Setelah membuat laporan terkait penipuan sesuai saran dari kepolisian, Felice, Xavier dan Papa Ezra segera keluar dari kantor polisi. Ezra sibuk dengan telepon dari istrinya sedangkan Felice sibuk memarahi Xavier. “Seharusnya kamu tidak melibatkan dirimu dalam masalah ini.” Ucap Felice.
“Tapi karena itu, aku bisa bertemu dengan kamu lagi. Lagipula ada orang yang sedang kesusahan dijalan, masa aku tidak membantunya?” Ucap
“Tapi orang itu bisa saja merusak kameramu.” Ucap Felice.
“Kamu mengkhawatirkan aku?” Ucap Xavier.
“Tidak, aku tidak khawatirkan kamu, aku khawatir dengan kameramu.” Balas Felice.
“Alasan!” Gumam Xavier
“Oh begitu. Aku rasa kamu peduli padaku lagi iya kan? Akh wajahku.” Ucap Xavier.
“Itu hanya luka kecil.” Ucap Felice.
“Oh ya! Kudengar papamu Kepala sekolah benar, kan?” Ucap Xavier.
“Dia akan
Felice melihat Xavier yang sedang cemas menunggu dia sembari terus melihat ke arah gedung lantai dua. Felice hanya bisa tersenyum karena baginya itu momen lucu dan menggemaskan yang bisa meluluhkan hatinya.Xavier tidak menyadari keberadaan Felice yang sudah turun dan memperhatikannya dari tadi, sampai akhirnya Ia menengok ke arah seorang wanita yang jaraknya cukup jauh darinya, ternyata wanita itu adalah Felice yang sudah berdiri sambil memperhatikannya sedari tadi. Xavier melihat Felice yang sudah tersenyum lega dan membuatnya ikut tersenyum lega. “Terima kasih sudah menunggu.” Ucap Felice.“Sudah seharusnya aku menunggumu, untuk berterima kasih atas makan malamnya. Mari kita pulang.” Ucap Xavier.***“Ahh aku sudah sangat lelah.” Gumam Luna saat sedang lembur di kantor bersama tim Lauré yang lain.“Kak Luna. Bagaimana kalau kita sudahi untuk hari ini?” Ucap Vareena.“Baiklah. Ma
Matahari sudah hampir terbit tapi Irene masih duduk di ruang kerjanya sambil memandangi barang-barang yang mengingatkannya pada Calvin, mantan tunangannya itu.[Calvin Knox Valent Dan Irene Valerie]Dengan hormat kami mengundang Anda.Pada hari Sabtu, 21 Februari 2019, Jam 19.00.Bergabunglah dalam perayaan pernikahan kami.Salam hormat.Calvin Knox Valent dan Irene Valerie.“Kali ini aku akan menyetujuinya apapun yang terjadi. Xavier sangat menyukainya.” Ucapan Camilla yag terus terbayang-bayang di kepala Irene.Irene melempar kertas undangan itu ke kotak yang dipakai untuk menyimpan kenangan dengan Calvin. Dalam kotak itu juga ada cincin tunangan dan ponsel Calvin yang berisi video-video Calvin bersama Felice.Flashback On[Saat pertama kali Irene melihat Calvin bersama Felice]“Ayo ambil gambar. Itu video bukan foto. Hehe!” Ucap Felice
Sebagai ibu rumah tangga tugas yang harus Keena lakukan setiap hari yaitu mengurus anak yang akan berangkat sekolah dan mengurus keperluan suami sebelum pergi ke kantor. Lalu setelah itu ia beres-beres rumah dari pagi sampai anak tidur.Saat Keena menuangkan minum untuk dirinya yang merasa sedikit penat saat beres-beres rumah. Keena melihat notifikasi dari guru tk Seraphina. “Mama Sera, Seraphina tidak membawa buku catatannya hari ini.” Pesan dari Bu Guru TK.Keena segera mencari buku catatan Sera di sekitarnya, dan ternyata buku catatan Sera tertinggal di meja depan TV. Lalu disampingnya juga ada kaos kaki coklat milik Liam yang sudah kotor.Keena hanya bisa menghela nafas lalu menelpon suaminya itu.Tuut tuut“Aku minta kamu tanda tangan buku catatan Sera dan memasukannya kembali ke dalam tasnya.” Ucap Keena.“Dia punya lebih dari satu buku catatan. Aku sudah memasukan semuanya ke dalam tasnya.” Ucap Liam.“Tapi kamu malah tidak memasukan buku yang penting untuk Sera hari ini. lalu
