Bau kayu cendana. Itu adalah respon pertama yang bisa otaknya cerna. Wangi tubuh Ariston melumpuhkan seluruh kinerja otaknya. Ada apa dengan reaksi tubuh sialannya ini? Presley tidak punya pengalaman apa pun tentang laki-laki. Sejak dulu hidupnya hanya berputar pada pekerjaan dan juga adiknya. Adiknya! Kalimat terakhir mengirim sengatan menyakitkan pada simpul syarafnya. Seolah ada tangan tak kasat mata yang memukul tepat di ulu hatinya. Presley sekuat tenaga mendorong tubuh Ariston.“Jangan menyentuhku!” geramnya menatap Ariston berang.Ariston terhuyung, sedikit kehilangan keseimbangan. Matanya menatap Presley tajam.“Jangan menggunakan trik tarik ulurmu padaku, Presley. Itu hanya membuktikan kalau kau benar-benar wanita murahan.”“Sialan kau Ariston!” Presley berjalan dengan langkah lebar, mengabaikan aura berbahaya yang dipancarkan Ariston. Matanya berkilat marah. “Meski kau laki-laki terakhir di dunia ini, aku tidak akan menyerah pada rayuan busukmu yang menjijikkan!”“Oh iya? Ka
“Apa yang kau lakukan dengan mengendap-endap seperti pencuri?” tanyanya tajam menatap Presley yang masih berbaring di bawah tubuhnya. Aroma wanita ini begitu memabukkan. Ariston harus berusaha keras memusatkan perhatiannya agar tidak teralih.Presley yang tidak nyaman dengan posisi mereka berusaha melepaskan diri. “Tolong?”“Tidak. Katakan apa yang kau lakukan?”“Aku tidak melakukan apa pun!”Ariston mendengus tidak percaya. “Apa kau berhasil mencuri sesuatu?”Presley tertawa sinis. “Sepertinya otakmu bermasalah Ariston. Kau butuh ahli untuk mengatasi kesinisanmu itu.”“Kaulah yang bertindak tidak masuk akal dan kau memintaku menemui ahli?” tukasnya dingin. Ariston menarik paksa tubuh Presley agar wanita itu berdiri.“Tetap diam,” bentaknya. Ariston menunduk, memegang kaki Presley“Kau pikir apa yang kau lakukan?”“Menurutmu?” tanyanya balik, tidak memedulikan tatapan menusuk Presley. Tangannya terus menerus bergerak meraba tubuh Presley mulai dari kaki, paha, perut dan … Ariston mene
Ariston melempar majalah yang dia baca dengan kekuatan berlebih. Tawa yang lebih mirip cibiran menguar dari mulutnya. Dia melirik dan tersenyum kecut saat melihat wajahnya yang tersembunyi di balik kilatan cahaya dengan Presley dalam rangkulannya menghiasi sampul depan majalah gosip.Bagus sekali.Dia tidak pernah tertarik dan tidak pernah terusik dengan pemberitaan gosip murahan yang seringkali mendramatisir cerita demi mendapatkan berita yang membuat pemburu gosip bersorak riang.Simpanan miliuner Yunani?Perempuan penghuni pulau keturunan Kavakos?Dia mungkin harus memberikan penghargaan pada pembuat berita murahan itu. Dia penasaran, bagaimana tanggapan Presley jika melihat majalah ini. Pastinya dia bahagia karena berhasil menjadi pusat perhatian bukan, batin Ariston muram.Wanita itu berhasil mendapatkan publisitas dan juga ketenaran. Wanita bodoh mana yang mampu menolak itu semua? “Tuan?”Ariston menoleh. Bart berdiri di ujung pintu, terlihat canggung. “Ada apa?”“Ms. Presley m
Presley hampir saja meledak tawa mendengarnya. Menjadi kekasih seorang Ariston? Bahkan dalam mimpi terliarnya sekali pun hal itu tidak pernah terjadi. Presley menatap Ariston, menunggu pria itu tertawa dan mengatakan kalau dia hanya bercanda. Tapi tidak ada. Laki-laki itu hanya berdiri di tepi kolam, menunggu jawabannya.“Kau pasti bercanda,” tukasnya bingung.“Bagian mana dari kalimatku itu yang mengandung candaan Presley?”“Tapi itu tidak mungkin!” pekiknya tidak percaya, menatap Ariston horor. Kalau bukan karena takut dengan situasi mereka sekarang, dia pasti sudah tertawa.‘Kenapa tidak mungkin?”“Karena aku membencimu, dan kau membenciku, dan kalau kau lupa, adikku mati karena kekejamanmu Ariston!”“Kau tetap berpikir kalau aku yang membunuh adikmu?” bisik Arsiton tenang.“Tentu saja! Hanya kau kekasih yang dia miliki dan foto kalian sudah menjadi buktinya,” tukasnya berang.“BART!” teriak Ariston memecah kebekuan diantara mereka. Presley berjengit melihat kemarahan Ariston. Apa
