Jelang sore hari Ruth telah menyiapkan barang bawaan untuk menjumpai bundanya, oma Elkana, di Palembang.
Dia sempat sedikit kecewa karena Hizkia tidak menjelaskan kejadian tempo hari di kantor seperti apa. Padahal ia akan bersedia mendengarkan.
Ruth juga enggan menanyakan langsung. Ini termasuk janji mereka sebelum menikah untuk tidak ikut campur dalam urusan pribadi pasangan.
Ruth tersenyum melihat Elkana yang gembira bermain tanpa beban sedikit pun. Ia harus bertahan dalam pernikahan ini, sebab telah memilih maju sampai di titik ini.
Hanya saja, ia perlu menepi untuk tahu sejauh mana hati telah terpengaruh oleh pesona suaminya. Dan bagaimana akan melanjutkan pernikahan ke depan.
"Sudah bersiap?" Tanpa disadari Ruth, Hizkia telah pulang saat ini berdiri di belakang tubuhnya.
"Sudah," jawab Ruth.
"Hari Sabtu aku akan menyusul kalian." Itu artinya empat hari lagi. Mama Elkana diam tanpa merespons. Menjelang keberangkatan ke Medan, mama Elkana irit bicara.
Hizkia juga bingung harus bersikap seperti apa. Diamnya mama Elkana membuat Hizkia merasa kehadirannya tidak dianggap.
๐๐
Setibanya di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Ruth dan Elkana dijemput oma Elkana, Magdalena. Sebelumnya di Jakarta, Ruth menolak untuk diantar ke bandara Soekarno-Hatta dengan alasan tidak ingin mengganggu pekerjaan Hizkia. Ruth seolah sungkan pada suaminya sendiri.
Padahal Hizkia mengatakan tidak ada jadwal meeting, dirinya bersedia mengantar. Bertepatan dengan tawaran itu-taksi pesanan mama Elkana tiba-ia berpamitan dan memilih masuk ke dalam taksi yang akan membawanya ke bandara.
Sungguh ini membuat hati Hizkia meradang. Jangan karena usianya jauh lebih muda, lalu istrinya mulai tidak menghormatinya. Wajah Hizkia tampak tidak senang dengan perlakuan mama Elkana.
"Gimana kabar Hizkia, Nak?" tanya Magdalena sambil memeluk sang putri dan berganti pada cucu semata wayang. Elkana menepuk-nepuk pipi omanya dan celoteh ma..ma..ma.
"Sehat Bunda. Belum bisa ikut, banyak kerjaan." Entah bagaimana, kebohongan mengalir di mulutnya. Tidak mungkin menceritakan kegusaran hatinya. Ruth kuatir akan menambah pikiran bundanya.
"Ya, tadi Hizkia sudah menelepon Bunda," terang Magdalena pada putrinya. Ternyata Hizkia ingat menghubungi bundanya Ruth.
Setiba di rumah bundanya, hati Ruth begitu damai. Ia berdiri di luar menyapu pandangan pada rumah masa kecil yang sangat menenangkan. Sampai matanya berkaca-kaca mengingat serunya kehidupan masa kecilnya. Bermain bersama teman, sekolah bareng, dijemput untuk menonton, dan kenangan manis lain.
Begitu pula saat memasuki kamar tidurnya yang telah beberapa tahun ini tidak dikunjungi. Sungguh dalam kondisi hati galau seperti saat ini, Ruth sangat rindu masa kecilnya terasa tanpa beban. Bermain adalah hidupnya.
Menikmati santapan di rumah begitu menyenangkan. Masakan bunda terasa nikmat dan memanjakan lidah. Ruth sementara waktu lupa mengabari seseorang di Jakarta. Ia keasyikan tenggelam dalam ingatan kisah masa kecilnya.
Dering ponsel berbunyi saat Ruth menemani Elkana bermain. Dia tidak memberi kabar telah sampai di rumah bunda pada seseorang yang kini sudah tiga kali melakukan voice call. Padahal ia tiba sore, hingga malam pun mama Elkana belum memberi kabar.
Meski tampak ragu, Ruth mengangkat panggilan itu.
"Ya... Ha--". Sebelum mama Elkana melanjutkan, suara di seberang menginterupsi.
"Lupa punya suami, sampai tidak beri kabar?" sapaan kesal dari Hizkia terdengar jelas. Tidak lagi sabar dengan sikap mama Elkana yang menampakkan pengabaian.
