Share

Chapter 4 - The Unknown Hero

Dua ribu tahun lalu, di wilayah kerajaan Iblis Vurfield, terdapat sebuah kastil yang megah berdiri di atas tebing curam, dikelilingi oleh hutan gelap yang tertutup kabut tebal. Kastil itu menjulang tinggi dengan menara-menaranya yang menjulang ke langit, terlihat seperti penjara bagi siapa pun yang berani mendekat.

Bangunan kastil tersebut terbuat dari batu-batu besar yang tampaknya sudah berusia ribuan tahun, dengan goresan-goresan gelap yang menghiasi dindingnya. Di pintu gerbangnya terdapat ukiran-ukiran aneh yang menyala dengan cahaya ungu kebiruan, memberikan kesan bahwa kekuatan magis yang tak terkendali berkeliaran di dalamnya.

Di sekitar kastil, terdapat tanda-tanda keberadaan energi sihir yang kuat. Pepohonan di sekitarnya tumbuh dengan bentuk yang aneh dan tak teratur, daun-daun mereka bergetar seperti berbicara dengan angin yang berhembus. Cahaya kebiruan berkilauan di antara pepohonan, memberi kesan bahwa hutan itu sendiri hidup dan memiliki kekuatan magis yang menjaga kastil tersebut.

Dalam kastil itu, sang tirani duduk di singgasananya yang terbuat dari batu hitam yang dipenuhi dengan aura kegelapan. Mata sihirnya bersinar dengan cahaya merah yang menakutkan, memancarkan kekuatan yang tak terbatas. Di sekelilingnya, pasukan iblis berjaga dengan penuh kewaspadaan, siap untuk mempertahankan kastil dari siapa pun yang berani menantang kekuasaannya.

Pertempuran antara sang tirani dan pahlawan yang berani menghadapinya terjadi di aula besar kastil itu, di tengah-tengah lingkungan yang penuh dengan energi sihir yang menakutkan. Cahaya ungu dan merah menyala dari sihir yang terbang di udara, menciptakan suasana yang tegang dan menegangkan. Setiap langkah pahlawan diiringi oleh suara gemuruh yang menggetarkan dinding kastil, seakan-akan alam semesta sendiri ikut mengetahui pertarungan epik yang terjadi di dalamnya.

Seorang pahlawan di depan nya sedang berdiri untuk melawan sang tirani dan membawa dunia menuju kedamaian.

"Berdamai katamu ...!! kenapa aku harus percaya dengan omong kosong mu ...!" getak sang pahlawan.

"Sesekali kau bisa percaya dengan ku ..." ucap sang tirani.

"Kau tidak pantas mengatakan damai saat tangan mu sudah berlumuran darah manusia ...!!" ucap Pahlawan itu dengan mengunuskan pedangnya kedepan.

"Lalu jika pun kau mau bertarung hingga akhir, kau tidak akan bisa mengalahkan ku ..." ucap sang tirani.

"Jangan sombong, jangan remehkan kekuatan suci ...!!" getak pahlawan.

Sang Spirit Agung Luna serta salah satu Spirit Agung lain nya bersiap untuk melawan sang Raja Iblis itu dengan kekuatan mereka. Kemudian Raja Iblis itu memegang dahinya sambil tertawa kecil. Pahlawan itu geram dan mulai menguatkan dirinya untuk menebas kepala sang Tirani yang ada di depan nya itu.

"Sudah ku bilang ... tindakan kalian hanya sia sia ..." ucap sang Tirani, "Misalnya ..." lanjutnya.

Raja Iblis itu bergerak dengan kecepatan super hingga mata mereka tidak bisa melihat kecepatan nya. Tangan Raja Iblis itu menusuk dada sang pahlawan dan menembus hingga Inti Sihir nya ia cengkram.

"GHAA!!" 

"Hanya sebatas ini kekuatan mu ...? aku adalah kebencian para manusia terdahulu ... selama kebencian itu ada, mau di bunuh berapa kali pun ... aku tetap akan bangkit seketika ..." ucap Raja Iblis itu.

"Bahkan manusia hanya begi-" ucap Raja Ibis yang kemudian dengan tiba tiba kepalanya tertebas dan terlempar hingga ke singgasana.

Setelah itu terlihat seorang gadis menggunakan pedang panjang nya yang tajam serta pakaian hitam dengan rambut terurai panjang berdiri di depan mereka setelah menebas kepala sang tirani saat itu. Dia perlahan berdiri dan menoleh kearah sang pahlawan serta menatap dengan tatapan tajam. Kemudian terdengar suara dari sekitaran singgasana yang membuat gadis itu berbalik dan menyempurnakan kuda kudanya.