Kamu bisa menemukan inspirasi dalam segala halJika tidak bisaMungkin kamu tidak melihatnya dengan benar.-Paul SmithKesedihan tidak pernah membuat Felice berhenti bekerja keras. Hal yang dilakukan Felice untuk bangkit kali ini adalah dengan mencoba kain sisa yang ada di ruang sampel kain. Saat Felice sedang mencoba-coba kain, Felice mendengar suara-suara aneh.Kresek kresekFelice segera mengintip ke arah sumber suara. “Kamu lagi ngapain disini?” Ucap Felice. Saat melihat Xavier sedang makan burger di ruang sampel.Xavier menyodorkan burger satunya pada Felice. “Makan.” Ucap Xavier.“Kenapa kamu makan disini?” Ucap Felice.“Karena saya tahu kamu pasti belum makan siang hari ini. Jadi, saya bawakan makan siang yang simpel buat kamu yang selalu sibuk. Saya sudah dengar kalau kamu akan ganti kain secara mendadak. Ada masalah lagi kah?” Ucap Xavier.F
Pagi ini para karyawan The Premiére sedang berbondong-bondong melihat ke papan pengumuman. Hari ini ada pengumuman tentang karyawan baru untuk tim La Cart dan tim Viance. Banyak karyawan yang ingin melihat daftar yang lolos ke tim-tim tersebut termasuk anggota tim Manajer Felice yaitu Luna, Elijah, Vareena, Rosé dan sabrina yang juga ikut berkumpul untuk melihat papan pengumuman itu.“Pengumumannya karyawan baru sudah keluar. Katanya yang lolos masuk Viance dari tim Lauré semua. Inilah sebabnya orang bilang koneksi itu berguna dan sangat penting. Karyawan baru La Cart juga ku dengar dia adik dari temannya Bunga, karyawan La Cart.” Ucap Karyawan 1.“Ku dengar La Cart akan menggantikan Lauré jadi brand pertama di The Premiére, jika Manajer Felice tidak berhasil menaikkan nama Lauré dan Viance. La Cart sekarang dipegang langsung oleh Direktur Arina.” Ucap karyawan 2.“Ku dengar Lauré jug
Untuk membuktikan pada Rosé dan anggota tim yang lain, Elijah rela pergi ke fansign Krystal di salah satu Mall terkenal di Jakarta. Elijah melewati Fans-fans Krystal hanya untuk memberikan kartu namanya.Awalnya Krystal tidak melihat Elijah karena Ia terus menunduk untuk memberikan tanda tangan. Namun, Krystal terkejut dengan kartu nama dari karyawan The Premiére. Melihat nama The Premiére membuatnya naik pitam. Krystal segera melihat siapa yang datang.“Hai! Krystal!” Ucap Elijah sambil dadah dadah.***“Seperti yang sudah Anda minta, kami sudah melakukan CT Scan, MRI, CT paru, dan tes darah lengkap. Kamu bisa lihat di layar ini?” Ucap dr. Rayden.“Ya.” Keena mengangguk.“Ini kanker pankreas.” Ucap dr. RaydenKeena hanya bisa menelan ludah pahit, “Apa sama sekali tidak ada kemungkinan malfungsi mekanis atau kesalahan diagnosis?”&ldq