"Sore tadi sampai. Ada apa?" Ruth tenang menjawab.
"Apa ada masalah kalau suami menelepon istrinya?" Hizkia kurang enak mendengar nada kalimat istrinya.
"Bukan begitu. Kami--" Lagi-lagi kalimat mama Elkana terpotong. Kali ini interupsi suara lembut seorang perempuan yang menanyakan apakah makan malamnya terasa enak atau tidak. Oh! Hizkia sedang bersama perempuan sampai malam begini
Sudah pukul dua puluh, Hizkia masih rapat? Atau ia makan malam dengan seseorang? Atau... banyak pertanyaan bergelut di pikiran Ruth.
Dadanya terasa sesak seketika mendengar kalimat selanjutnya. Perempuan itu mengatakan suhu ruangan yang terlalu rendah sehingga perempuan itu butuh kehangatan.
Apa-apaan mereka ini? Ingin berselingkuh terang-terangan di depan mama Elkana. Sungguh tidak tahu malu.
Ruth tidak akan memaki. Ia bukan perempuan seperti itu. Ia hanya menutup sepihak telepon suaminya.
Memikirkan apa yang suaminya dan kekasihnya lakukan, membuat Mama Elkana jijik sendiri.
Bagaimana bisa ia diminta menikah dengan seseorang yang tidak punya adab. Seharusnya memilih tidak menikah adalah langkah tepat. Tapi nasi sudah jadi bubur, ia terikat janji suci. Ruth overthinking memikirkan kemungkinan masa depan pernikahan mereka.
Hizkia melakukan panggilan kembali, tapi Ruth memilih mengabaikan panggilan itu. Tidak lama notifikasi masuk ke ponsel Ruth.
[Mengapa tadi dimatikan?] pesan singkat Hizkia masuk.
Ruth membaca pesan tanpa membalasnya. Tidak sudi hatinya mengatakan bahwa ia sedang cemburu mendengar kedekatan suaminya dengan perempuan yang Ruth duga adalah Naomi.
[Selamat istirahat ya] pesan manis kembali masuk ke ponselnya. Masih dari suaminya.
Terkadang Ruth merasa Hizkia perhatian padanya, namun kerap juga terlihat cuek. Ketidakstabilan sikap suaminya itu tidak bisa dianggap sebagai tanda telah tumbuh perasaan lebih untuk Ruth dari Hizkia.
Ruth memilih mematikan ponselnya. Ia datang ke Palembang berencana untuk menenangkan diri, bukan untuk terpicu rasa kesal akan tingkah suaminya.
๐๐
Ruth dan bundanya hari ini akan pergi jalan-jalan ke mal di Palembang. Setelah semalam ia dilanda rasa cemburu lagi, kini bepergian menjadi alternatif menyenangkan diri. Tentu saja si kecil Elkana turut serta, kereta dorong telah disiapkan Magdalena bagi cucu tercintanya.
Rencananya mereka mengitari mal yang dulu sebagai tempat tongkrongan Ruth sewaktu muda belia. Tidak lupa mencicipi makanan di restoran yang review-nya bintang lima hingga membeli buku dan mainan untuk Elkana.
Bersama sang bunda Ruth merasa kembali menjalani masa remajanya. Hanya berdua bundanya seperti dulu, bedanya kini ada Elkana si buah hati tercinta. Sementara ayah Ruth telah berpulang lama sewaktu ia masih duduk di bangku sekolah dasar karena peristiwa kecelakaan tunggal. Sejak itu, Magdalena tangguh berjuang sendiri membesarkan Ruth.
Sempat terbersit di benak Ruth bila saja tidak menikah lagi ia bisa hidup bahagia bertiga bersama bunda tanpa diusik perasaan cemburu atau kecewa karena tingkah pasangan. Mereka bisa berlibur, jalan-jalan, dan kegiatan kebersamaan lain.
Puas mengitari mal, mereka memutuskan pulang. Keranjang belanjaan penuh hari ini. Tiba-tiba, seseorang menyapa mama Elkana dari samping.