"Hahaha ... sudah ku katakan ini hal yang sia sia ..." ucap orang misterius.

Dari singgasana muncul sebuah lengan lengan hitam yang menarik jasad sang tirani itu kedalam. Lalu muncul sosok tirani itu dari bawah dan mengguncang mereka, sungguh mereka terkejut dengan sejadi jadinya saat sang tirani itu kembali lagi.

"A- Apa ...!! dia ... bagaimana bisa ...?" kejut gadis itu.

"Pahlawan Rei Brirya tidak ... Kagami Rei ... dan Pahlawan Kasha ... senang bertemu dengan kalian ..." ucap sang Tirani.

Berbeda dengan sebelumnya, Aura ini benar benar sangat padat dan membuat beberapa iblis yang merasakan aura ini sampai mual mual dan bahkan pingsan. Kegelapan sejati dari sang Raja Iblis Tirani, keputusan yang salah bagi pahlawan untuk tidak menerima kesepakatan damai tersebut.

" ... "

" ... "

" ... "

Beberapa ribu tahun setelah itu di Era yang sudah Damai, Di Negeri Iblis Vurfield dimana semua sudah damai. Asahi nampaknya baru kembali dari akademi sihir. Kemudian dia mampir sebentar ke sebuah kedai makanan untuk makan siang. Dia secara kebetulan bertemu dengan adiknya yang sedang bersama rekan rekan satu tim nya namun dia tidak sadar kalau itu adiknya.

"Hei Adelia, itu bukan nya kakak mu ...?" ucap rekan nya.

"Hmm ...?" Adelia menengok dan terkejut melihat Asahi yang datang dan duduk di dekat Adelia.

Rumah makan itu ada sekat nya dan Adelia duduk bersebelahan dengan tempat duduk Asahi namun di sekat. Jadi Asahi tidak sadar kalau yang duduk di dekatnya itu Adiknya sendiri. Asahi pun memesan makanan dan memakan nya dengan cepat kemudian kembali. Adelia saat itu sangat gugup harus bagaimana jika bertemu dengan Asahi.

"..."

"..."

"Huuh ... untung saja tidak ketahuan ..." gumam Adelia.

Kemudian Adelia mengingat kejadian waktu lalu ketika dia, Asahi dan kedua orang tuanya sedang berkumpul di ruang makan. Mereka saling membicarakan prestasinya di akademi setelah di terima.

"Adelia ... kamu bagaimana sekolahnya ...?" ucap Izabella.

"Tentu baik ... tidak seperti makhluk setengah setengah itu yang selalu bermasalah ..." ucap Adelia sambil memejamkan mata dan dengan senyum lebar dan dada menonjol kedepan, menunjukkan sikap kepercayaan diri.

Semua terdiam seketika, hening tanpa suara sampai Izabella pun terdiam dan menatap Adelia dengan tatapan marah. Sampai kemudian Alfred memecah keheningan dengan menggebrak meja makan dengan kuat. Tau akan hal itu Asahi kemudian menggunakan sihir nya agar makanan nya tidak berhamburan. Karena gebrakan itu Adelia terkejut dan hampir jatuh dari kursinya.

"Apa yang sedang kamu katakan itu ...!!" getak Alfred.

"Ada apa ayah ...? aku hanya-" ujarnya yang kemudian di saut Alfred dengan kasar.

"Jangan panggil aku sebutan itu jika kamu masih menghina beliau ...!!" getak Alfred.

"Cepat minta maaf pada nya Adelia ...!" ucap lembut Izabella namun dia memendam amarah yang begitu besar.

Sambil menyandarkan dirinya, Asahi memindahkan keluarganya ke ruang tamu sebelum kembali makan malam, "Tenangkan dirimu Alfred, Izabella ... tidak perlu semarah itu ..." ucap Asahi dengan tenang.

"Tunjukkan kesopanan mu Makhluk setengah Spirit ...!!" getak Adelia.

Alfred geram dan dia hendak menghantam Adelia dengan sihirnya, "Mati kau Adelia ...!! Dunk Gel ...!!" teriak Alfred, namun seketika Asahi mengibaskan tangan nya dan menghancurkan serangan Alfred yang diarahkan kepada putrinya sendiri itu.

"Sudah ku bilang tenang ... aku tidak marah ..." ucap Asahi.

"Apa yang seben-" ucap Adelia di saut Asahi, "Diam dulu Adik kecil ..." ucap Asahi.

