Entah mengapa, setelah disiksa Maxime seperti ini, Reina tidak terlalu panik dan jauh lebih tenang.Jadi begitu sampai di kantor dan melihat kekacauan di dalamnya, Reina tetap tenang.Tidak lama kemudian, Sisil dan Gaby pun menyusul.Sisil langsung menyelidikinya dengan Brigitta. Tidak lama kemudian, dia datang dengan marah, "Pelakunya adalah karyawan kita, katanya dia membeli dokumen rahasia itu demi uang.""Kalau cuma demi uang, buat apa menghancurkan komputer perusahaan?" tanya Reina.Sebenarnya di jalan tadi Reina sudah bisa menebak ini ulah karyawan internalnya, kalau tidak, tidak mungkin orang luar bisa masuk menerobos pengawasan bawahan Deron yang ketat."Dia bilang itu murni untuk melampiaskan amarahnya. Dia juga bilang terlalu melelahkan bekerja jadi karyawan biasa."Sisil tidak memercayai satu kata pun tentang ini, "Perusahaan kita bisa dibilang punya fasilitas karyawan terbaik di Kota Simaliki, masa dia benar-benar melampiaskan amarahnya karena terlalu lelah? Menurutku dia s
"Kuharap kamu benar-benar berpikir seperti itu."Setelah itu, Maxime langsung keluar dari kantor.Begitu membuka pintu, dia langsung melihat Ari berdiri di depan pintu.Awalnya Ari mau melihat kedua rival cinta itu saling menyakiti, namun tak disangka mereka malah rujuk?Maxime tidak menatap Ari dan langsung mengurus masalah lain.Setelah Maxime pergi, Revin pun muncul di depan pintu dan begitu melihat Ari, matanya penuh dengan rasa jijik, "Jangan pikir aku nggak tahu kamulah yang sudah ngasih tahu Maxime kalau aku ada di sini.""Aku paling benci pria licik sepertimu!"Ari tidak mau kalah, "Setiap orang punya caranya masing-masing untuk mengejar pujaan hati mereka. Apanya yang licik?"Revin pun mencibir, "Kamu benar-benar menyukai Nana?"Ari tersedak."Ya.""Saat kita menyukai seseorang dengan tulus, kita harus membuatnya bahagia, jangan menyulitkannya." Revin menepuk pundak Ari dan berjalan kembali ke kantornya.Ari mematung di tempat, merenungkan ucapan Revin.Tentu saja dia juga mau
"Semua bisnis Perusahaan XS sudah terganggu, tetapi para mitra masih memberi Reina kesempatan untuk menyelesaikannya dalam waktu seminggu," jawab sekretaris Liane.Liane tidak menganggapnya serius, "Seminggu?"Dia mencibir, "Kalau dia bisa menyelesaikannya dalam seminggu, aku akan angkat topi padanya."Liane hendak beristirahat ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Liane mengambil ponselnya dan mendapati Reina-lah yang meneleponnya.Liane tidak percaya. Wanita ini berani meneleponnya?Liane pun mengangkatnya, "Ada apa ya Nona Reina meneleponku?""Bu Liane, aku nggak menyangka Anda bisa begitu bermain nggak etis dalam berbisnis. Untuk apa Anda mengambil dokumen rahasia dan menghancurkan perusahaanku?" Reina bisa mengetahui hal ini dari karyawan yang merupakan pelakunya.Liane tidak menyangka Reina akan mengetahuinya secepat ini.Namun, Liane tetap terlihat tenang, "Hah. Dulu waktu kamu, Raisa dan Elly bekerja sama untuk menipuku, kamu mikir nggak perbuatan kalian itu etis nggak etis?""
