Dean mengetuk-ngetuk setir mobilnya, sesekali dia melihat arlojinya kemudian mengedarkan pandangan ke luar parkiran. Dean mengecek ponselnya tapi tak ada pesan masuk. Dia memang sedang menunggu seseorang, sebenarnya ini bukan acara kencan, tapi entah mengapa jantungnya berdegup karena gugup. Ya, perihal menunggu memanglah tidak enak.
Saat melihat sosok yang ditunggunya, Dean menurunkan kaca mobil lalu memanggil orang tersebut untuk masuk.
"Sorry, lama ya?" tanya Laras merasa tak enak pada Dean.
"Gak apa. Dari ruangan Pak Septa ya?"
"Iya, lo tau dia kalau ngerivisi sering diselingi dengan curhatan. Capek gue dengerinnya."
"Hahaha bukannya abis tu lo jadi dapat bahan gibahan."
"Cita Yudha tuh yang demen gibah, gue mah enggak."
"Halah."
"Ya ikut juga sih kadang. Eh ini kita berdua aja? Jeff sama Tyo mana?"
"Nggak ikutlah, ngapain. Mereka juga gak ngerti musik." jawab Dean. Lelaki itu memang mengajak Laras pulang be
Laras menyuapkan potongan cheese cake pesanannya yang sudah setengah sambil mengamati Dean dan Dara yang mengobrol. Lalu Dean kembali bersandar pada bangkunya dan Dara kembali pada aktivitasnya mendengarkan lagu."Kalau gak dapat gak apa, gue jadi ngerepotin banyak orang gini." bisik Laras seraya menyenggol lengan Dean."Santai lah, nanggung. Pasti dapat kok." jawab Dean.Sebenarnya Laras juga tak tahu pasti apa motivasi Dean ingin membantu Laras menemukan judul lagu itu sampai segitunya, padahal awalnya dia cuma iseng menanyakan hal itu pada Dean. Jika Dean tahu ya syukur, kalau tidak ya sudah. Tidak masalah baginya. Sekarang dia malah menyuruh orang lain untuk turut membantu mendapatkan judul lagu dari melodi yang sebenarnya memang ada atau tidak, Laras tidak tahu pasti."Aduh, aku familiar sama melodinya, tapi masih belum nemu." ucap Dara geram, entah sudah keberapa kali dia mengucapkan hal yang serupa.Sudah hampir satu jam mereka duduk disini,
Laras memastikan kembali isi tasnya sudah dipenuhi dengan barang-barang yang dia perlukan saat camping nanti. Dia menyempatkan mengecek air, listrik dan menutup jendela karena rumahnya akan ditinggalkan selama beberapa hari. Dari luar terdengar perdebatan antara Yudha dan Cita yang sudah tak asing lagi di telinga Laras. Yudha sedang protes tentang koper bermuatan besar yang dibawa Cita, katanya itu akan memenuhi mobilnya saja.Sepulang dari kantor tadi, mereka berkumpul di rumah Laras untuk pergi bersama dalam rangka membantu Laras di kegiatan Persami tahunan panti asuhan. Sebenarnya Laras berniat hanya mengajak Cita dan Yudha, tetapi Jeff dkk yang mendengar hal itu juga minta ikutan. Tentu dengan senang hati Laras mengiyakan karena jika banyak yang membantu maka semua akan lebih baik, pikirnya.Saat Laras selesai memeriksa keadaan rumah, dia hendak mengangkat tas jinjingnya sampai sebuah tangan mendahuluinya.“Sudah bawa jaket?”Laras mengerj
Laras duduk di teras depan ditemani Cita dan Jhony, mereka membicarakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama persami nanti. Persami akan dilakukan selama dua hari dan mereka harus menyusun kegiatan acara mulai dari kedatangan, acara malam, hingga akhir acara. Laras membacakan rundown acara tahun lalu dan Cita siap dengan pulpen dan notes kecil di tangannya. Sesekali Jhony memberikan saran tentang tambahan acara dan merombak lagi kegiatan yang sudah ada. Laras memang ingin ada sesuatu yang baru di persami tahun ini, selain mengusung tema menyatu dengan alam, Laras ingin menambah unsur edukatif tetapi juga ingin anak-anak merasakan kegembiraan dan keseruan bersama-sama.Walau malam semakin larut tapi para anak muda ini tak langsung merebahkan diri mereka di kasur yang sudah disiapkan di kamar panti yang kosong. Sementara tim Laras masih sibuk dengan kegiatan acara, pada lelaki lainnya juga sibuk mempersiapkan peralatan kemah yang akan dibawa besok.Mulai dari ten
