Happy Reading Semuanya! “Gue bakalan nikah dalam waktu dua hari,” Semburan air dari dalam mulut Erika membuat Sisi dan Zara hanya bisa menatap kesal perempuan yang kini tengah fokus pada Irene di sebelahnya tampak menaruh kepalanya di atas meja dan memandang lesu ketiga temannya. Irene harus memberitahukan ini pada sahabatnya. “Ish! Jijik banget! Kebiasaan banget deh!” omel Sisi “Enggak apa-apa biar fresh,” sahut Irene lesu “Fresh kepala lo! Semburan dia penuh bakteri sama virus. Fresh dari mananya!” kesal Zara membuat Erika hanya memandang tajam kedua korban dari semburannya itu. Irene hanya terkekeh pelan mendengar omelan dari kedua teman di depannya itu. “Irene! Sumpah gue enggak nyambung sama apa yang lo bicarakan tadi. Coba repeat ulang kalimat lo barusan, kali saja telinga gue bermasalah. Coba ulang,” pinta Erika “Gue bakalan nikah dua hari lagi.” Ucapan Irene kini tampak santai di bandingkan sebelumnya, toh ketiga sahabatnya itu sudah mendengar sebelumnya. “What? Mend
Happy Reading Semuanya!!Mira merasa hidupnya berantakan dan tidak berarti lagi, ia membutuhkan seseorang yang mendukung psikis kejiwaannya. Tidak ada yang mendukungnya saat ini karena semua berpusat pada Irene, apakah ia harus berontak juga agar mendapatkan perhatian dari keluarganya. Bahkan keluarga Rangga terlihat berpihak pada adiknya yang memiliki sejuta keberuntungan dan hanya satu kesialan yaitu mencampuri kehidupan rumah tangganya.Mira harus mengaku jika kehidupan rumah tangganya terasa hambar, ia tidak menyalahkan Rangga juga. Lelaki yang menjadi suaminya begitu perhatian entah pada dirinya atau keluarganya, tapi yang jelas Mira sedikit merasakan hambar. Ia juga mudah cemburu saat Rangga dekat dengan Irene. Berantakan sekali kehidupan mereka.Tatapan matanya mengarah pada ponselnya yang menampilkan nama Crist disana. Entah apa maunya lelaki itu karena terus menghubunginya terus menerus.From: CristYou having a bad day? Do you want to come accompany me to remember all the me
Happy Reading Semuanya! Ini bukan harinya untuk berbahagia karena pada hari ini ia harus memilih sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan bahkan duga. Sumpah ingin sekali Irene mengigit anarkis tangan di pundaknya sekarang ini, lelaki yang menjadi kakak iparnya benar-benar modus ingin sekali bersikap kalau dia adalah tunangannya. Irene sama sekali belum menerima semuanya meskipun sudah beberapa kali lelaki itu menyogoknya dengan makanan. “Mas bisa enggak sih lepas!" "Kenapa?" tanya Rangga. "Saya risih,” jawab Irene kesal. Rangga hanya tersenyum tipis, “Bukan kah kita romantis? Biar pegawai yang bekerja di tempat ini tahu kalau kita saling mencintai,” ucap Rangga santai Irene menggigit tangan Rangga di pundaknya dan berjalan meninggalkan lelaki yang kini mengaduh kesakitan. Siapa suruh berani dengan dirinya. “Tapi kenyataannya kita enggak saling cinta, saya cinta Mas Risky dan Mas cinta Kak Mira. Lagian heran deh! Kenapa sih kita perlu cincin nikah? Kan bisa pakai cincin imitasi ya
Happy Reading Semuanya! Keluarganya membuatnya lelah. Ia sangat lelah menghadapi semuanya, tenaganya sudah terkuras untuk memilih cincin pernikahan dan kini ia harus berhadapan kembali dengan sebuah gaun pernikahan. Hal yang ia lakukan saat ini membuatnya sadar jika pernikahannya semakin jelas dan semakin dekat. Rangga sendiri tampak menikmati apa yang dilakukan saat ini. Berbanding terbalik sekali dengan Irene. “Kakak sudah menyiapkan gaun pernikahan yang bagus untuk kamu,” “Kenapa kakak harus menyiapkannya? Apakah kakak yang akan menikah? Ini adalah pernikahan aku, biarkan aku memilih gaun pernikahan yang aku suka.” Irene menatap sang kakak kesal. “Tapi kakak yakin pilihan kakak sekarang ini pasti membuat kamu suka, ini selera kamu. Bagaimana jika kamu mencoba dulu gaun pernikahannya? Baru jika kamu enggak suka bisa membuatnya.” Irene hanya mengeraskan rahangnya dan berjalan menuju sofa ruang tengah rumahnya. Keluarganya begitu semangat untuk mencari gaun pernikahan, bahkan me
