Sebelum berangkat kerja, Hizkia menyempatkan diri menelepon Endang kembali untuk dapat terhubung dengan Elkana. Pria itu telah menyelesaikan sarapan yang tadi dihidangkan oleh Riyem.
"Halo anak Papa," sapanya saat melihat Elkana duduk di pangkuan Endang. Endang membawa Elkana ke kamarnya selesai sarapan tadi.
Elkana tersenyum dan bertepuk tangan. Ia mengeluarkan bahasa bayinya menyapa Hizkia. Pria itu memainkan ekspresi yang membuat Elkana senang.
"Suhu tubuhnya udah berapa, Ma?" tanyanya.
"Sudah 37,5 derajat. Mama ukur sebelum kamu nelepon. Masih hangat." jawab Endang sembari menaruh tangan di kening Elkana. "Moga saja sehabis kamu video sama Elkana, suhunya kembali normal," harap Endang.
"Ruth di mana, Ma?" tanyanya lagi.
"Ada. Masih mandi," jawab Endang. "Sebentar lagi dua pekan, kalian belum ada perkembangan," lanjutnya.
Hizkia mengga
Hizkia mengambil bingkai foto pernikahannya dan membantingnya ke lantai sampai pecah berkeping. Foto itu baru seminggu ini dipajang olehnya untuk mengingatkannya pada sang istri.Darah Hizkia seolah-olah mendidih. Hizkia beranggapan, Kris tidak mengindahkan apa yang dikatakan oleh Hizkia. Apalagi Ruth selalu menampakkan ekspresi bahagia saat bersama Kris. Hizkia tidak habis pikir dengan ini semua.Hizkia beranjak dari meja kerjanya, ia memungut foto di lantai, merobeknya kasar dan membuangnya ke tong sampah. Muncul tekad dalam dirinya untuk tidak menghubungi Ruth untuk mengonfirmasi kebenaran pertemuan itu. Ia yakin benar bahwa foto itu tanpa editan, benar apa adanya.Pria itu memunculkan dugaan negatif terhadap Ruth dan Kris. "Barangkali mereka memiliki rencana untuk bersama," sinis Hizkia.Dirinya merasa segala usaha yang dilakukan untuk memperbaiki relasi dengan Ruth sia-sia. Padahal melepaskan pr
"Oh ya, tadi papanya El menelepon Mama, pesannya dia tidak bisa datang ke Medan menjemput kamu dan Elkana. Proyek pembangunan resort sedang dialihkan penangungjawabnya, sehingga ia perlu memastikan proyek itu sampai di penanggungjawab yang baru," terang Endang."Proyeknya jadi dialihkan, Ma?" kaget Ruth. "Artinya, kerja sama dengan Naomi putus, Ma," jelasnya lagi."Iya," Endang tersenyum. "Rumah tangga kalian berarti lebih penting dari proyek itu," goda Endang membuat Ruth tersipu.Sayangnya, di balik rasa senang tersimpan pula sedikit kecewa sebab Hizkia tidak jadi datang ke Medan. Bahkan muncul pertanyaan dalam benak Ruth mengapa suaminya sampai saat ini tidak lagi berusaha meneleponnya?"Apa Papa El belum cerita soal pengalihan proyek pada kamu?" Kening Endang berkerut memindai kejanggalan."Em, mungkin nanti malam akan cerita, Ma," kilah Ruth.Ruth mencob
Malam ini Hizkia tidur larut malam, ia memilih menyibukkan diri di ruang kerja. Notifikasi pesan masuk, ia membaca di beranda tertera nama Ruth. Hizkia mengabaikan beberapa pesan masuk dari Ruth. Ia kembali menekuni berkas laporan perkembangan kasus pembangunan gedung baru yang diserahkan oleh kuasa hukum perusahaannya. Sesekali Hizkia menguap, matanya terasa berat. Pria itu kembali ke kamar untuk beristirahat dan tetap tidak membaca dan membalas pesan dari istrinya. Keesokan pagi, Hizkia bangun seperti biasa. Ia melakukan penyegaran tubuh, mentari baru menampakkan sebagian wujudnya. Ada panggilan berkali-kali pada ponselnya saat kegiatannya hampir selesai. "Ruth," guman Hizkia. Pria itu hanya menyentuh ponsel saja, tidak menanggapi panggilan istrinya. Hati Hizkia masih menyimpan rasa kecewa. Tindakan Ruth dua kali menjumpai Kris di Medan, seolah-olah mengabaikan pesannya sebagai suami. Sejak Ruth meminta untuk tidak dihubungi, Hizkia memang benar-benar tid
Siang hari setelah makan, Endang memberi tahu Ruth bahwa besok dirinya tidak bisa turut mengantar ke bandara. Endang akan kedatangan serombongan tamu dari sebuah yayasan panti asuhan, Pelita Hati.Endang menugaskan driver keluarga untuk mengantarkan Ruth besok ke bandara. Bagi Ruth tidak menjadi masalah karena Endang memang memiliki keperluan lain. Ruth memaklumi jadwal kegiatan Endang yang padat bila mama mertuanya sedang berada di Medan.Semalam sebelum keberangkatan, Ruth bersiap-siap untuk mengemas kembali pakaian ke dalam koper, agar besok tidak ada yang ketinggalan. Bunyi notifikasi ponselnya terdengar.Ia melangkah menuju meja rias tempat menaruh ponselnya, ada pesan singkat dari Kris yang menanyakan jadwal kepulangan Ruth ke Jakarta.Rupanya, Kris di waktu yang sama bertepatan melakukan perjalanan ke Jakarta. Ruth jadinya memiliki prasangka kurang baik terhadap tindak-tanduk Ratmi.Namun, agar tidak menimbulkan kecurigaan, Ruth tetap memberi tahukan jadwal penerbangannya.[Si