Mereka tidak pernah bicara sejak insiden mengerikan di dalam kolam. Presley memilih bersembunyi kapanpun dia melihat Ariston. Dia bahkan menjauh saat mendengar langkah kaki laki-laki itu. Ya, bisa dikatakan dia mengabaikan tugasnya, tapi dia tidak peduli. Kemarahan dan penghinaan yang Ariston lakukan padanya sudah cukup membuatnya merasa muak untuk melihat wajah pria itu. Dia menjauh kapanpun wajah Ariston menunjukkan diri dan baru muncul saat yakin kalau laki-laki itu telah pergi.“Kau baik-baik saja?”Bart, satu-satunya pelayan yang ada di penthouse ini menatapnya dengan sorot ingin tahu.“Aku baik,” jawab Presley sekenanya. Tangannya terangkat untuk mengikat rambut panjangnya menjadi ekor kuda.“Apa kau sedang menghindari Tuan Ariston?”Tubuhnya menegang hanya dengan mendengar nama pria itu disebut. Presley berusaha menjaga suaranya tetap terdengar biasa.“Tidak mungkin. Tidak ada tempat di rumah ini untuk bersembunyi.” Presley tersenyum, senang dengan guyonannya sendiri.Bart meng
Andai saja dia memakai topi atau setidaknya kaca mata, mungkin ini akan membuat semuanya lebih mudah. Prelsey berjalan, sesekali mengamati sekitar. Tidak mungkin ada yang bisa mengenalainya, mengingat dia belum pernah menginjakkan kaki di tempat ini. Tapi Presley tahu tempat ini. Bekerja sebagai pelayan membuatmu tahu tempat hiburan terkenal dan yang biasanya didatangi orang banyak.“Tunjukkan kartu, Anda.”Sial.Ini tempat ekslusif jika dia harus memiliki kartu anggota. Presley tersenyum, berharap penjaga bertubuh besar di depannya ini tidak menyadari kegugupannya.“Saya mencari Eva Wetherspoon. Dia anggota tetap di club ini,” dustanya. Berharap kalimatnya mendapat bantahan. Tidak mungkin adiknya memiliki kartu anggota di tempat seperti ini.“Silahkan pergi!”Si penjaga berkaos hitam ketat mendorongnya menjauh.“Tu-tunggu!” Namun Presley langsung berhenti saat mendapat tatapan membunuh dari penjaga club. Nyalinya ciut, tidak memiliki keberanian untuk membantah. Memutuskan tidak ada y
Presley kembali menatap foto-foto yang sekarang berserakan di atas tempat tidur dengan seksama. Mengabaikan tusukan menyakitkan yang menghujam jantungnya. Presley menarik napas dalam-dalam. Dia harus mencari tahu, hanya ini satu-satunya cara agar dia bisa tenang dan bisa membuat keputusan.Presley mengambil jubah tidurnya dan bersiap keluar. Tidak adanya penghuni selain mereka bertiga sedikitnya membuat Presley merasa ingin segera keluar dari tempat ini. Dia mungkin akan melakukannya jika apa yang selama ini dikatakan Ariston benar.Presley menyusuri koridor demi koridor yang memanjang di sepanjang lantai satu penthouse milik Ariston, menaiki tangga melengkung yang dilapisi karpet merah berbahan sutra dengan langkah besar. Begitu berada di depan lift, Presley bergegas memasukinya. Dia harus mencari tahu kebenarannya dan hanya satu orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.Presley menunggu pintu lift terbuka. Mendadak keraguan melandanya. Mungkin ini keputusan yang buruk? Belum sele
“Malam ini aku akan menjadikanmu milikmu.”Kata-kata itu berhasil membuat Presley lemah, merasa berharga karena untuk pertama kalinya dia merasa diinginkan oleh seseorang. Presley gemetar di seluruh tubuh saat merasakan tangan Ariston menjelajah di seluruh tubuhnya, menyusup ke balik baju tidurnya.“Kau berbeda dari wanita lainnya, Presley.”Kalimat itu berhasil menyentak kesadaran Presley, menariknya dari gelembung gairah yang sempat menguasainya. Dia pulih dalam sekejap. Presley berusaha melepaskan diri dari kungkungan Ariston. Harusnya dia sadar, harusnya dia tahu, bagi Ariston semua wanita sama, hanya selingan pemuas nafsu yang bisa dibuang kapan pun dia merasa bosan. Kenyataan pahit ini mengirimkan rasa sakit pada ulu hatinya.“Tidak!” bisiknya susah payah.Ariston yang tidak menyadari pemberontakan Presley kembali melanjutkna serangannya. Mulutnya bergerilya di cekukan leher Presley.“TIDAK!” teriak Presley dan kali ini mendorong Ariston sampai laki-laki itu terhuyung. Presley s