Share

6. Keringanan Dari Ratu Penelope

"Aku hanya ingin membuat raja Arsen mengerti bahwa keberadaannya di lembah Ilusi tidak akan membuahkan hasil apapun, karena aku pun tidak bisa menghapus kutukan itu."

Ratu Penelope terlihat tidak tenang ketika mengucapkan kalimatnya, sedangkan Raja Eros terlihat berpikir sangat serius untuk mengabulkan permintaan sang permaisuri. Snag raja merasa khawatir kemarahan sang istri kembali tersulut jika berhadapan dengan Raja Arsen, sebab sejak kehilangan sang putri tercinta ratu Penelope menjadi lebih emosional.

"Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, Raja, izinkan aku menemui raja Arsen. Tidak akan ada kemarahan, aku hanya ingin bicara pada raja Arsen sebagai seorang ibu, itu saja."

Melihat sang raja yang masih saja diam, ratu Penelope kembali melontarkan kalimatnya.

"Baiklah, aku mengizinkan. Aku yakin kau tidak akan melanggar janji, Permaisuriku."

"Terima kasih, Raja."

Raja Eros merentangkan tangannya kemudian Ratu Penelope menghambur memeluk sang suami lalu diusapnya rambut sang istri penuh kasih.

"Sekarang istirahatlah, malam semakin larut."

"Baiklah." Ratu Penelope segera melakukan perintah sang raja.

Di sisi lain ratu Cassandra sedang panik karena tabib kerajaan masih belum juga berhasil membuat sang putri terbangun. Sejak kejadian kepulan asap hitam itu putri Aludra belum juga membuka matanya.

"Ratu, minumlah dulu." Miya memberikan segelas air untuk sang ratu yang langsung diterima tanpa banyak kata karena memang ia membutuhkan untuk sekedar menetralisir kegelisahan yang menyerangnya.

Tak lama setelah itu pintu kamar Putri Aludra terbuka, tabib Cakara muncul dari balik pintu.

"Tabib, bagaimana keadaan putriku?" Ratu Cassandra sudah sangat tidak sabar mengetahui keadaan putrinya. Patih Rouvin, panglima Felix, dan penasehat Evander yang setia berada di dekat sang ratu, ikut menanti jawaban dari tabib kerajaan.

"Jantung putri Aludra terbakar, ada sebuah kekuatan asing yang menyerang organ dalamnya."

"Ya Dewa! Bagaimana itu bisa terjadi? Siapa yang tega menyerang putriku, putri kecilku ...."

Ratu Cassandra menangis seketika, ia sangat terpukul mendengar berita yang disampaikan oleh sang tabib.

"Hamba sudah mengobatinya, Ratu, Anda tidak perlu cemas. Mungkin sebentar lagi tuan putri Aludra akan siuman."

Mendengar ucapan tabib, ratu Cassandra langsung menerobos masuk ke dalam kamar sang putri diikuti Miya di belakangnya.

Panglima Felix mengamati gerak-gerik tabib Cakara yang terlihat mencurigakan di matanya.

"Ada yang kau sembunyikan dari ratu, Tabib Cakara?"

Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut panglima Felix, sang penasehat dan juga sang patih ikut mengamati gerak-gerik tabib kerajaan tersebut.

Ditatap ketiga anggota kerajaan yang memiliki jabatan penting, membuat tabib Cakara tidak bisa berkutik.

"Aku tidak berniat menyembunyikan apapun dari ratu, tapi aku tidak tega untuk mengatakannya," ujar tabib Cakara.

Ketiga orang yang mendengar jawaban tabib Cakara saling pandang.

"Kita bicara di rumah rapat." Penasehat Evander memutuskan. Ketiga lawan bicaranya mengangguk kemudian mengikuti langkah pria itu.

"Sekarang katakan, apa yang sebenarnya terjadi?"

Penasehat Evander memulai pertanyaan pertamanya setelah keempat pria itu masuk ke dalam ruang rapat.

