” Ujar Manajer Ellie sembari tersenyum pada Felice.“Terima kasih. Akan aku anggap itu sebagai kata-kata penyemangat.” Balas Felice sembari tersenyum lalu pergi dari dapur.Manajer Ellie, terus memandangi Felice sambil tersenyum sampai Felice menghilang dari pandangannya. Baru kali ini, Manajer Ellie melihat Felice dengan peras
Jangan buat Fashion menguasaimuTapi tentuka n siapa dirimu.-From Gianni VersacePagi ini dimulai dengan bersiap memilih pakaian mana yang akan Felice pakai untuk pergi ke kantor The Premiére yang terakhir kalinya sebagai karyawan. Felice mencoba beberapa pakaian terbaiknya. Hingga akhirnya, pilihannya jatuh pada setelah dengan blazer dan celana berwarna putih yang ditambah dengan aksesoris bros berbentuk daun semanggi di bagian dada kiri.Felice mengambil tas dari brand Luxury Chanelle berwarna pink. Kemudian Felice siap untuk pergi ngantor untuk yang terakhir kalinya.Sesampainya di kantor, ruangan Lauré langsung di kerumuni oleh mereka-mereka yang tidak rela Felice pergi. Bukan hanya karyawan Lauré dan Vareena yang mantan karyawan Lauré dan Direktur Arina saja yang tidak terima. Namun, Manajer Alano yang biasanya adu argumen dengan Felice , juga tidak rela Felice pergi dari The Premiére.Direktur
“Felice! Maaf aku terus meminta bantuanmu. Aku ada rapat penting pagi ini.” Ucap Liam.“Pergilah. Ini janjiku pada Keena. Akan kupastikan Sera tiba di TK dengan selamat.” Ucap Felice.“Terima kasih!” Balas Liam.“Sera, jangan lupa memberitahu gurumu…” Ucap Liam.“Aku alergi telur. Aku tidak bisa makan telur goreng. Tolong jangan masukan telur di gimbap. Apa ada hal lain yang bisa kumakan selain kue bolu?” Ucap Sera.“Okay!” Ucap Liam.“Okay!” Ucap Sera.“Sampai nanti!” Ucap Liam sambil mencubit pipi sera dengan gemas.“Felice, terima kasih.” Ucap Liam.“Ya!” Ucap Felice.Liam segera pergi ke kantor melewati jalan yang berbeda dengan Felice dan Seraphina.“Ayo, Sera!” Ucap Felice sambil menggandeng tangan Seraphina.“Ayo tante!” Balas Sera.“Ahh!!! Cuacanya bagus hari ini. bukankah begitu, sera?” Ucap Felice.Felice dan Sera terus bergandeng tangan seperti Ibu dan anak bahkan saat sudah hampir dekat dengan sekolah mereka terus bergandeng tangan.“Sera, pita mu cantik sekali.” Ucap Feli
Kesedihan yang kamu rasakan hanya sementara.Kesepian yang kamu rasakan tidak akan bertahan lama.Jangan terlalu emosional.-Haii’FerCklek [Suara pintu]Felice masuk ke dalam rumahnya yang masih gelap itu. Felice menghidupkan lampu di ruang tengah. Lalu hendak pergi ke kamar. Namun, saat akan melangkahkan kakinya, Felice terdiam saat melihat foto jalanan.Felice berbalik menghadap foto itu. Memandangi foto itu untuk beberapa saat. Kemudian Felice mengambil tiket pesawat pemberian Xavier dari dalam tasnya. Kemudian Felice menyelipkan tiket itu di sudut kanan bawah foto jalanan hasil karya Xavier untuk mengenang semua hal yang sudah dilakukan bersama Xavier.Felice tersenyum memandangi foto dan tiket yang penuh kenangan indah itu.“Jangan terlalu emosional. Aku hanya berharap kamu akan mengingatku dari waktu ke waktu. Lalu teruslah melanjutkan hidupmu.” Suara hati Felice.***Malam ini, Liam tidak bisa memejamkan matanya meskipun Keena sudah tertidur di pelukan Liam. Liam takut saat dia
Keena terus memandangi jarum jam yang sudah tidak berdentang lagi. Waktunya sudah berakhir.Cklek [Suara pintu terbuka]Dengan cepat Keena menyembunyikan jam yang sudah mati itu dan menutupi kesedihannya dengan senyuman.“Mama!” Panggil Sera yang baru saja pulang sekolah. “Hai, Sera sayang!” Ucap Keena sambil memeluk Sera yang langsung berlari ke arahnya.“Kamu bersenang-senang hari ini?” Tanya Keena.Liam melihat kondisi Keena sebentar lalu pergi menyimpan tas sekolah Seraphina.“Mama, aku pergi ke kamar mandi sendirian hari ini.” Ucap Sera.“Bagus dong. Anak Mama sudah bisa mandiri.” Balas Keena.“Aku juga memberitahu guru ku bahwa aku mengikat rambutku sendiri.” Ucap Sera.“Sera. Suatu hari nanti, saat kamu pulang dari sekolah, mungkin Mama tidak ada di rumah.” Ucap Keena.“Kenapa Mama tidak dirumah? Apa Mama pergi berbelanja atau pergi dengan tante Arina dan tante Felice?” Tanya Sera.“Itu bisa saja terjadi. Tapi, Mama sudah sangat lelah dan mengantuk. Jadi, maaf mungkin Mama haru