Tuut tuut [Mr. Xavier]“Hallo.” Ucap Felice.“Kamu sudah tidur? Aku hanya ingin mendengar suaramu.” Ucap Xavier.Felice tidak mengatakan apapun pada Xavier, meskipun dia juga merasakan hal yang sama.“Mungkin seharusnya aku tidak meneleponmu. Maaf jika sudah mengganggu. Good night!” Ucap Xavier.“Bisakah kita bertemu sekarang?” Ucap Felice saat Xavier hendak mematikan teleponnya.Mendengar hal itu membuat Xavier kembali menempelkan ponsel ke telinganya. “Aku ingin bertemu denganmu sekarang.” Ucap Felice.Xavier segera berlari untuk bertemu dengan wanita pujaan hatinya itu. Segala rintangan hujan gerimis yang turun malam itu, Xavier hadapi dengan penuh semangat. Ia tidak mau melewatkan kesempatan langka ini.Felice menunggu Xavier di taman dekat apartemennya. Felice sangat menantikan kehadiran Xav
Tuut tuut tuut [Xavier]“Bukankah itu fotomu?” Tanya Irene.“Ya, bagaimana menurutmu? Kamu suka?” Balas Xavier.“Bukankah kamu mengambil foto-foto itu untuk pameranmu?” Ucap Irene.“Kurasa akan bagus mempromosikannya di awal.” Balas Xavier.“Apa itu ide Felice?” Tanya Irene.“Bukan! Aku yang menyarankannya.” Balas Xavier.“Xavier, apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Seberapa jauh kalian akan bertindak?” Protes Irene.“Aku belum berpikir sejauh itu. Kita hanya akan fokus pada hal-hal yang kita kuasai.” Balas Xavier.Penonton acara live streaming produk baru Lauré semakin banyak. Sekarang giliran Krystal yang maju untuk memperagakan desain utama Lauré season baru ini.“Kita mendapat jumlah penonton yang cukup
“Apa katamu?” Ujar Mama Yuri.“Aku berhenti bekerja.” Ujar Felice.“Kapan?” Tanya Mama Yuri.“Ini hari terakhirku.” Ujar Felice.“Kenapa kamu berhenti?” Tanya Mama Yuri.“Alasan yang sama dengan Mama.” Balas Felice.“Apa?”“Jika aku melihat kembali hidupku, itu tidak terlalu buruk. Ada saat-saat bahagia dan berharga, tapi aku ingin mulai melakukan apa yang selalu ingin kulakukan, tapi terlalu takut untuk mencobanya.” Ujar Felice“Maaf, aku tidak punya lagi posisi penting di perusahaan besar.” Ujar Felice sembari tersenyum.“Jangan konyol. Mama tidak pernah meminta hal seperti itu.” Ucap Mama Yuri.Mama Yuri mendekat pada Felice, memegang tangannya, “Kamu sudah bekerja dengan baik. Bekerja sangat keras selagi melakukan tugasmu sebagai anak kami. Kamu putri terbaik yang bisa diharapkan siapa
Felice terus melihat ke arah karyawan Lauré sampai tidak sadar bahwa Manajer Ellie menghampiri dirinya.“Aku akui kamu memang hebat dan berani. Aku tidak percaya kamu meninggalkan Lauré.” Ujar Manajer Ellie.Felice membalikkan badannya untuk menoleh ke arah sumber suara.“Kamu dan aku sangat berbeda, Nona Felice.” Ujar Manajer Ellie.“Tapi kita berdua sama-sama ingin bekerja dengan baik dan ingin membuat pakaian bagus. Itu kesamaan kita.” Ujar Felice.“Aku akan terus cemburu dan iri kepadamu. Jadi, aku akan mengawasi apa yang kamu lakukan.” Ujar Manajer Ellie sembari tersenyum pada Felice.“Terima kasih. Akan aku anggap itu sebagai kata-kata penyemangat.” Balas Felice sembari tersenyum lalu pergi dari dapur.Manajer Ellie, terus memandangi Felice sambil tersenyum sampai Felice menghilang dari pandangannya. Baru kali ini, Manajer Ellie melihat Felice dengan peras
