"Pokoknya kau harus menjadi jodohku! Persetan dengan Daddy, dengan Mommy, bahkan dengan Tuhan. Kalau pun tak berjodoh, izinkan aku untuk menjambak jalang yang berani mengusik kebahagiaanku. Siapa pun yang menjadi jodohmu, izinkan aku untuk menjambaknya terlebih dahulu."
Verena berkata pada dirinya sendiri, dia bertekad agar laki-laki dewasa itu menjadi miliknya. Verena tak pernah serius seperti ini demi mengejar laki-laki, dengan wajah khas blasteran, mata coklat terang, rambut keriting berwarna brunette, membuat dia sangat cantik, tapi tak pernah dianggap serius oleh Verena, dia hanya ingin menikah dengan ayahnya.
Saat bertemu David, dia bisa merasakan sosok ayah itu dalam diri David, ditambah fakta David yang single sekarang, dan laki-laki matang itu begitu tampan.
"Ouh, Pak Tua! Bahkan aku sudah orgasme sekarang." Verena bangkit dari tempat tidurnya, dia sedang berada di rumah Kelsea sekarang. Kelsea menikah dengan Fynn sekarang, mereka seda
"Verena, liburan sudah selesai! Pulang!"Verena hanya menelungkupkan kepalanya ke atas bantal, setelah ini dia akan berpisah dengan David, dan Verena merasa dia tak sanggup melakukan ini.Gadis itu mengangkat wajahnya, kembali menatap ke layar ponsel di depan, ibunya yang sedang sibuk. Ada saja memang dilakukan wanita pendek itu."Verena! Dengar Mommy ngomong?""Yes." Verena menjawab lesu, Rara sedang memegang pisau, sibuk di dapur."Mommy masak apa?""Mallorcan Tumbet, ini resep baru. Mommy baru belajar resep, dari teman Mommy, Aunty Catalina, teman Mommy kursus bahasa." Verena hanya terdiam, membayangkan banyak makanan enak yang akan disajikan ibunya. Selain mengurus tanaman yang banyak, ibunya juga kursus bahasa sekarang, sekarang ibunya sedang bersemangat kursus bahasa Perancis."Okay."Verena terdiam, membayangkan hari-hari monoton yang akan dia jalani, membayangkan berpisah
Mata Verena menjelajah ke seluruh ruangan kamar David, walau laki-laki itu menguncinya dari dalam dia tidak akan kehabisan akal. Pandangan gadis itu menyapu seluruh ruangan, jika bisa memanjat tembok akan dia lakukan, dan akhirnya hanya bisa mendesah lelah.Gadis itu duduk di atas kasur, sambil memainkan ponselnya. Berpikir bagaimana untuk memperkosa David, atau bagaimana laki-laki itu tergoda padanya, dengan begitu dia akan mengikat laki-laki tua itu menjadi miliknya selamanya."Huh, Pak Tua menyusahkan!" gerutu Verena, masih terduduk diam.Diam-diam, Verena sudah berpikir untuk membuat kunci duplikat agar dia bebas masuk dalam kamar laki-laki ini, dan bisa memperkosa David."Aku tak sabar, Pak Tua itu mau bercinta denganku." Saat Verena mendesah kasar, pintu dibuka. Wajah gadis itu mendadak cerah, tidak dengan David yang memasang tampang ingin memakan orang lain."Aku sudah beli makanan." Verena langsung meloncat dar
"Mommy aku sangat merindukanmu." Verena memeluk ibunya saat dirinya dijemput di bandara, Verena juga meminta Gerald untuk ikut menjemput, tapi Gerald harus kerja, akhirnya Rara dan Asher yang menjemputnya."Kau benar-benar tak merindukan aku? Aku bahkan pulang demi kau!" Verena bersungut-sungut pada Asher yang memasang tampang malas melihatnya. Sifat Asher sama-sama seperti ayahnya, walau Verena lebih mendominasi."Mommy, Asher jahat! Lebih baik aku pulang saja, dia tidak meyambutku." Verena memasang tampang cemberut, mencari-cari alasan dan kesalahan, dia ingin pulang ke Indonesia, atau terbang ke Perth demi bertemu David kembali, dia benar-benar jatuh cinta pada laki-laki tua itu. Verena merasa begitu iri, pada orang-orang yang tumbuh bersama David.Saat masih cemberut, Verena merasakan Asher menarik rambutnya."Asher sialan!" Rara hanya bisa menggeleng melihat tingkah dua anaknya ini. Mereka seperti kucing dan anjing, walau sang