"Ruth ya..." Mama Elkana memindai wajah pria di hadapannya ternyata teman lamanya sewaktu SMA di Palembang.Bunda yang mengenali sosok Kris membalas sapaan."Nak Kris... iya ini Ruth. Nak Kris, ketepatan jumpa di sini," sambut Magdalena."Iya Tante, saya sedang cari hadiah untuk kelahiran ponakan saya. Pas setelah jam meeting tadi saya ke sini," jawab Kris ramah sesekali melirik Ruth.Mama Elkana tidak banyak bicara hanya tersenyum samar. Dirinya tiba-tiba teringat pada masa lalu banyak peristiwa konyol sewaktu SMA yang mereka lakukan, seperti mengerjai teman sekelas yang berulang tahun atau yang terlambat masuk kelas."Kapan-kapan saya boleh main ke rumah, Tante?" tanya Kris dengan berani tanpa basa-basi.Tidak menunggu jawaban Kris melanjutkan, "Bos kecil ini anak kamu, Ruth?"Ah, hampir saja Elkana terabaikan dalam pembicaraan mereka. Setelah beberapa menit bercakap-cakap, mereka bertukar nomor ponsel dan melanjutkan langkah
Entah telah sejauh apa hubungan antara Hizkia dan Naomi. Kerja sama antarperusahaan akan membuat mereka hampir setiap hari bertemu. Menerka-nerka hal itu tidak baik bagi pikiran mama Elkana, rasa tidak percaya diri pun kian mendominasi Ruth.Ruth kembali ke kamarnya sekitar pukul dua puluh dua setelah menidurkan Elkana. Sempat ingin beristirahat bersama Elkana saja namun ia ingat ini bukan di rumah mereka. Tentu saja tidak tepat bersikap egois dan kekanakan saat ini.Ternyata Hizkia belum tidur dan sedang duduk melipat kaki dengan tangan terangkat di sandaran sofa kamar menunggu istrinya. Mama Elkana masuk lalu menutup pintu. Ia mengerling cepat dan menemukan suaminya tengah menatapnya.Ruth berjalan melewati suaminya menuju ranjang tanpa sapaan sedikit pun. Hizkia yang menunggu istrinya tapi dicuekin benar-benar habis kesabaran. Perlakuan mama Elkana semenjak di Jakarta sampai tiba di Palembang bikin Hizkia geram.Beranjak dari duduknya, Hizkia men
Kembali ke Jakarta membuat Ruth berpikir keras untuk menyusun rencana terkait pernikahannya. Ruth perlu mempertimbangkan perkataan bunda, ia telah memutuskan sesuatu hal dalam benaknya.Ruth kembali dalam aktivitas hariannya sebagai istri dan ibu. Ia mempersiapkan segala keperluan suami dan anaknya. Tetap irit bicara. Sementara perasaan Hizkia lebih tenang bila istrinya berada di rumah dalam pantauannya.Teringat tentang masakan, ternyata Hizkia telah melewati banyak hari untuk tidak mencicipi masakan istrinya yang lezat. Alasan kesibukan dipakainya dengan maksud supaya istrinya tidak perlu repot-repot memasak.Padahal Ruth tak pernah merasa kerepotan, ia memang senang memasak. Kali ke depan Hizkia tidak mau melewatkan kesempatan menikmati hidangan yang disajikan istrinya."Boleh siapin bekal makan siang buat aku, ngga?"Itu permintaan Hizkia telah beberapa minggu setelah kembali dari Palembang."Boleh." Ruth mengangguk.
"Hei! Kamu perempuan, tidak sadar yang kamu dekati pria beristri? Tidak laku atau tidak bermoral?" Ruth beralih melancarkan serangan pada Naomi. "Saya tahu kalian rekan kerja dan pernah menjalin hubungan romantis. Tapi sikap kalian sangat rendah dan tidak layak," berang Ruth pada Hizkia dan Naomi. Ruth menepis rasa hormat pada suaminya. Naomi seketika berdiri dan tersinggung dengan ucapan mama Elkana. "Yang tidak laku aku atau kamu. Menikah dengan pria jauh lebih muda, memangnya kamu mampu melayaninya?" Naomi yang dikenal lembut tersulut api amarah. "Hhh... sudah tanyakan pada pria ini, siapa yang meminta menjadi istrinya? Berkali-kali ditolak, tetap ingin menikahiku bahkan keluarga besarnya turut andil. Hhm... apa itu disebut tidak laku?" Ruth melirik respons Hizkia sebentar, ia berlagak sombong. Ruth melipat tangan di dada dan menegakkan dagunya menandakan ia lebih diinginkan dari Naomi meski sebenarnya dada Ruth berdetak cepat.