"Ma- maafkan Ayah ... tapi dia sudah menghina anda ...!!" ucap Alfred.

"Tolong maafkan dia, kami berjanji akan memberinya nasihat ..." ucap lembut Izabella.

"Spirit Leena, jika kamu mau marah silahkan saja ... tidak perlu menyembunyikan amarahmu segitunya ..." ujar Asahi.

Suasana tiba tiba tegang di sebuah keluarga, padahal sedang menikmati hidangan, namun karena satu ucapan anak tidak tahu diri malah menjadi malapetaka. Asahi pun mencoba menenangkan semua yang ada di ruangan itu termasuk para pelayan. 

Asahi meminta para pelayan untuk menyiapkan sebuah pedang yang sangat tajam. Dia meminta Adelia menggunakan pedang itu untuk menusuknya. Saat mata pedang itu sampai ke dada Asahi, tiba tiba arah pedang itu berbalik ke penyerang.

Alhasil, yang seharusnya pedang itu tertancap ke dada Asahi, malah menembus dada Adelia. Dia terkejut karena terjadi sangat cepat, Adelia pun terbanting ke lantai dan meronta ronta kesakitan karena dadanya terhunus pedang. Asahi pun mencabut pedang itu dan mengembalikan keadaan Adelia kembali seperti semula.

"Dalet ..." seketika rasa sakit Adelia hilang dan seperti mimpi saja.

Benar, waktu di mundurkan sampai sebelum Adelia tertusuk pedang didada nya. Lalu Asahi menanyakan hal serupa seperti yang dia tanyakan pada Edelina, "Apa yang kamu lihat Adik ku ...?" ucap Asahi menatap dingin Adelia.

Adelia tidak percaya akan hal itu, namun dia seperti sedang di eksekusi dalam sebuah ruangan oleh algojo dan Asahi melihat nya di singgasana. Dia menatap Adelia dengan dingin dan ketidakpedulian tinggi kepadanya.

"Ini bohong kan ...? tiba tiba saja akarku mengingat masa lalu ..." ucap Adelia.

"Apa yang terlihat ...?" ucap Izabella.

"Ra- Raja Iblis Tirani ... aku melihat Raja Iblis Tirani ..." ucap Adelia, kemudian dia bersimpuh didepan Asahi dan meminta maaf atas perbuatan nya.

"Katakan siapa nama Raja Iblis itu ...?" ucap Asahi.

" ... "

" ... "

"Asahi Minobu ..."

Dan sebab itulah Adelia harus bagaimana jika bertemu Asahi di luar, dia ingin bersikap hormat namun Asahi melarangnya.

"Ingat saja, kau tidak di perbolehkan membeberkan siapa diriku sebenarnya ..." ucap Asahi kala itu.

"Lalu bagaimana jika kita ketemu ..." tanya Adelia kala itu.

"Umm ..."

" ... "

"Begini ... kamu bicara seperti biasa saja ... asalkan mereka tidak menyadari identitasku ..." ujarnya kala itu, "Tapi ... ini aneh, kenapa mereka tidak menyadari ku ...? apakah nama Asahi begitu asing di ingatan mereka ...?" gumam Asahi setelah itu.

Asahi nampaknya kebingungan di saat itu, kenapa orang orang tidak ada yang mengenal Asahi satupun. Dan apakah nama Asahi terlalu asing di ingatan mereka, atau memang karena Asahi bermarga Chrimson jadi mereka tidak mengira Asahi adalah leluhur mereka.

" ... "

" ... "

"Demon Lord Asahi ..." ucap seorang gadis di tempat yang jauh dari negara iblis.

Gadis itu memutarkan bilah pedang nya yang mengkilap itu hingga wajah dingin nya terlihat di bilah tajam itu. Mata nya menatap tajam kearah bilah itu, dengan wajahnya yang sudah di penuhi oleh luka luka akibat pertarungan.

Gadis itu berdiri tegak dengan dua pedang, pedang satu di pegang dan yang satu lagi di gunakan untuk menyangga tubuhnya yang penuh luka. Sinar bulan menerangi wajahnya yang penuh tekad saat dia melangkah maju ke arah sebuah goa gelap yang tersembunyi di antara pegunungan. Langkahnya mantap, seolah dia memiliki tujuan yang pasti di dalam goa itu.

Seketika, angin berhembus keras dan kabut tebal menyelimuti sekelilingnya, menciptakan suasana yang mencekam. Namun, gadis itu tidak gentar, bahkan semangatnya tampak semakin berkobar-kobar.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status