Pagi-pagi sekali anak-anak panti sudah berbaris di halaman. Bahkan matahari belum juga menunjukkan wujudnya tetapi mereka sudah berkumpul dengan semangat. Tidak ada terlihat wajah yang mengantuk, semua sibuk dengan tas bawaannya dan mengobrol sesama temannya menceritakan berbagai hal dengan senyum terpatri jelas di wajah mereka.“Anak-anak, ayo berbaris yang rapi. Danu dan Bima sebagai pemimpin barisan, siapkan barisannya masing-masing.” terdengar suara Laras memberi perintah dengan sebuah pengeras suara digenggamannya.“Barisan siap!” jawab Danu dan Bima serentak. Adik-adik panti yang akan mengikuti kegiatan persami sudah berbaris rapi. Mereka mengenakan seragam pramuka lengkap dengan atributnya karena acaranya nanti akan dibuka dengan upacara dan dilanjutkan dengan kegitan kepramukaan lainnya.Laras pun kembali mengambil alih barisan dan memberikan kata sambutan secara singkat sebagai pembuka kegiatan mereka. Saat ini mereka bersi
Jhony dan Laras sudah kembali ke tempat api unggun yang dibuat di tengah-tengah tenda yang berkeliling rapi. Anak-anak panti memang sengaja disuruh tidur dan mereka tidak tahu akan ada acara jelajah malam karena kegiatan ini memang puncak acaranya. Mereka akan dibangunkan lepas tengah malam nanti dan harus menyelesaikan sebuah misi walau dalam keadaan mengantuk. Disitulah keberanian, ketangkasan, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari satu harian tadi diuji. Cita tampak sedang berdiskusi dengan Dara dan Yudha, di seberangnya terdapat Dean yang duduk memeluk kakinya sambil bersenandung pelan ditemani alunan gitar yang dimainkan Tyo. Pemandangan itu langsung menarik perhatian Laras dan berniat untuk bergabung sebelum sebuah interupsi datang. “Guys, kumpul sini. Kita briefing dulu.” titah Cita meminta atensi para panitia. “Laras, kemana aja sih gue cariin.” tiba-tiba Jeffri muncul dengan napas terengah. “Tadi kesana sebentar, lo dari mana?” ta
Laras melihat jam tangannya dan segera membereskan barang-barangnya. Dia segera keluar dari ruangan kantor menuju pantry untuk membasahi tenggorokannya sebelum pergi untuk menemui klien. “Pas banget, sini Ras, duduk!” ucap seseorang yang dia temui di dalam pantry. “Lo dari tadi disini? Gue pikir meeting.” jawab Laras sembari mengambil air mineral dari dispenser yang tersedia di pojok. Kemudian dia langsung duduk di kursi tepat di hadapan lelaki dengan secangkir kopi di tangannya. “Gue lagi pusing.” ucap Yudha. “Laporan lo direvisi lagi ya?” tanya Laras yang langsung dijawab dengan gelengan Yudha. “Jadi?” tanya Laras lagi. “Cita gak ada cerita apa-apa ke lo?” “Cerita apaan?” “Cerita gue gitu?” tanya Yudha menurunkan nada bicaranya. Laras hanya menggeleng karena tidak paham maksud rekan kerjanya itu. “Gue abis confess ke Cita kemarin.” sambung Yudha membuat bola mata Laras membesar karena bersemangat. “Ser
Laras segera beranjak dari tempat duduknya tapi langkahnya terhenti saat memasuki ruang tamu panti. Terlihat kakeknya duduk di sana bersama beberapa orang. Kakinya ingin sekali melangkah, tapi menyela pembicaraan orang bukanlah etika yang baik seperti yang selama ini diajarkan oleh kakeknya. Sehingga dia memilih untuk mematung sambil mendengarkan pembicaraan mereka dari kejauhan.“Maaf, saya tidak bisa.” ucap kakek lirih.“Tapi Pak Bram, keputusan bukan ada di tangan bapak. Kami sudah sepakat untuk menjual tanah ini.”Tubuh Laras semakin membeku mendengar ucapan dari wanita yang duduk di depan kakeknya. Wajahnya tak asing bagi Laras, tapi dia tak bisa mengingat siapa wanita itu. Satu lagi yang tak asing bagi Laras, punggung seseorang yang tampak duduk membelakanginya. Pemilik bahu lebar yang tengah berbicara pada orang di sampingnya, kini menampaknya separuh wajahnya yang memang benar-benar sangat dikenal Laras.“Bagaimana Pa
“Ras, makan ayam gepuk yuk. Kangen gue, udah lama nih.” ujar Cita seraya menggandeng lengan sahabatnya mengikuti langkah Laras keluar ruangan kantor, “Sekalian ada yang mau gue ceritain.” sambung Cita lagi saat melihat tak ada jawaban dari Laras. Mumpung tidak ada jatah lembur dan mereka bisa pulang sore, Cita ingin sekali makan ayam gepuk sebelum pulang ke rumah. “Ras..” panggil Cita menggoyangkan lengan Laras, entah sudah berapa kali dalam hari ini Cita mendapati Laras sedang melamun. “Hoi, Laras.” “Kenapa Cit?” tanya Laras bingung, dia benar-benar sedang tidak fokus. “Makan ayam gepuk ayo. Gue laper.” ajak Cita lagi. “Yuk yuk! Ayam gepuk Pak Gendut ya. Gue yang traktir.” sahut Yudha tiba-tiba muncul menghampiri mereka berdua. “Lo makan berdua aja ya, gue ada urusan.” jawab Laras membuat Yudha dan Cita saling tatap. Belum saja keduanya menahan Laras, gadis itu terlihat memburu langkahnya dan masuk duluan ke dalam lift meninggalkan Yu