Tubuh Al kini telah dipenuhi oleh luka-luka berdarah hitam akibat serangan yang terus dilancarkan oleh para vampir ke dirinya maupun Rai. Dia bisa saja menang karena meskipun Albert adalah vampir hibrida, dia tetap memiliki kekuatan yang sangat besar.
Entah mengapa, kekuatan yang dimilikinya hampir setara dengan para pimpinan para klan, dan dia juga memiliki mental dan fisik yang kuat. Inilah yang menyebabkan Al masih bisa bertahan di tengah cacian, hujatan, dan serangan yang dia terima selama ini.
Namun, di perkelahian kali ini dia lebih memilih melindungi Rai. Vampir kecil ini tidak tahu apa-apa. Ia akan merasa sangat bersalah jika sesuatu terjadi padanya. Oleh karena itu, Al melindunginya mati-matian, membuat kekuatannya menurun signifikan.
Sedangkan Rai, dia masih saja diam berdiri di tempatnya, mengamati perkelahian yang terjadi. Sudah berkali-kali dia diminta pergi oleh Al, namun dia mendadak tuli dan tidak menaati perkataannya.
***
"Sial! Kenapa kau belum pergi juga!?” maki Al.
“Baiklah... sepertinya kita akan mati bersama-sama karena aku sudah tidak sanggup lagi melawan mereka dan melindungimu. Selagi ada kesempatan, kaburlah, dan selamatkan hidupmu," ucapnya dengan napas tersengal-sengal.
Vampir-vampir ini kembali menyerang. Target utama mereka sekarang adalah Rai karena tanpa alasan yang mereka ketahui, Albert selalu melindungi vampir ini, dan tentu saja mereka menyadarinya.
Sekarang mereka menjadikan Rai sebagai sasaran utama dengan maksud membuat Albert lengah dan melukainya. Maka serangan demi serangan pun dilakukan, namun Al terus saja memblokade serangan tersebut.
"Kau... kau bilang namamu Rai, bukan? Pulanglah. Pasti ada yang menunggu kepulanganmu. Jangan mati sia-sia di sini. Aku akan menghadang mereka, jadi pergilah," kata Al dengan senyuman yang terukir di wajah yang sudah penuh luka ini.
Rai menatapnya dengan intens. "Cih! Kenapa dia berusaha mati-matian melindungiku? Aku bisa melindungi diriku sendiri! Apa dia benar-benar tidak tahu siapa aku? Apa dia gila? Tubuhnya sudah dipenuhi luka dan dia masih bisa tersenyum dan menyuruhku pergi? HA! Aku jadi ingin tertawa!" pikirnya.
"Dia juga memanggilku Rai dan berani menatapku secara langsung!? Lancang sekali dia! Vampir lain saja tidak berani mengangkat wajah saat berbicara denganku ataupun memanggil namaku! Tapi dia—“ pikirannya harus terhenti karena tiba-tiba saja vampir lain kembali menyerangnya.
Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Al mencoba menghalau kembali serangan ini tapi gagal. Kini, tubuhnya melayang di udara, lehernya dicekik dengan erat, membuatnya kesulitan bernapas.
"Hehehe... akhirnya hidupmu akan berakhir hari ini, vampir menjijikkan," ujar salah satu vampir yang menyerang.
Al tidak bisa lagi melawan, dia hanya bisa terbatuk-batuk berusaha untuk bernapas. Vampir ini kemudian bersiap untuk menembus dadanya dan menghancurkan jantungnya.
***
"Kau! Vampir menjijikkan!" teriak Rai menghentikan semuanya.
Salah satu vampir berkata, "Wow...! Vampir kecil ini bisa bicara rupanya, aku kira kau bisu karena dari tadi kau hanya diam saja! Atau karena terlalu ketakutan kau jadi tidak bisa bicara? AHAHAHAHA," tawa vampir ini diikuti para vampir lainnya.
"Apa sekarang kau sudah kembali ke alam sadarmu? Ya, dia ini memang menjijikkan, makanya dia akan aku bunuh sekarang," vampir ini kemudian mengeratkan cekikannya.
"Kau yang menjijikkan!" seru Rai.
"Apa...? Maksudmu aku yang menjijikkan?" tanya vampir ini.
"Kalian semua menjijikkan!" balasnya tanpa takut.
"Tenanglah, vampir kecil. Kau akan mendapat giliranmu setelah ini," timpal vampir lainnya.
"Lepaskan anak itu!" perintahnya.
"Ah... kau sangat menyebalkan. Baiklah, kau mau menjadi yang pertama, akan aku turuti permintaan terakhirmu hahaha," ucap vampir ini sambil melempar tubuh Albert ke sembarang arah, membuat tubuh Al terbentur pohon besar. Al langsung meringis kesakitan.