Revin spontan mengernyit, "Dewan direksi 'kan sudah menyerahkan semua hak pengelolaan di luar negeri padaku, harusnya mereka memercayai aku tanpa syarat!""Jangan kira kami yang di luar negeri ini nggak tahu kamu melakukan hal ini hanya demi wanita yang sudah menikah itu! Dewan direksi sudah memutuskan dengan suara bulat untuk nggak memberimu dana, kecuali kamu pulang ke sini dan mengakui kesalahanmu.""Selain itu, kalau kamu nggak bisa melepaskan wanita itu, biar kami yang turun tangan membereskannya."Setelah itu, orang di seberang telepon langsung menutup telepon.Revin mencengkeram ponselnya erat-erat.Dia tidak menyangka selama ini keberadaannya di luar negeri masih belum bisa menaklukkan para senior itu di bawah kakinya.Revin menelepon Erik, "Kamu sudah tahu tentang para orang-orang tua itu?"Erik menghela napas, "Kan aku sudah bilang, mereka nggak akan membiarkanmu terlibat dengan Reina.""Kamu yang bocorin ke mereka?" Seketika nada bicara Revin langsung menjadi dingin.Erik la
Carlos terlihat ragu-ragu saat mendengar ini.Marshanda menggodanya lagi, "Pak Carlos, jangan-jangan Anda takut pada Sisca? Aku mau mengingatkan, wanita itu memang nggak boleh dibiarkan terlalu kuat. Lihatlah akibatnya, pernikahanmu rusak karena Sisca terlalu kuat."Dari dulu Carlos mengira Sisca selalu menurutinya, namun alhasil sekarang Sisca menjadi pribadi yang berbeda. Jadi, Carlos pun mengambil keputusan."Aku tahu, aku akan membuat wanita jalang ini menyesal."Dalam hati, dia masih mau balikan bersama Sisca.Lagi pula, setelah menceraikan Sisca, Carlos baru sadar kalau dalam rumah tangga memang perlu seorang nyonya.Bahkan putranya, Cosco, selalu menyebut nama Sisca....Di Perusahaan XS.Reina mengakhiri semua kontrak kerja sama dan kembali ke titik awal.Brigitta dan yang lainnya agak sedih.Sisil pun menyarankan, "Bos, kenapa kita nggak balik fokus menggubah lagu seperti dulu? Dengan begitu kita bisa menghasilkan banyak uang."Reina menggeleng."Cuma fokus menggubah lagu buka
Tidak berapa lama, mobil mereka pun sampai di gerbang Grup IM. Saat mobil berhenti, Reina membelalak tidak percaya."Perusahaanmu itu ... Grup IM?"Maxime menjawab santai, "Mau keliling sambil kugendong?""Nggak usah, aku bisa jalan sendiri."Seorang satpam datang dan membuka pintu mobil. Reina pun turun mobil dengan hati-hati sambil memegangi perutnya.Dia masih tercengang di depan gedung Grup IM yang begitu besar.Bahkan sampai Maxime membawanya ke kantor CEO di lantai teratas, Reina masih tercengang.Ekki membuka pintu dan masuk, "Bos ..."Ekki kaget melihat kehadiran Reina di sana.Dia tidak tahu bahwa Maxime sengaja membawa Reina ke sini, jadi dia terus akting, "Bos, CEO Grup IM hari ini sedang nggak ada di tempat, apa kita datang lain hari aja?"Setelah Reina mendengar ucapan Ekki, Reina menatap Maxime dengan ekspresi seolah mengatakan, "Hufft, sudah kuduga Grup IM nggak mungkin punyamu."Kalau Maxime adalah bos Grup IM, kenapa dia tidak memberitahunya lebih awal? Bahkan mereka h
Setelah mendapat sebuah kepastian dari Reina, batu yang mengganjal di hati Maxime pun akhirnya terangkat."Oke, kamu harus menepati janjimu ya."Reina spontan bertanya padanya, "Kapan aku pernah bohong?"Reina merasa sekarang Maxime sangat sering bertingkah seperti anak kecil.Maxime memeluk Reina lebih erat, "Aku tahu. Kamu orang yang paling menepati janjimu."Reina melepaskan diri dari pelukan Maxime. "Sesak, aku kepanasan."Lengan Maxime kosong dan membuatnya merasa hampa.Sesampainya di kediaman utama Keluarga Andara, mereka pun turun dari mobil satu per satu.Hari ini Jovan, Riko dan Alana datang berkunjung. Riko dan Riki bersembunyi di kamar, entah apa mereka lakukan."Liane si nenek sihir itu berani-beraninya menindas mama lagi," geram Riki.Riko juga sangat marah. Dulu, dia pernah hampir mati di tangan nenek tua itu."Kak, apa nggak ada yang bisa kita lakukan untuk melawannya?"Riko mengepalkan tangannya, "Sayang sekali kita masih terlalu kecil.""Hahh ...." Riki menghela napas