"Putri Aludra mengalami penyakit yang aneh, aku tidak bisa mendeteksi dengan jelas. Aku melihat ada kekuatan yang bersarang di organ dalamnya dan aku tidak bisa memusnahkannya. Kekuatan itu asing bagiku. Jika itu bentuk kutukan dari ratu unicorn aku pasti bisa mendeteksi kekuatan itu dari bangsa unicorn, namun ini berbeda, tidak ada terdeteksi kekuatan dari bangsa unicorn sedikitpun." Tabib Cakara menjelaskan.

"Apa maksudmu? Kau mau mengatakan bahwa bukan bangsa unicorn yang menyebabkan putri Aludra beraroma tidak sedap?" Patih Rouvin bertanya.

"Tidak mungkin! Aku mendengar dengan jelas kutukan yang diberikan ratu unicorn pada keturunan raja!" Panglima Felix menambahi, merasa tidak percaya dengan apa yang dijelaskan sang tabib.

"Aku belum bisa memastikan itu, aku masih memerlukan penyelidikan. Untuk itulah aku tidak mengatakan hal ini pasa ratu, karena aku khawatir ratu akan semakin terpuruk," jelas tabib Cakara.

"Baiklah! Sebagai orang yang diamanatkan untuk menjaga ketentraman kerajaan dan melindungi ratu selama raja pergi, aku memutuskan untuk menyembunyikan ini dari ratu sampai semuanya jelas. Setelah ini kita harus bekerja keras melakukan penyelidikan untuk menemukan jawaban yang pasti." Patih Rouvin memberikan perintah yang kemudian dipanggil oleh ketiga orang di sana.

***

Pagi buta, sebelum sang surya menampakkan diri menghangatkan bumi, Ratu Penelope telah bergegas menemui raja Arsen yang tengah bermeditasi di lembah Ilusi.

Menyadari kehadiran ratu unicorn, raja Arsen berlutut dan menjura hormat. "Terimalah hormatku, Ratu."

"Bangunlah, Raja Arsen, kau tidak perlu berlutut di hadapanku," kata ratu Penelope yang kemudian dituruti raja Arsen.

"Kau tidak perlu berdiam diri di sini, apa yang kau lakukan di sini akan sia-sia. Pulanglah! Rakyatmu membutuhkan dirimu sebagai seorang raja."

"Aku tidak akan bisa menjadi raja ketika aku tidak bisa menjadi ayah yang bisa diandalkan. Putriku menanggung derita atas perbuatanku, aku tidak bisa menyaksikan penderitaan putriku, Ratu." Wajah raja Arsen terlihat begitu suram ketika mengucapkan kalimat tersebut.

"Setidaknya kau harus mendampingi putrimu saat menjalani derita itu, bukan?" Nada bicara ratu unicorn datar, namun terdengar begitu menusuk indera pendengaran raja dari negeri Putih itu.

Raja Arsen menunduk dalam, perasaannya berkecamuk.

"Apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan maaf darimu, Ratu?" tanya raja Arsen masih dengan menunduk.

"Aku sudah memaafkanmu."

Spontan raja Arsen mendongak mendengar ucapan ratu Penelope. "Lalu bisakah kau cabut kutukan untuk putriku, Ratu?"

"Tidak bisa!" balas ratu Penelope cepat dan tegas.

Raja Arsen merasa dadanya sangat sakit mendengar ucapan tegas sang ratu dari bangsa unicorn tersebut.

Bukan hanya raja Arsen saja yang yang terluka, bahkan ratu Penelope pun mencelos akibat ucapannya sendiri. Pasalnya ia telah mencoba menghapus kutukan tersebut namun ia gagal, namun sang ratu tidak berniat memberitahu raja Arsen perihal itu.

"Aku tidak bisa menghapus kutukan itu begitu saja, karena aku ingin memberimu sebuah pelajaran, Raja Arsen. Tapi aku bisa memberikan keringanan, untuk itulah aku datang menemui dirimu sekarang."

Seketika raja Arsen berbinar menatap ratu Penelope. Meskipun belum tahu apa yang dimaksud oleh ratu wanita di hadapannya itu, namun mendengar kata keringanan membuat raja Arsen sedikit merasa lega. Ia merasa ada secerca harapan.

"Keringanan apa yang kau maksud, Ratu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status