Happy Reading Semuanya!Iris mata Irene memperhatikan rumah asing dua lantai di depannya itu tidak mengerti, bahkan semuanya terasa asing. Rumah ini terlalu jauh untuk dirinya pergi ke kantor di banding rumah keluarganya. Tatapannya berdalih pada Rangga yang membuka pintu mobilnya dan mengulurkan tangannya agar ia berada di dalam genggaman lelaki itu.“Ini hadiah dari Mami sama Papi saat saya usia 20 tahun, rumah ini enggak ada yang tahu termasuk kakak kamu. Hanya orang tua saya yang tahu dan nanti ketika kita menikah bilang saja kita akan tinggal di apartement, bukan saya ingin jahat hanya saja—saya takut kamu terus di desak oleh Mira atau bahkan menyebabkan masalah lainnya. Saya ingin kamu mendapatkan yang terbaik Eva,” Rangga menepuk pelan pundak dari adik iparnya itu.“Jadi kita tinggal di sini? Lalu Kak Mira? Bukan kah jatuhnya enggak adil? Ibaratnya begini, saya sama Mas menikah mempunyai rumah besar, bagus seperti ini dan Mas menikah sama Kak Mira masih tinggal di di rumah ber
Happy Reading Semuanya!Otaknya benar-benar kosong, sangat kosong mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Irene sepertinya sebentar lagi akan menjadi orang gila mengingat orang yang membuatnya menjadi seperti ini, ia sama sekali tidak tahu harus berkata apa-apa lagi untuk menghadapi kehidupannya sekarang ini, semuanya berputar seperti mimpi buruknya. Masalahnya belum selesai tapi sudah mengakar kemana-mana.Bahkan hari yang seharusnya ia melarikan diri tetap hadir membayangi dirinya. Ia tidak ingin melakukan pernikahan dengan orang yang membuatnya hampir gila seperti sekarang ini."Irene," panggil MiraTidak ada sahutan."Irene," panggil Mira lagi.Gadis cantik itu tampak menoleh kearah sang kakak yang kini tersenyum manis."Kenapa melamun?" tanya Mira"Enggak," ungkap Irene."Enggak apanya? Kakak sudah memanggil kamu dari tadi, kamu hanya melihat kosong kearah depan."Irene hanya tersenyum singkat dan menghela napas pelan, memang benar dirinya melamun karena mengingat kelakuan gila
Happy Reading Semuanya! “SAH!” Seruan terakhir yang menggema di seluruh ruangan membuat Irene dengan Rangga resmi menyandang sebagai suami dan istri. Rencananya tadi ia memang ingin kabur tetapi melihat tatapan dari ibunya Rangga dan ayahnya membuat nyalinya terasa ciut. “Silakan untuk kedua mempelai memasang cincin sebagai tanda kalau kalian sudah menikah,” Rangga tersenyum sembari memasangkan cincin di jari manisnya. “Kamu cantik hari ini,” bisik Rangga tepat di telinga Irene . “Jadi sebelumnya saya enggak cantik, semua orang mengakui kalau saya cantik setiap hari.” Rangga terkikik pelan, “Tapi hari ini cantiknya double dan saya semakin suka.” Irene bergidik ngeri mendengar jawaban dari sang suami barusan. Memang tidak bagus mengajak bicara seorang Rangga di saat seperti ini. Tangan Irene memasang cincin hasil request kemarin pada jari manis milik Rangga dan membiarkan lelaki yang kini menjadi suaminya itu mengecup keningnya lembut. Tadinya Irene ingin sekali mendorong
Happy Reading Semuanya! Irene sibuk mengurung diri di dalam kamarnya sebelum mereka pergi menuju tempat yang namanya bulan madu. Dan sekarang orang yang bisa ia suruh adalah Rangga, suaminya mendadak jadi pembantunya untuk mengambilkan makanan untuknya dan sekarang lelaki dengan wajah rupawan tampak mengambil ice cream untuknya. "Mas ngambil ice cream saja lama sekali! Mas mengambilnya di Hongkong?" tanya Irene kesal. "Bukan, Mas membuat jus dulu." "Alasan!" kesal Irene. Rangga hanya menghela napas pelan dan memberikan mangkuk berisi ice cream yang seperti biasa di sediakan untuk mendinginkan kepala Irene ketika pusing dengan urusan kantor. "Apa yang kamu bilang dengan Mira?" tanya Rangga setelah mengunci kamar mereka. "Enggak ada," "Jangan berbohong, mas tahu semuanya sayang." Perempuan cantik itu berdecak pelan, "Kalau sudah tahu kenapa pakai tanya segala? Nyebelin banget sih!" kesal Irene. Rahang Rangga mengeras. Lelaki dengan wajah tampan itu tampak mengukung tubuh Iren