Saat ini, mereka berada dalam pesawat, Ruth mendapat kenyamanan berada dekat dengan Kris. Ruth tidak mengalami kesulitan dengan barang bawaannya sebab pria itu ligat membantunya untuk menaruh ke kabin. Selanjutnya, mengeluarkan kembali saat tiba di bandara, bahkan membawakan trolinya sampai ke pintu keluar.Setelah pesawat mendarat, Kris menawarkan diri untuk mengantar ke rumah Ruth."Terima kasih niat baik kamu," respon Ruth. "kediaman kita berbeda arah, kami memesan angkutan online saja, Kris," lanjutnya sembari tersenyum.Hizkia tidak menjemput istri dan anaknya ke bandara, bahkan tidak pula mengutus Danu menjemput. Ruth sedih sebab Hizkia seolah-olah tidak antusias dengan kepulangan mereka ke Jakarta. Namun, dirinya masih berpikir positif dengan menduga pekerjaan kantor Hizkia padat sehingga tidak sempat untuk menjemput mereka.Ruth akan meminta penjelasan Hizkia nanti, agar dirinya mengetahui alasan suaminya itu tidak menjemput, bahkan mengabaikannya selama di Medan. Setibanya di
Pagi hari sebelum mentari terbit, Ruth terbangun. Ia menoleh ke samping, lalu sekeliling kamar, Ruth tidak mendapati Hizkia bersamanya. Apakah tidur di kamar kerjanya? tebak Ruth dalam hati. Segera Ruth turun dari ranjang, lalu berjalan menuju ruang kerja Hizkia. Dirinya tidak menemukan Hizkia, meja kerjanya telah rapi. Kopi dan makanan ringan yang disajikannya semalam, tidak disentuh sedikit pun. Ruth berdecak atas ketidakpahamannya dengan kondisi yang terjadi. Ruth menghirup aroma asap rokok dari balkon. Dadanya sedikit sesak saat bernafas seperti penuh dengan asap. Sedikit khawatir, dugaan Ruth 'jangan-jangan ada orang yang masuk ke rumah mereka melalui balkon.' Perempuan itu mengambil patung hiasan yang terbuat dari kayu jati padat. Sedikit berat memang. Ruth berjalan mengendap-ngendap menuju balkon, dengan sedikit gemetaran dan jantung berdebar. Tidak ada waktu untuk dirinya mencari Hizkia dan melaporkan ada orang asing di rumah mereka. Perempuan i
Ini sudah hari kelima Ruth dan Hizkia saling mendiamkan, masih saja mereka betah seperti itu. Berada dalam satu atap yang sama dengan tidak saling menyapa. Keduanya saling tarik-menarik dan ulur-mengulur masalah, dikuasai ego tanpa mau bernego.Bagi Hizkia yang telah melepas proyek pembangunan resort berpandangan Ruth mempermainkan perasaannya sebagai seorang suami, padahal betapa serius dirinya untuk menjalani rumah tangganya dengan perempuan itu. Bahkan, mengurangi komunikasi dengan Naomi dilakoni olehnya.Sementara, bagi Ruth yang pernah tersakiti tidak begitu mudah lagi percaya dan bersikap manis, meskipun ia telah melihat usaha suaminya mempertahankan rumah tangga. Rasa sakit membuatnya ragu untuk yakin pada sikap baik Hizkia.Begitulah penghalang di antara keduanya. Ego tinggi yang tidak terkendali.Seperti saat ini, Hizkia tengah mencuri mendengar percakapan Kris dan Ruth. Pria itu masih terus
Ruth masih mematung di tempat. Ia memproses kalimat terakhir yang disampaikan suaminya. Pembangunan gedung baru. Kelopak mata Ruth mengerjap, menyadari sesuatu. Proyek itu malahan erat hubungan dengan Naomi karena otak intelektual kasus rekayasa tali pengaman adalah perempuan itu. Ruth hampir saja melupakan satu fakta penting. Pikirannya masih buntu untuk memberitahukan hal ini pada sang suami apalagi bersamaan dengan hubungan mereka yang semakin rumit, tidak memungkinkan membukanya. Ditambah lagi, Ruth tidak memiliki bukti sama sekali. Bila mengandalkan pendengaran saja, siapa yang akan percaya padanya. Suara klakson mobil dari luar memberaikan lamunan Ruth. Ia gegas menuju halaman depan, sayangnya mobil yang ditumpangi suaminya telah melaju keluar pintu gerbang. Tadinya, Hizkia sempat menunggu istrinya di teras, tetapi yang ditunggu tidak kunjung datang. Ada gengsi dalam dirinya bila memanggil Ruth sekedar berpamitan. Sebelumnya, Hizkia