THOMAS SAHABAT TULUS? ATAU MODUS? Keesokan harinya tepat pukul 07.00 setelah Lukas berolahraga, Thomas pun sudah datang. Dia melihat keadaa rumah yang rapi, bahkan yang mengejutkan Thomas beberapa perabot nampak asing. Berwarna gold dan beberapa bunga berwarna pink."Pasti ulah Davina," batin Thomas, dia tak menyangka pernikahan CEO dan Davina berjalan selancar ini. Padahal awalnya Thomas sempat berburuk sangka dan mengira pernikahan Davina serta Lukas hanya sandiwara saja. Dia melihat sekeliling nampak sepi, tak ada suara Davina."Dimana Davina, Tuan Lukas?" tanya Thomas."Sepertinya dia sudah berangkat lebih pagi ke kantor. Dia tahu jika kau akan ke sini," jawab Lukas."Mengapa dia langsung peka sekali dan pergi? Sungguh au tak mengira dia seperti itu," gumam Thomas yang masih bisa di dengar oleh Lukas."Ya, memang begitulah dia. Dia adalah wanita yang baik dan sangat peka, dia yang selalu mengertiku," ujar Lukas memuji Davina."Ada apa? Mengapa kau ke sini? Kata Davina ada sesua
SEBUAH KEPUTUSAN MENENTANG KELUARGA. APAKAH DEMI DAVINA?"Tuan, jika memang suatu saat kau memutuskan dengan keputusanmu sendiri, apalagi dewan komisaris juga sudah melihat betapa kerasnya kinerjamu selama ini. Rasanya aku yakin kau mampu bersaing dengan Tuan Sean secara sehat," terang Thomas."Apa maksudmu?" selidik Lukas."Apakah kau mau menghianati Papaku?" sambungnya setengah menyindir. Terdengar Thomas menghela nafasnya panjang, dia tersenyum kecut."Aku bukan mengkhianatinya, Tuan Lukas. Hanya saja aku berkata apa yang sebenarnya aku lihat. Tidak munafik Tuan, di dunia ini kita bekerja untuk mendapatkan uang apalagi keadaan orang tuaku sudah tua dan sakit-sakitan. Bukankah kau sendiri juga tahu bagaimana keadaanku? Kau yang selalu mendukungku sejak dulu. Saat ini aku bekerja dan aku pun harus mengirim banyak uang untuk mereka setiap bulan untuk ke rumah sakit dan makan," jelas Thomas."Mau kemana arah pembicaraanmu? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" tanya Lukas belum paham
Kedatangan Lukas di Jamuan Makan Malam "Ck! Memang tak bisa rasanya menyimpan rahasia barang sebentar saja di sini ya," sahut Tuan Liem. "Lalu apa masalahnya? Jika itu benar kau akan di pindah? Apa ada hal yang membuatmu tak suka? Kau jangan bertingkah, Lukas. Bukankah selama ini tugasmu memang berpindah-pindah? Kau berharap apa dari perusahaan ini?" tanya Tuan Liem. "Kau harus ingat statusmu," ucap Tuan Liem. Hal itu membuat Lukas tersenyum pahit, padahal selama ini dia tak pernah menuntut apa-apa dari kedua orang tuanya angkat itu. Bahkan dia sangat bersyukur sekali bisa ada di posisi ini. Tapi entah mengapa ucapan Tuan Liem kali ini membuatnya sedikit sakit hati. Apalagi dengan nada bicara Tuan Liem seperti itu, berkata seolah-olah Lukas bukanlah keluarga dan orang lain. "Pa, apa Papa lupa statusku? Bagaimanapun juga aku ini masih bisa dikatakan sebagai pewaris karena memiliki garis keturunan langsung dengan Eyang. Sedangkan Papa adalah menantunya," jelas Lukas. "Apa maksud
Kedatangan Seorang Wanita Asing "Wahh itu ya Tuan Lukas," bisik salah satu istri dewan komisaris. "Iya iya, tumben sekali dia datang ya. Padahal biasanya di saat genting seperti ini dia akan selalu membuat onar. Entahlah apa yang ada di pikirannya, andai dia menajdi anak yang baik seperti Tuan Sean rasanya jabatan CEO akan mudah di dapatkannya," sahut seorang Ibu-ibu lagi. "Ini ternyata alasannya selama ini. Aku akan pastikan semua segera terungkap! Rasanya bosan juga menjadi boneka," batin Lukas dalam hati. "Benar, apalagi suamiku juga mengatakan Tuan Lukas selalu tepat dalam membidik target, semua perusahaan yang di handle nya akan lolos tander. Tapi sepertinya dia tak terlalu berminat melanjutkan perusahaan, sedangkan Tuan Sean ah rasanya tak pantas membahasnya," imbuhnya. "Aku juga dengar gosip itu! Dia sangat payah kan?" bisiknya sambil cekikikan. Lukas tersenyum getir menengar percakapan dua ibu-ibu itu. Ternyata sudah menjadi rahasia umum tentang semua kelakuan Sean. In
