Share

Bab 14

"Apa ... apa ibuku akan ...."

Pria itu memotong sebelum Briella menyelesaikan perkataannya.

"Semuanya pasti akan baik-baik saja." Mendengar suara isak tangis Briella yang gemetar, pria di ujung telepon berbicara lagi, "Lala, jangan takut. Ada aku di sini."

Briella melangkah masuk ke dalam lift, merasa sedikit lebih lega. "Nathan, terima kasih."

"Nggak masalah. Pelan-pelan saja dan hati-hati di jalan."

"Ya."

Setelah menutup telepon, Briella baru menyadari selain dirinya, ternyata ada sepasang pria dan wanita di dalam lift.

Orang itu adalah Valerio dan Davira.

Briella mencoba menenangkan perasaannya dan menyapa kedua orang itu, "Pak Valerio, Bu Davira."

Wajah Valerio terlihat dingin, tatapannya tertuju pada wajah kecil Briella yang pucat. Pria itu bisa melihat jejak air mata di sudut mata Briella.

Valerio mengerutkan kening dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi Davira tiba-tiba menggandeng lengannya.

Dia tersenyum dan bertanya pada Briella, "Apa yang kamu telepon barusan itu pacarmu?"

Briella tidak menjawab, dia melihat ke arah Valerio.

"Pak Valerio, saya ingin meminta izin libur."

"Alasannya?"

"Ada hal yang mendesak."

Valerio mendengus. Sorot mata hitamnya berubah dingin. "Mendesak untuk kencan?"

Briella mengkhawatirkan ibunya, jadi dia tidak ingin menjelaskan terlalu banyak pada pria itu.

Di mata Valerio, Briella pasti orang yang tidak punya keluarga dan teman. Dia hanya alat yang pria itu gunakan untuk memuaskan kebutuhannya.

Davira melihat wajah Valerio makin muram ketika Briella tidak mengatakan apa-apa.

Davira sangat jarang melihat pria itu menunjukkan perasaannya. Kemampuan Briella cukup hebat.

"Rio, memang bagus kalau kamu peduli sama bawahanmu. Tapi, Bu Briella sepertinya agak kesal."

Briella melirik Davira. Perkataan Davira memiliki maksud lain.

Wajah Valerio makin terlihat muram. Begitu pintu lift terbuka, dia langsung keluar dan mengatakan sebuah kalimat dengan dingin.

"Izin diberikan. Gajimu akan dipotong."

Davira keluar dari lift dan mengejar Valerio. Dia berjalan di samping pria itu.

Briella memperhatikan punggung kedua orang itu dan menghela napas.

Diantara hubungan tiga orang, pihak ketiga adalah yang paling canggung. Jadi, lebih baik segera mengakhiri semuanya ....

Setelah keluar dari perusahaan, Briella pergi ke rumah sakit dengan menaiki taksi. Proses penyelamatan ibunya sudah selesai, beruntung masa kritisnya sudah berlalu.

Seorang yang mengenakan jas hitam berdiri di pintu masuk ICU. Beberapa perawat yang berada di pos perawat tengah membicarakan sesuatu dengan sangat antusias. Mereka bahkan sampai mengeluarkan ponsel untuk mengambil foto secara diam-diam.

Pria itu mendongak dan kebetulan melihat Briella tengah berjalan ke arahnya.

Briella juga melihat pria itu. Belum sempat mengatakan sesuatu, tiba-tiba mata Briella terasa pedih.

Ibunya mengidap penyakit langka dan hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur dalam keadaan koma. Biaya pengobatan rumah sakit setiap bulannya sangat mahal. Nathan Rafindra mengetahui kondisi ibunya dari situs penggalangan dana dan berinisiatif menemui Briella untuk memberikan bantuan.

Bantuan ini terus berlangsung selama tiga tahun. Briella tidak mengerti kenapa Nathan membantunya padahal mereka tidak saling mengenal. Pria itu tidak pernah mengatakan alasannya.

Nathan menepuk pundak Briella. "Dokter yang merawat ibumu bilang kalau kondisi ibumu makin memburuk. Aku sudah meminta orang untuk menghubungi tim medis khusus yang menangani penyakit sepeti ibumu. Jadi, kita bisa memindahkan ibumu sesegera mungkin."

Briella menoleh ke arah Nathan. "Berapa biayanya?"

"Kamu nggak perlu khawatir tentang itu."

"Aku akan segera mendapatkan uang. Aku juga menuliskan semua uang yang aku pinjam darimu. Aku akan mengembalikan semuanya kepadamu."

"Kamu dapat uang dari mana?"

"Aku berniat keluar dari pekerjaanku. Perusahaan akan memberiku kompensasi."

Mendengar itu, Nathan terlihat tertarik dan bertanya dengan alis terangkat, "Kamu nggak suka kerja sama Valerio?"

"Bukan begitu. Pak Valerio memperlakukanku dengan baik. Aku yang nggak ingin kerja di sana lagi."

"Heh, kamu masih saja membelanya." Nathan tertawa dingin. Kilatan cahaya gelap di matanya yang dalam terlihat sekilas. Setelah itu, dia bertanya pada Briella, "Apa rencanamu setelah keluar dari pekerjaanmu?"

Briella merasakan permusuhan terhadap Valerio dalam kata-kata Nathan. Dalam hati, dia samar-samar merasa ada yang tidak beres.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status