Josef tampak bangga, lalu memandang Tobi dengan tatapan mengejek. 'Bocah ini baru teringat dengan identitasku sebagai tuan muda dari Keluarga Saswito? Dia pasti ketakutan. Sebentar lagi, dia pasti akan berlutut dan memohon ampun.'"Terlambat?""Nggak terlambat sedikit pun!"Tobi tersenyum, lalu berkata, "Kebetulan aku juga kenal salah seorang tuan muda dari Keluarga Saswito. Apa kamu kenal dia?""Panjat sosial?""Tobi, di saat kamu mau mati, kamu masih melakukan ini? Asal kamu tahu, tak peduli siapa yang datang hari ini, nyawamu sudah berakhir. Koneksi yang kamu punya itu pun nggak ada gunanya lagi."Beraninya bajingan ini merebut hati wanita yang disukainya? Bahkan, wanita itu rela berkorban untuknya, bagaimana Josef sanggup menerimanya?Tobi terdiam. Melihat tatapan yang lainnya, bahkan Susan sendiri juga beranggapan dirinya sedang panjat sosial, dia langsung berkata, "Jujur saja, aku kenal Yudi, tuan muda dari Keluarga Saswito. Kamu tahu dia?"Yudi?Bukankah itu putra sulung dari Ke
Memikirkan hal ini, Yudi makin kesal.Tak peduli siapa orang itu, jika dia berani merusak hubungan Tobi dengan keluarganya, Yudi pasti akan membuat nyawanya berakhir nahas.Apalagi, tanpa bantuan Tuan Tobi, Keluarga Saswito sudah pasti akan hancur.Baru-baru ini, Keluarga Saswito tengah dilanda musibah.Adiknya, Lindy Saswito, tak sengaja menyinggung Darel Capaldi, tuan muda Keluarga Capaldi di Jatra, yang mana tuan muda itu juga terkenal dengan sepak terjangnya yang kejam.Keluarga Saswito telah berusaha keras menyelesaikan masalah itu, tetapi Darel tidak hanya menuntut ganti rugi sebesar dua triliun, dia juga meminta Lindy mengikutinya selama sebulan agar wanita itu melayaninya.Mana mungkin Yudi dan ayahnya bisa menyetujui persyaratan seperti itu?Bukan hanya tidak rela mengorbankan Lindy seperti itu, tetapi mengeluarkan ganti rugi sebanyak dua triliun itu ibaratnya mengambil nyawa Keluarga Saswito.Walaupun Keluarga Saswito punya aset triliunan, tetapi aset tetaplah aset, kenyataan
Apalagi, Kak Tobi juga termasuk orang yang sangat baik.Itu sebabnya, dia masih membantu Tobi bicara.Menghadapi cercaan semua orang, Tobi pun angkat bicara, "Siapa bilang aku berpura-pura?""Masih nggak mau ngaku? Bukankah tadi kamu bilang mau telepon? Kenapa sekarang malah pura-pura menjawab telepon? Sepertinya, kamu nggak punya nomornya sama sekali, 'kan?" ucap Josef sambil tersenyum sinis."Berpura-pura?"Tobi menggelengkan kepalanya, lalu lanjut berbicara dengan si penelepon, "Yudi, bagaimana kalau kamu bilang sendiri kepadanya, apa benar aku berpura-pura?"Begitu kata-kata itu keluar, semua orang tersentak.Namun, Josef tertawa terbahak-bahak, lalu berkata dengan suara lantang, "Masih berpura-pura? Oh, jadi maksudmu, yang barusan meneleponmu itu Yudi?""Haha! Lucu sekali, benar-benar!""Apa begitu lucu?" ucap Tobi tak berdaya."Tentu saja. Kamu pikir kamu itu siapa? Yudi meneleponmu? Mana mungkin ada kebetulan seperti itu? Kami baru saja menyuruhmu menelepon Yudi, eh sekarang kam
Josef benar-benar ketakutan.Keturunan Keluarga Saswito memang banyak, apalagi garis kekerabatan.Ada banyak kerabat yang berprestasi dan status mereka lumayan tinggi, tidak seperti mereka. Bisa dikatakan, mereka termasuk kerabat jauh. Ditambah lagi, mereka tidak punya kemampuan ataupun prestasi, itu sebabnya jarang ada yang peduli dengan mereka.Namun, apa yang barusan dia lakukan? Beraninya dia menyebut nama Yudi langsung? Padahal, biasanya dia selalu memanggilnya Tuan Yudi dan sangat hormat kepadanya.Di hadapan Tobi, lantaran tak mengendalikan diri, dia banyak omong kosong, bahkan menuduh dan menghinanya berulang kali.Berdasarkan yang dia lakukan hari ini, sekalipun Tuan Yudi menghapus namanya dari silsilah Keluarga Saswito, dia juga tidak berani protes.Dalam situasi seperti ini, mana mungkin dia tidak takut?Saking takutnya, pikirannya mendadak kosong, bahkan dia tidak sadar di mana dirinya berada.Namun, ibunya Susan tidak tahu. Dia masih beranggapan Tobi sangat tak tahu malu.