Di akhir bulan, pengasuh yang dicari telah dipekerjakan Ruth, sebenarnya tidak banyak kerja harian pengasuhnya. Hanya saja bila mereka bepergian lama ke luar rumah, peran pengasuh penting untuk membantu kebutuhan Elkana.Pengasuh tidak tinggal bersama mereka melainkan datang pagi pulang sore. Mama Elkana masih mengambil tanggungjawab untuk melayani suami dan anaknya. Ia merasa mampu.Jadwal kunjungan proyek tiba, Hizkia telah meminta Melina untuk memesan tiket menuju lokasi pembangunan resortnya. Ia akan turut serta meninjau lokasi. Naomi tentu saja turut serta dalam perjalanan karena ini kerjasama antara perusahaan mereka.Malam sebelum keberangkatan, Hizkia memberitahu Ruth jadwal penerbangan esok hari. Ruth tahu Naomi ikut serta di kunjungan kerja ini. Dari mana mama Elkana tahu? Melina. Melina telah menjadi sekutu baik Ruth. Sekalian menjadi mata-mata suaminya. Nampaknya, jiwa intelijen Ruth tumbuh bers
Untuk sampai ke lokasi pembangunan, mereka menggunakan tiga mobil. Satu mobil untuk Naomi dan asisten, Hizkia bersama istrinya di mobil yang lain, untuk Melina dan tim disediakan pula mobil berbeda. Bila saja Ruth tidak turut serta berkunjung ke lokasi, ia memastikan Naomi akan semobil dan menempel pada suaminya. Perempuan itu akan memanfaatkan waktu untuk menggoda Hizkia terus-menerus menggunakan tubuh dan kalimat rayuan manis. Sementara Hizkia cenderung tidak menolak aksi Naomi bila saling berdekatan. Apakah itu karena murni dorongan cinta pada Naomi, hasrat, atau untuk kepentingan perusahaan. Hal yang pasti, hati Ruth begitu senang sebab ia merasa menggagalkan rencana Naomi. Senyum sendiri di mobil, Ruth tidak mendengar panggilan suaminya. Hizkia menarik lengan Ruth agar beralih melihatnya. "Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Hizkia menaikkan satu alis matanya penasaran. Ketahuan begitu, wajah mama Elkana
Sewaktu Ruth berjalan-jalan di taman hotel, tanpa sengaja Ruth bertemu lagi dengan Kris. Pria yang waktu itu bertemu di mal daerah Palembang. Kris sedang melakukan perjalanan dinas, katanya begitu. Sementara Bu Ratmi tengah menemani Elkana bermain mengejar kupu-kupu di taman."Wah, kayaknya kita jodoh nih," sapa Kris tersenyum pada Ruth.Wajah Ruth menghangat mendengar perkataan Kris, "Mau kamu tuh.""Iya loh, sudah jauh ke sini kita jumpa lagi. Apalagi kalau tidak jodoh namanya," mama Elkana tergelak sambil menutup bibirnya dengan satu tangan, sebelah lagi menyentuh perut."Tampak cantik kamu," tidak sadar Kris terlalu jauh berucap, "eh... sama siapa ke sini, bertiga aja?" Ia menetralisir suasana, menatap arah taman.Deheman dari belakang membuat keduanya menoleh. Rupanya Hizkia menyusul, "Halo Pak! Saya suaminya Ruth." Mereka berdua berjabat tangan, saling menyebut nama. Ini pertemuan pertama Hizkia dengan Kris, sementara sepengamatan singk
"Ya, minta aja," ujar Ruth menaruh ponselnya di meja dan memberi perhatian pada Hizkia."Selama menikah aku tidak pernah dengar kamu manggil aku dengan sebutan tertentu," Hizkia menjeda, "mulai malam ini aku mau kamu sebut dengan panggilan Papa El," Hizkia menunjuk dirinya, senyuman samar terlukis di wajahnya.Ruth melongo mendengar permintaan suaminya. Hizkia berdiri ingin menuju kamar, teringat sesuatu berbalik menyampaikan permintaan lainnya pada Ruth."Dan satu lagi. Kamu tidak boleh ketemu dengan Kris itu, sebelum ijin dari aku," perintah tegas. Ruth memroses perkataan suaminya. Untuk permintaan yang pertama Ruth bisa memenuhi namun untuk yang kedua ia tidak mengerti apa alasan harus berlaku demikian.Hizkia beranjak menuju kamar membawa Elkana yang tersenyum seolah sepakat dengan papanya. Sementara mama Elkana masih terdiam berpikir tentang permintaan suaminya.๐๐