Jangan buat Fashion menguasaimuTapi tentuka n siapa dirimu.-From Gianni VersacePagi ini dimulai dengan bersiap memilih pakaian mana yang akan Felice pakai untuk pergi ke kantor The Premiére yang terakhir kalinya sebagai karyawan. Felice mencoba beberapa pakaian terbaiknya. Hingga akhirnya, pilihannya jatuh pada setelah dengan blazer dan celana berwarna putih yang ditambah dengan aksesoris bros berbentuk daun semanggi di bagian dada kiri.Felice mengambil tas dari brand Luxury Chanelle berwarna pink. Kemudian Felice siap untuk pergi ngantor untuk yang terakhir kalinya.Sesampainya di kantor, ruangan Lauré langsung di kerumuni oleh mereka-mereka yang tidak rela Felice pergi. Bukan hanya karyawan Lauré dan Vareena yang mantan karyawan Lauré dan Direktur Arina saja yang tidak terima. Namun, Manajer Alano yang biasanya adu argumen dengan Felice , juga tidak rela Felice pergi dari The Premiére.Direktur
“Felice! Maaf aku terus meminta bantuanmu. Aku ada rapat penting pagi ini.” Ucap Liam.“Pergilah. Ini janjiku pada Keena. Akan kupastikan Sera tiba di TK dengan selamat.” Ucap Felice.“Terima kasih!” Balas Liam.“Sera, jangan lupa memberitahu gurumu…” Ucap Liam.“Aku alergi telur. Aku tidak bisa makan telur goreng. Tolong jangan masukan telur di gimbap. Apa ada hal lain yang bisa kumakan selain kue bolu?” Ucap Sera.“Okay!” Ucap Liam.“Okay!” Ucap Sera.“Sampai nanti!” Ucap Liam sambil mencubit pipi sera dengan gemas.“Felice, terima kasih.” Ucap Liam.“Ya!” Ucap Felice.Liam segera pergi ke kantor melewati jalan yang berbeda dengan Felice dan Seraphina.“Ayo, Sera!” Ucap Felice sambil menggandeng tangan Seraphina.“Ayo tante!” Balas Sera.“Ahh!!! Cuacanya bagus hari ini. bukankah begitu, sera?” Ucap Felice.Felice dan Sera terus bergandeng tangan seperti Ibu dan anak bahkan saat sudah hampir dekat dengan sekolah mereka terus bergandeng tangan.“Sera, pita mu cantik sekali.” Ucap Feli
Kesedihan yang kamu rasakan hanya sementara.Kesepian yang kamu rasakan tidak akan bertahan lama.Jangan terlalu emosional.-Haii’FerCklek [Suara pintu]Felice masuk ke dalam rumahnya yang masih gelap itu. Felice menghidupkan lampu di ruang tengah. Lalu hendak pergi ke kamar. Namun, saat akan melangkahkan kakinya, Felice terdiam saat melihat foto jalanan.Felice berbalik menghadap foto itu. Memandangi foto itu untuk beberapa saat. Kemudian Felice mengambil tiket pesawat pemberian Xavier dari dalam tasnya. Kemudian Felice menyelipkan tiket itu di sudut kanan bawah foto jalanan hasil karya Xavier untuk mengenang semua hal yang sudah dilakukan bersama Xavier.Felice tersenyum memandangi foto dan tiket yang penuh kenangan indah itu.“Jangan terlalu emosional. Aku hanya berharap kamu akan mengingatku dari waktu ke waktu. Lalu teruslah melanjutkan hidupmu.” Suara hati Felice.***Malam ini, Liam tidak bisa memejamkan matanya meskipun Keena sudah tertidur di pelukan Liam. Liam takut saat dia
Keena terus memandangi jarum jam yang sudah tidak berdentang lagi. Waktunya sudah berakhir.Cklek [Suara pintu terbuka]Dengan cepat Keena menyembunyikan jam yang sudah mati itu dan menutupi kesedihannya dengan senyuman.“Mama!” Panggil Sera yang baru saja pulang sekolah. “Hai, Sera sayang!” Ucap Keena sambil memeluk Sera yang langsung berlari ke arahnya.“Kamu bersenang-senang hari ini?” Tanya Keena.Liam melihat kondisi Keena sebentar lalu pergi menyimpan tas sekolah Seraphina.“Mama, aku pergi ke kamar mandi sendirian hari ini.” Ucap Sera.“Bagus dong. Anak Mama sudah bisa mandiri.” Balas Keena.“Aku juga memberitahu guru ku bahwa aku mengikat rambutku sendiri.” Ucap Sera.“Sera. Suatu hari nanti, saat kamu pulang dari sekolah, mungkin Mama tidak ada di rumah.” Ucap Keena.“Kenapa Mama tidak dirumah? Apa Mama pergi berbelanja atau pergi dengan tante Arina dan tante Felice?” Tanya Sera.“Itu bisa saja terjadi. Tapi, Mama sudah sangat lelah dan mengantuk. Jadi, maaf mungkin Mama haru