Berpisah dari David ribuan mil membuat Verena uring-uringan, rasanya ingin menendang kepala orang atau ingin makan orang.Ditambah Mark yang terus saja menganggu dirinya, sebagai pelajar Jerman yang rajin belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian jauh-jauh hari, Verena bukan orang yang tekun, dia hanya mahasiswa standar, walau pertanyaan apa pun, bisa lolos dari kepalanya.Gadis berambut keriting itu meniup-niup poninya, memeriksa ponsel satu menit ribuan kali, berharap David membalasnya, atau laki-laki itu menyemangati dirinya, dan menunggu Verena, mereka akan segera menikah punya tiga anak lucu.Bosan memeriksa ponsel, Verena mengambil pena dan mencoret-coret kertas.Dear, Pak Tua!Aku, Verena Rachel Willson, telah berjanji akan menjadikan engkau sebagai suamiku, akan selalu menemani dalam suka dan duka, walau kau sudah tua, tapi aku cinta mati padamu.Pak Tua, aku dari dulu selalu suka dengan bayi
Musim dingin Perth membuat keduanya hanya bergumul dalam selimut, walau sudah memakai pemanas ruangan tak juga mendinginkan ruangan yang terasa serba canggung sekarang.Dengan masing-masing wine di tangan, berisi setengah di gelas kecil kaca."Jadi, istrimu meninggal satu bulan yang lalu?" Tak banyak yang David ceritakan, hanya saja laki-laki itu mengatakan jika dia sedang kehilangan istri tercinta.Keduanya kembali terdiam, hanya keheningan yang tercipta.Kembali ke tempat ini, artinya David kembali mengulang memori bersama sang istri. Terlalu banyak hal bersama, bukan waktu satu, dua tahun. Puluhan tahun.David kembali terdiam, menatap figura di atas Auri yang tersenyum, dengan latar Sydney Harbour Bridge, rambut panjangnya tergerai dengan kacamata hitam, dan seolah menatap ke arah matahari terbenam dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.David yang mengambil potret itu hanya bisa menggeleng t
Weekend selalu dihabiskan Verena dengan kedua orang tuanya, begitu juga dengan Asher. Rumah mereka yang ramai hanya tersisa empat orang, Kelsea dan Skye sudah punya kehidupan masing-masing.Biasanya, Rara akan memasak makanan enak, atau mereka pergi ke luar makan bersama. Verena punya keluarga yang utuh, harmonis bahkan, walau orang tuanya pernah membayar semua kebahagiaan yang dirasakan kini dengan tangisan, dan luka yang mungkin tak bisa sembuh.Sedikit banyak, Verena tahu kisah kelam itu, walau dia tidak tahu detailnya, dan tidak merasakan semua kepedihan itu.Hari ini, Verena tampil lebih diam, gadis itu memikirkan banyak hal, terutama tentang David. Perasaan terlarang pada Pak Tua itu membuatnya semakin bertekad, walau banyak tembok tinggi menghalangi setiap jalannya."Belum apa-apa, aku sudah dibuat patah hati." Verena berguman, pandangannya tertuju ke luar jendela, sepanjang jalan melihat banyak ladang, dan pohon apel, pir,
Verena percaya pada takdir, dan mungkin tak percaya pada sebuah kebetulan, karena baginya kebetulan itu adalah sebuah kesengajaan, yang pada akhirnya menuju pada takdir.Gadis itu ikut merusuh Ibunya yang sedang mengurusi anak-anaknya (bayi-bayi, tanaman Rara). Jika musim panas, wanita pendek itu akan sibuk mengurus berbagai macam bunga, buah-buahan."Uncle David seperti sangat tidak menyukai diriku. Apa aku berisik?" Verena bertanya pada ibunya, separuhnya kesadaran diri, setengahnya dia ingin mengorek-ngorek informasi tentang Pak Tua itu. David terlihat begitu akrab dengan ibunya.Rara menoleh pada putri kecilnya. Walau sudah dewasa, dia tetap menganggap semua anak-anaknya seperti anak kecil."Tidak. Dia orang baik, dia suka menolong. Hatinya mulia, Mommy banyak berutang padanya." Verena tersenyum, cuaca yang cerah membuat moodnya juga ikut membaik."Hm. Aku takut dia membenciku, karena aku sangat berisik waktu itu."
Rasanya Verena ingin kencing di kasurnya saking gadis itu terlalu senang. Dia merasa seperti melayang-layang di di udara.Dengan menendang-nendang kakinya, sambil berjingkrak-jingkrak, di atas kasur."Iya, apa?" ujarnya dengan nada begitu keras, setengah berteriak, menggigit bibirnya dengan gaya norak.Verena menelpon David, itulah yang membuat gadis itu seperti kesurupan."Ouh, Pak Tua. Aku hampir orgasme karena suaramu itu.""Bagaimana kuliahmu?" Hanya basa-basi dari David, tapi Verena menanggapi dengan hal berbeda."Tentu saja sebentar lagi aku lulus dan kita akan bersama." Terdengar desahan dari suara di ujung. Sebenarnya, Verena memaksa David untuk menelpon, dia ingin menanyakan tentang kebenaran perasaan David pada ibunya dulu, karena entah kenapa dia tak senang dengan berita ini. David tak boleh suka orang lain, hany