Saat ini, di Keluarga Hinandar.Liane sudah memperoleh hasil tes DNA baru.Tatapan Liane terlihat dingin dan sekretarisnya pun sampai membelalakkan mata. "Marshanda ini lancang sekali, dia berani memalsukan tes DNA!"Liane hanya memegang kertas laporan tes DNA itu, dia tidak seterkejut seperti saat Raisa menipunya.Liane memasang ekspresi tenang dan berkata, "Selama ini aku selalu percaya dengan Dokter Liam, kenapa dia membantu Marshanda?"Dokter Liam adalah dokter pribadi Liane, yang kali ini dipercaya Liane untuk melakukan tes DNA.Beberapa hari yang lalu, Dokter Liam dengan sangat percaya dirinya memberikan Liane hasil tes DNA dan mengatakan bahwa Marshanda adalah anak Liane. Namun sekarang semuanya sudah berubah.Liane selalu bermurah hati pada bawahannya, dia tidak percaya Dokter Liam bisa disuap Marshanda."Aku akan meneleponnya dan memintanya untuk datang," sahut sekretaris Liane."Ya, nanti kamu jangan bilang apa-apa. Bilang saja aku nggak enak badan."Liane tidak ingin Dokter
Tangan Morgan yang mencengkeram Reina terlihat menegang.Reina juga merasakannya, jadi dia melanjutkan, "Jauh sebelum kamu nikah sama Syena, aku tahu kalau dia suka sama kamu. Aku saja bisa tahu, kenapa kamu nggak sadar?"Morgan terdiam.Reina mungkin mengerti mentalitas seperti apa yang Morgan miliki."Saat itu kamu sudah tahu, tapi pura-pura nggak tahu?"Morgan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun ketika perkataan Reina mengenai lubuk hatinya.Melihat ini, Reina mencibir, "Ternyata memang benar seperti apa yang aku pikirkan. Kamu mengabaikan rasa suka Jess kepadamu. Sekarang, dia sudah menikah dan menyukai orang lain, kamu bilang dia berubah?""Dulu, aku memang salah menilai orang. Aku bersalah kepadamu, tapi aku nggak salah nilai Jess."Tenggorokan Morgan menegang.Dia tahu apa yang dikatakan Reina benar, tetapi dia masih belum bisa menerimanya."Nana, kenapa dulu aku nggak tahu kalau kamu pintar bicara?" Dia menundukkan kepalanya lebih dekat pada Reina, napas panasnya menerpa leh
Mata Brigitta sangat serius.Reina sedikit cemas. Dia telah memperhatikan beberapa pria sudah membantu Brigitta untuk menangkap boneka ini saat mereka bermain di sini.Sayangnya, semuanya gagal.Brigitta sangat cantik, bahkan jika dia sudah menjadi seorang ibu, beberapa pria masih berusaha mendekatinya.Reina menoleh ke belakang dan bertanya pada pemilik tempat ini. "Pak, boleh jual boneka itu pada kami?""Ini ...." Pemilik tempat ini pura-pura kesulitan. "Kalian bisa membawanya kalau bisa mendapatkannya lewat mesin capit."Begitu dia mengatakan ini, Revin menimpali."Apa koin ini cukup buat dapat boneka itu tanpa main dulu?" tanyanya.Bos itu melihat tumpukan koin game. Tanpa berpikir panjang, dia menganggukkan kepalanya berulang kali. "Cukup, sangat cukup. Tentu saja sangat cukup. Dengan banyaknya koin ini, mana mungkin nggak cukup?"Tidak lama kemudian, bos itu memanggil karyawannya dan mengeluarkan boneka itu, lalu menyerahkannya kepada Brigitta.Brigitta menoleh ke arah Revin, mat