NYONYA RITA DAN SEMUA TINGKAHNYA MISTERIUS!"Tapi dia itu sedikit unik unik unik," jelasnya lagi."Kenapa?" tanya Lukas."Dia itu hobi sekali bermain judi dan casino. Bahkan dia tak tanggung-tanggung saat berjudi dan entah kenapa dia selalu menang dalam setiap permainannya. Bahkan dia dijuluki sebagai dewa judi, hidupnya sangat privasi sekali. Dia benar-benar sosok wanita yang misterius," jawab Sean."Kau rupanya mengetahui banyak hal juga," sahut Lukas."Ck! Jujur saja, jika dia memiliki usia sepantaran kita rasanya aku akan jatuh cinta dengan wanita model begitu. Tak banyak bicara namun selalu berhasil mematikan lawannya. Bahkan dari dulu sampai sekarang. dia juga menggelontorkan banyak uang di perusahaan kita. Namun dia tak mau menduduki posisi komisaris," terang Sean."Wahh, aku cukup terkejut dengan seleramu," ucap Lukas."Aku memang suka wanita seperti itu. Lihatlah, bukankah sangat elegan sekali. Dari cara dia bertingkah laku. Apapun dilakukan elegan, namun di balik itu semua t
TELPON DARI IBU!"Oh ya ini dia," ujar Nyonya Rita sambil merogoh sakunya dia mengeluarkan sebuah kartu nama."Apa ini, Nyonya?" tanya Lukas."Ini kartu nama milikku. Jika kau mengalami kesulitan datanglah dan temuilah aku," ujar Nyonya Rita berbalik arah.Tanpa menunggu jawaban Lukas dan Sean, Nyonya Rita itu langsung pergi tanpa berkata-kata. Tingkah itu membuat Sean dan Lukas terbengong akan tingkahnya karena selama ini jarang sekali Nyonya Rita memberikan identitasnya kepada siapapun. Jika memang ada orang yang bertemu ingin bertemu dengannya, maka harus menghubunginya secara langsung dengan datang ke kantor."Gila! Kau benar-benar hebat, bagaimana bisa pesonamu membuat seorang Nyonya Rita takluk juga padamu?" tanya Sean. Lukas menggedikkan bahunya, namun seulas senyum tersimpul di wajahnya."Kau benar-benar bisa menembak orang yang bagus, Nyonya Rita. Sepertinya kita akan menjadi rekanan yang menguntungnkan," batin Lukas."Kenapa kau tersenyum misterius begitu?" sindir Sean."Ka
PANGGILAN TUAN LIEM!"Ada apa Lagi?" tanya Davina."Apa kau sudah memberitahu tentang rencanaku kepada tuan Lukas dan Tuan Liem tentang apa yang aku minta," jawab Mama Davina."Aku sudah bilang dari awal kepadamu kan? Aku tidak akan pernah melakukan hal itu. Aku tidak akan pernah mengatakan apapun kepada Tuan Lukas, apalagi kepada ayah Mertuaku, Tuan Liem. Tidak ada alasan untukku membantu Kan?" sahut Davina."Sialan kau! Mau kau jadi anak durhaka? Hah? Kau tak ingat bagaimana dulu? Tanpa aku kau bisa apa? Gelandangan yang akan di pinggir jalan," sanggahnya."Ck! Aku sudah memberi tumpangan rumah untuk kau dan Leo, kan? Jadi aku harap kau sedikit tahu diri. Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan tapi aku tak peduli hal itu," terang Davina.Dia menghela nafasnya panjang, berusaha menguatkan hatinya untuk tak gampang kasihan dengan orang lain. Lelah sudah selama ini dia mengalah, selalu tertindas karena perasaan bersalah dan simpatinya yang gampang luluh. "Hahaha kau lucu sekali. Ak
DAVINA MENYINGKIR? ATAU DISINGKIRKAN? SEMUA DEMI LUKAS? BENARKAH? "Permisi, selamat pagi Tuan," sapa Davina. "Ya, Masuk!" perintah Tuan Liem. Davina pun masuk, dia mengenakan setelan blazer berwarna ungu muda rambutnya digerakin nampak manis sekali. Begitupun Tuan Liem, dia mengenakan hem dengan warna hitam nampak kesan angker, dingin, dan maskulin. Terpancar dari wajahnya, meskipun pria itu sudah setengah baya namun tidak terlihat begitu tua di mata Davina. "Duduklah Davina!" perintah Tuhan Liem. Davina pun menganggukkan kepalanya. Dia sedikit membungkuk, menghormati, dan kemudian duduk di kursi tamu. Begitupun Tuan Liem, dia duduk di samping Davina mereka saling bersampingan. "Davina," panggil Tuan Liem. Davina mendongakkan kepalanya. "Apakah kau tahu kenapa aku ingin menemuimu hari ini?" tanya Tuan Liem. Davina menghela nafasnya panjang. Dia mengepalkan tangannya, sepenuh hati, jiwa, dan raganya sangat emosi, sedih, dan campur aduk saat ini. Dia sudah tahu bahwa maksu