Vampir ini langsung melesat menuju Rai kecil dengan senyum yang mengerikan dan tangan terjulur siap untuk memisahkan kepala vampir kecil ini dari tubuhnya.
"ARRGGGHHHH!!!" teriak vampir ini setelahnya.
Terlihat cipratan darah hitam memenuhi wajah Rai dan pakaiannya, sedangkan tangan kirinya memegang sebuah bulatan besar—kepala vampir. Tubuh vampir ini bergetar lalu terjatuh ke tanah, dari lehernya tersembur darah hitam pekat cukup banyak.
Rai telah menghabisi vampir ini dalam hitungan detik saja. Al yang sedang berusaha bernapas menjadi terdiam, dia terkejut atas apa yang dia lihat. Vampir kecil ini berhasil membunuh vampir yang lebih dewasa darinya dan lebih kuat.
"Apa itu? Siapa dia...?" gumam Albert merasakan aura hitam yang sangat kuat. Dia merasa seperti udara di sekitar menekannya, membuatnya sulit bernapas.
"K-kau! Berani kau membunuhnya!!" teriak vampir lain yang langsung menghampiri Rai dan berniat membunuh anak itu saat ini juga.
Tapi kejadian tadi kembali terulang. Dalam hitungan detik, kepala vampir ini telah terlepas dari tubuhnya. Dengan tatapan yang dingin, Rai membuang kepala vampir ini ke sembarang arah.
Rai berjalan mendekati ketiga vampir lainnya. Dengan iris yang sudah berubah menjadi merah darah dan aura membunuh berada di sekelilingnya, ia berjalan tanpa takut ke arah para vampir ini.
"Siapa kau sebenarnya!?" tanya vampir lain dengan wajah yang terkejut melihat perubahannya. Vampir kecil yang mereka kira tidak lebih dari seekor anak kucing sekarang berubah menjadi seekor singa.
"Kau vampir kecil! Apa yang telah kau perbuat!?" seru vampir lain.
"SIAPA KAU!?"
Mereka semua ribut bertanya namun Rai tetap diam. Dia terus berjalan dengan tenang mendekati ketiga vampir tersebut. Irisnya yang berwarna merah darah terlihat menakutkan dan hawa membunuh terus terpancar. Dia terus berjalan hingga sebuah suara menghentikannya.
#bersambung ke BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 2)
"Yang Mulia Harrison. Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya sosok vampir dewasa sambil memberikan hormat yang diikuti oleh sepuluh orang pria di belakangnya. "Bukankah itu kepala keamanan Kastel Haltz, Vero de Haltz!?" ucap para vampir penyerang menyadari siapa yang datang. "Ah... rupanya kau, Vero. Hampir saja aku membunuhmu karena mengganggu waktu bermainku," jawab Rai seraya menoleh, membuatnya Vero yang melihatnya langsung gemetar. Bagaimana tidak? Dia sangat tahu arti dari iris merah darah ini, aura membunuh ini, dan seringai yang menakutkan. Saat ini, Rai sedang benar-benar marah. Senyuman di wajahnya bukan senyuman yang hangat. Itu adalah senyuman kematian. "Maafkan hamba, Yang Mulia," balas Vero membungkuk hormat diikuti oleh para prajuritnya yang juga terlihat gemetar. "Aku jadi kehilangan selera untuk bermain," ujar Rai. "Ck! Kenapa aku harus bertemu dengannya saat seperti ini," batin Vero menyadari
Di dunia ini hanya terdapat tiga klan vampir yaitu, Haltz, Raltz, dan Waltz. Semua berada di wilayah berbeda dengan batasan kekuasaan wilayah masing-masing. Klan yang pertama adalah klan Haltz.Haltz adalah klan yang memiliki lima puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Kekuatan para keturunannya sangat luar biasa, dan merupakan klan yang paling ditakuti.Pemimpin klan ini adalah orang yang sangat berpengaruh, dan Haltz memiliki kekuasaan wilayah di bagian selatan. Walaupun ada penegak hukum atau komite vampir yaitu Harawaltz, yang terdiri dari perwakilan para vampir senior yang diajukan dari setiap klan. Namun tetap saja, pemimpin Klan Haltz memiliki pengaruh tersendiri, karena darah vampir murni yang dimilikinya paling besar.Berikutnya, klan yang kedua adalah Raltz. Klan yang memiliki tiga puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Para keturunannya memiliki kekuatan di bawah para keturunan Klan Haltz. Mereka memiliki