Reina tersedak.Dia memang pernah berkata seperti itu dan selalu merasa seperti itu.Jika tidak menyukai seseorang, kenapa harus memberikan harapan kepadanya?Namun, ini tidak berlaku untuk orang asing. Orang asing hanya ditemui satu kali saja, jadi tidak perlu terlalu terang-terangan. Setidaknya, dia bisa mengatakan kepada mereka untuk tidak menghabiskan terlalu banyak uang."Sudahlah, kamu benar," kata Reina.Sudut mulut Revin terangkat lagi. "Jadi, lanjut main."Dia duduk di kursi gadis yang baru saja pergi, dengan cepat memenangkan kembali semua koin yang dihabiskan gadis itu barusan.Sebelum Reina sempat mengambilnya, Alana datang membawa beberapa tas besar berisi boneka.Dia datang membawa begitu banyak boneka, menarik perhatian banyak orang, terutama beberapa anak. Mata mereka berbinar-binar, memegang tangan ayah dan ibu mereka sambil menunjuk ke arah Alana."Tante itu dapat banyak boneka, hebat banget."Mereka mengira Alana sangat terampil, tetapi sebenarnya dia sudah menggunak
Reina menoleh ke arah gadis itu yang menunjuk ke arah Revin. Dia menggeleng dan menyangkal, "Bukan, kami cuma teman.""Teman?" Mata gadis itu berbinar. "Serius?"Reina mengangguk. "Hmm, ya."Gadis itu tersenyum ke arahnya. "Terima kasih."Reina bingung.Dia hanya menjawab jujur, kenapa gadis itu berterima kasih kepadanya?Setelah gadis itu berterima kasih pada Reina, dia bergegas menghampiri Revin.Segera setelah gadis itu pergi, beberapa gadis lain yang mendengar percakapan gadis itu dan Reina mulai melihat ke arah Revin, salah satunya bahkan mendekati Revin dengan berani.Reina sedikit termenung. Dia melihat gadis-gadis itu pergi dan berbicara dengan Revin, seketika menyadari apa yang sedang terjadi.Jadi mereka tertarik dengan Revin.Revin sekarang sudah berusia tiga puluhan, tetapi dia tidak kalah dengan talenta muda yang sering muncul di TV. Dia bahkan lebih tampan dari para selebriti itu.Reina melihat beberapa gadis mulai mendekati Revin, mencoba mendapatkan kontaknya. Melihat i
Di dalam arena bermain, semua orang memilih permainan yang ingin mereka mainkan.Brigitta melihat sebuah boneka lucu di dalam mesin capit dan langsung memutuskan untuk menangkapnya, lalu memberikannya kepada Erina.Alana menemaninya bermain mesin capit, sementara Gaby pergi memancing.Revin masih bersama Reina dan bertanya, "Kamu mau main apa?"Reina melihat sekeliling dan akhirnya memilih permainan lempar koin.Kebetulan ada beberapa kursi kosong di sini, jadi Revin duduk dan main bersamanya.Melempar koin, Reina menggunakan satu koin untuk mengenai sekumpulan koin. Semua koin yang berhasil dirobohkan akan didapatkan sebagai hadiah.Tentu saja, koin yang jatuh biasanya tidak banyak, karena pemilik tempat ini tidak mau rugi.Reina duduk dan bermain dengan sungguh-sungguh, bermain sambil berbincang dengan Revin.Revin tidak bersungguh-sungguh. Dia tidak terlalu tertarik dengan permainan ini, dia lebih ingin berbicara dengan Reina.Sudah lama sekali dia tidak bertemu dengannya. Dia menya
Alana tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria tampan itu."Ya, lama nggak ketemu, tapi Revin masih tetap tampan."Brigitta menatapnya. "Hati-hati nanti Jovan tahu.""Dia menggendong anaknya setiap hari dan nggak mau lepas, mana mungkin peduli denganku yang suka melihat pria tampan?" kata Alana sambil menatap Revin penuh kekaguman.Sejak Jovan memiliki anak, kepribadiannya langsung berubah. Dia tinggal di rumah setiap hari, tidak pernah keluar kecuali ada sesuatu yang penting di rumah sakit.Dia sangat sabar, setiap hari mengawal pengasuh membawa anak, takut pengasuhnya kurang baik dalam mengurus anaknya.Alana sangat senang karena Jovan seperti ini.Memiliki ayah yang bertanggung jawab akan membuat segala sesuatunya lebih mudah untuknya.Brigitta menghela napas tanpa daya.Revin menyapa mereka sebelum mencari tempat duduk.Alana mengajak Reina dan duduk di sampingnya.Dia berbisik pelan, "Nana, apa kamu sadar, kita lama banget nggak ketemu Revin, bukankah dia jadi lebih jantan?"