"Benar, benar, itu aku," ucap Josef buru-buru.Lantaran pengeras suara diaktifkan, Susan dan orang tuanya juga bisa mendengar semua ini. Mereka tercengang.Ternyata Tuan Josef ini seorang penjudi, bahkan diburu karena berutang banyak.Apalagi, didengar dari nada suara Tuan Yudi, dia tidak mengenalnya sama sekali, jadi kenapa dia menyebut dirinya sebagai tuan muda?Tobi juga heran, lalu bertanya, "Yudi, dia bilang dia itu tuan muda dari Keluarga Saswito. Kamu nggak kenal dia?"Susan dan orang tuanya juga ingin tahu jawabannya."Tuan muda Keluarga Saswito?""Omong kosong! Tuan Tobi, ucapan ini bukan ditujukan untukmu, hanya saja, orang sepertinya mana mungkin bisa menjadi tuan muda Keluarga Saswito?""Selain perilakunya buruk, suka berjudi, sebelumnya dia juga punya banyak utang. Lantaran memandang marga kami sama, barulah ayahku bersedia membantunya.""Berdasarkan perilakunya, ditambah dengan kecanduan judi, dia bahkan menjual wanitanya sendiri ke klub malam demi uang. Orang seperti ini
"Tuan Tobi, aku minta maaf. Apa pun yang terjadi, dia juga termasuk anggota Keluarga Saswito kami. Lantaran berani menyinggungmu seperti ini, aku pasti akan memberimu penjelasan.""Kuserahkan Josef kepadamu, biar kamu yang menanganinya sendiri!""Terserah mau bunuh atau apa, aku akan bertanggung jawab!" ucap Yudi dengan tegas.Kata-kata itu seketika membuat nyali Josef menciut.Ibunya Susan juga tak kuasa menyembunyikan rasa takut yang dihadapinya. Apa Tobi begitu kejam? Josef hanya memprovokasinya, tetapi sudah mau dibunuh? Apalagi, teringat dengan apa yang barusan dilakukan ibunya Susan, bukankah itu lebih parah dibandingkan ini?Apa dirinya juga bakal berakhir tragis? Membayangkan hal itu, ibunya Susan segera meminta putrinya memohon pengampunan untuknya.Susan juga kaget."Ok, kalau begitu, kututup ya," ucap Tobi mengakhiri pembicaraan.Yudi yang diseberang sana tampak pasrah. Padahal dia berencana untuk meminta bantuan, tetapi siapa sangka akan terjadi hal seperti itu? Dia hanya b
Tanpa perlu Tobi turun tangan pun, Josef sudah ditakdirkan akan berakhir. Itu sebabnya Tobi tidak melakukan apa-apa kepadanya.Prang!Gelas itu tepat mengenai kepala Josef dan langsung hancur berkeping-keping. Darah segar seketika mengucur dari dahinya.Awalnya, ibunya Susan mengira Tobi begitu mudah diajak kompromi. Dia malah berencana untuk mengorek informasi dari Tobi sekaligus ingin tahu identitas sebenarnya pria itu.Namun, sekarang tidak lagi. Adegan itu sudah membuatnya ketakutan. Suasana hatinya mendadak berubah.Terlebih lagi, dia barusan telah memperlakukan Tobi dengan begitu kasar. Bagaimana kalau Tobi membuat perhitungan dengannya? Hal ini tentunya membuatnya bertambah gugup dan takut.Wajah Josef pucat pasi, tetapi dia sama sekali tidak merasakan sakit di dahinya. Dia hanya berulang kali meminta maaf, "Ya, ya, maaf, aku akan pergi dari sini, sekarang juga!"Usai mengatakan ini, dia langsung membalikkan badannya dan berlalu dengan cepat.Entah karena gugup atau takut, kakin
Susan pernah melihatnya dari berita. Saat berita Keluarga Sunaldi punya kepala keluarga baru keluar, dia sempat kaget lantaran Winson masih sangat muda. Awalnya, dia masih tidak begitu percaya.Mereka yang bekerja di bagian penjualan pasti tahu banyak informasi seperti ini.Sejauh yang dia tahu, Keluarga Sunaldi termasuk keluarga terhormat di Kota Tawuna. Bagi keluarga kecil seperti mereka, bisa bertemu dengan anggota keluarga kaya legendaris itu bukanlah hal yang mudah."Benar, kamu siapa?"Winson melirik Tobi, lalu berkata dengan hati-hati, "Kakak Ipar?"Sebutan "Kakak Ipar" itu sontak membuat wajah Susan merona. Dia malu sekaligus senang.Tobi tampak tak berdaya. Apa yang seharusnya dia jawab?Ibunya Susan kini tidak berani memanggil nama Tobi langsung. Mendengar pertanyaan itu, dia buru-buru memperkenalkan putrinya, "Ya, ya, dia pacarnya Tuan Tobi."Dilihat dari ekspresi putrinya, Tuan Winson ini sepertinya sangat hebat. Apa Tobi dikelilingi begitu banyak tuan muda yang hebat?Mend