“Selamat malam, Nona Felice.” Panggil Xavier.“Hehe.. malam Mr. X!” Balas Felice.Seperti malam-malam kemarin, Xavier berjalan menemani Felice pulang ke rumahnya. Menyusuri jalanan yang sama dengan bergandeng tangan.“Kamu akan pergi besok?” Tanya Felice.“Ya.” Balas Xavier.Mereka berhenti berjalan di sebuah persimpangan. Kemudian saling berhadapan.“Kita berdiri di persimpangan jalan.” Suara hati Felice sambil menatap Xavier.Xavier terlihat bingung tatapan Felice padanya, “Ada apa?“Kenapa kamu tidak bertanya?” Tanya Felice.“Bertanya?” Ucap Xavier.“Kamu tidak bertanya apa yang akan kulakukan. Pergi atau tidak?” Ujar Felice.“Posisimu, situasimu, dan alasanmu. Aku mengerti dan menerima semuanya.” Ujar Xavier.“Aku tetap membelikan tiket untukmu dan memintamu ikut denganku karena kupikir aku harus memberitahumu bahwa aku masih merasakan hal yang sama.” Lanjut Xavier.“Maaf kamu harus pergi sendiri.” Ujar Felice.“Meskipun aku pergi sendiri, alasannya bukan karena aku pernah jatuh ci
Tik tik tik [Suara tetesan infus]Keena sudah sadarkan diri setelah ditangani oleh dokter. Setelah Keena sadar dokter menemui Liam yang sudah bersama dengan Arina dan Felice.“Bagaimana kondisinya dok.” Ucap Liam.“Kankernya menyebar ke perutnya. Dari sanalah darahnya berasal. Kami mencoba menghentikan pendarahan dari perut dengan bronkoskopi untuk sekarang.” Ucap dr. Rayden.“Apa yang kita lakukan sekarang? Apa ada obat lain?” Ucap Arina.“Dia bisa kehilangan banyak darah. Itu akan sulit dihentikan.” Ucap dr. Rayden.“Dokter. Berapa lama lagi sisa waktunya?” Tanya Liam dengan mata yang memerah. “Jika dia harus berpamitan pada keluarga atau teman, kurasa sebaiknya hubungi mereka sekarang.” Ucap dr. Rayden.“Ahh…” Liam tertunduk dan menangis. Liam tidak bisa membayangkan jika Keena benar-benar pergi.“Keena.. haaa… Keena Angelica.. haaa Keenaaaa….” Tangis Arina semakin pecah. Arina menangis sambil menghadap ke tembok dan menutup wajahnya dengan tangannya.Air mata Felice juga tidak bis
Pagi hari ini dimulai dengan Luna memberikan surat permintaan pemesanan kain pada Felice.“Nona Felice. Kita harus memesan kain untuk persiapan musim mendatang. Haruskah aku memesannya atas nama The Premiére atau Lauré karena kita sudah independen?” Tanya Luna.Semua orang penasaran dengan jawaban Felice. Mereka menantikan apa yang akan Felice katakan.“Prosesnya tetap sama untuk The Premiére, tapi jika memakai nama Lauré, kita harus menulis kontrak baru. Mereka ingin dikabari secepatnya.” Ujar Luna.“Sampaikan bahwa aku akan menelpon mereka.” Balas Felice.“Baiklah.” Balas Luna sembari menyerahkan suratnya. Lalu Felice mengambil surat itu untuk dia ambil alih.Kemudian Luna kembali ke meja kerjanya dan mereka yang menunggu jawaban sedikit kecewa karena tidak bisa mendengarnya secara langsung.Felice memang belum bisa menjawabnya karena masih belum terbiasan dengan ini semua dan Felice juga masih ragu untuk menjadikan Lauré sebagai brand independen.***Xavier masih harus merapikan beb