Entah bagaimana Adrian meninggalkan rumah sakit. Namun, setelah sampai di luar, tubuhnya gontai, pikirannya dipenuhi dengan tindakan Hanna saat berada di dalam bangsal barusan. Dia juga terus terngiang-ngiang apa yang dikatakan Hanna.Bagaimanapun, dia adalah seorang pria sejati, mana mungkin dia tidak ingin melakukan tindakan yang lebih intim dengan orang yang disukainya?Namun, dia juga takut menyakiti wanita itu.Sekarang, orang tua Hanna sudah merestui hubungan mereka, dia juga yakin bisa mendapatkan banyak uang ....Adrian sedikit tergoda .......Satu minggu kemudian.Reina dan sahabatnya mengunjungi pernikahan Sisil.Pernikahan Sisil diadakan di hotel paling besar di kota. Dia mengenakan pakaian berwarna putih, terlihat sangat cantik."Apa nggak apa-apa aku pakai gaun seperti ini?" Sisil berdiri di depan Reina dengan gugup.Reina menatapnya dan tersenyum. "Nggak apa-apa dong. Kamu cantik banget.""Untunglah. Jantungku sudah jedag-jedug nggak karuan." Sisil melangkah ke depan Rei
Seketika, penilaian Malik terhadap Adrian langsung berubah."Kamu yakin?"Jika perjanjian itu ditandatangani, di masa depan, keuangan milik Keluarga Sunandar benar-benar tidak terkait dengan Adrian. Kalaupun dia menikahi Hanna, dia tidak akan mendapatkan keuntungan sepeser pun. Jika suatu saat dia bercerai dengan Hanna, dia juga tidak akan mendapatkan harta gono-gini.Adrian mengangguk berat. "Aku yakin, asalkan Om mau menikahkan Hanna denganku, aku akan memenuhi semua syarat yang kalian minta.""Selain itu, kalau Om mau percaya padaku, aku akan berbakti kepada Om dan Tante." Adrian berkata dengan sungguh-sungguh.Malik terdiam.Bukannya tidak bersedia, dia hanya masih ragu.Dia adalah seorang pengusaha, jadi dia tahu bahwa hati manusia itu jahat."Sudahlah, kamu dan Hanna bisa menjalin hubungan. Kalau tahun ini hubungan kalian masih baik-baik saja dan kariermu melesat, aku akan merestui hubungan kalian." Malik menambahkan, "Tentu saja, sebelum kalian menikah, kamu harus tanda tangan p
Hati Hanna langsung cemas saat mendengar bahwa ayahnya menyuruh Adrian datang."Kenapa Ayah minta kamu datang?"Hanna khawatir ayahnya akan mempermalukan Adrian dan mengatakan sesuatu yang buruk.Adrian menggeleng. "Entahlah, katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganku.""Baiklah."Hanna berbicara sedikit tidak enak hati, "Kalau nanti Ayah bicara aneh-aneh, kamu jangan marah."Adrian tidak bisa menahan senyumnya."Jangan khawatir, aku nggak akan marah nggak peduli semenyakitkan apa pun perkataannya."Sebagai seorang pria, jika dia memiliki seorang anak perempuan dan akan diambil oleh orang lain, apalagi pria itu orang miskin, dia juga tidak akan menyukainya.Sebagai orang tua, siapa yang tidak ingin anaknya memiliki kehidupan yang baik?"Hmm."Ketika mereka berdua sedang berbicara, Malik dan Ines tiba.Mereka mendorong pintu dan melihat sikap manis keduanya, sedikit canggung.Malik berjalan menghampiri mereka, melewati Adrian dan mendekati putrinya."Kenapa dekat-dekat begitu s