Al kemudian pergi menyelusuri Hutan Silver, berharap menemukan mangsa untuk menjadi santapan tuannya. Sebagai tangan kanan, Al memang menjadi orang kepercayaan Rai, hanya dia satu-satunya vampir yang dipercayai untuk mencari makanannya.Rai memang bisa meminum darah siapa pun, entah perempuan atau laki-laki, baik tua ataupun muda. Tapi, ia lebih memilih meminum darah seorang perempuan yang masih perawan. Bukan tanpa alasan, darah perawan memiliki rasa yang sangat manis dan aroma yang juga manis, persis seperti madu.Hal inilah yang membuat Rai menyukai darah mereka. Namun, permasalahannya adalah sulit untuk menemukan wanita yang masih perawan. Ini adalah Hutan Silver. Dengan legenda vampir yang ada, para perawan biasanya enggan untuk datang ke sini.Di satu sisi, Al tidak mungkin menculik seorang perawan dari dunia manusia, sebab jika ia ketahuan maka habislah nasib dunia vampir. Selama ini dia hanya menculik perawan yang tersesat di dalam hutan
"Tunggulah di sini," ucap Al.Kini, wanita ini sudah berada di kamar khusus tempat Rai biasa menyantap makanannya. Dia berjalan menuju jendela, membukanya, dan terdiam di sana. Dia hanya mengamati langit gelap berawan ini tanpa ada suara sedikit pun yang keluar dari mulutnya."Jangan harap kau bisa kabur, di bawah sana banyak prajurit yang berjaga, dan tentunya jika kau memilih untuk meloncat, kau akan mati dengan mengenaskan. Tersangkut di pohon-pohon, dan mungkin tubuhmu akan tertembus dahan runcing yang dimiliki pohon tersebut," ucap Al memperingati.Hening. Wanita ini hanya diam tidak membalas. Ini sangat aneh namun Al tidak mau lagi memikirkannya, ia pun segera pergi dari sana dan menemui Rai di singgasananya."Rai, saya sudah kembali," ucap Al sesampainya di ruangan singgasana seraya membungkuk hormat."Mana makananku?""Seperti biasa, di dalam kamar."Tanpa membalas ucapannya, Rai langsung pergi ke kamar. Dibuk
Rai yang baru saja memasuki kamar benar-benar terkejut melihat apa yang ada di depannya. Al memang tidak bercanda. Wanita ini benar-benar masih hidup. Dia dapat dengan jelas mendengar detak jantung manusia!Wanita itu terduduk diam di atas tempat tidur. Tatapan matanya kosong, entah apa yang dia pikirkan. Kakinya menekuk dan dipeluk erat oleh kedua tangannya. Rambut berwarna merahnya terurai, menyembunyikan sebagian wajahnya."Ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa!? Taringku mengandung racun, biarpun aku tidak menghisap darahnya sampai habis, dia akan tetap mati! Dia akan mati karena racunku! Tapi apa ini!? Kenapa dia masih hidup!? Bahkan dia dalam posisi seperti itu!? Mustahil!!!" batin Rai terus berbicara."Rai..." panggil Al karena Rai hanya terdiam menatap wanita aneh itu dari tadi.Rai pun tersadar. "Kau! Kenapa kau masih hidup!? Aku sangat yakin telah menghisap habis darahmu semalam! Seharusnya kau sudah mati! Jik
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian yang menghebohkan itu dan seperti katanya, Rai sama sekali tidak peduli dengan wanita itu. Tapi kabar mulai menyebar di kastelnya, para pelayan dan juga prajurit mulai membicarakan keberadaan wanita itu.Tentu saja hal ini membuat Rai gerah, mau tidak mau dia harus memikirkan cara untuk menghentikan omong kosong ini sebelum menyebar lebih luas, atau parahnya menyebar ke Klan Raltz dan Waltz."Albert!" seru Rai."Ya, Rai," balasnya."Bagaimana dengan wanita itu? Dia belum mati juga?" dan Al pun menggelengkan kepalanya."Sial! Bagaimana bisa dia tetap hidup! Sekuat apapun tubuhnya, dia tidak akan bisa menghadapi racun dari taringku, dia akan tetap mati dalam waktu tiga hari! Tapi ini sudah lebih dari tiga hari dan dia masih hidup!?""Bahkan sistem tubuhnya kembali normal, benar-benar tidak bisa dipercaya," ucap Al menambahi kenyataan bahwa wanita itu memang aneh."Cepat bawa dia ke
PRANG!Sebuah suara mengejutkan mereka. Karena terus saja saling dorong-dorongan, akhirnya tidak sengaja Ika menyenggol sebuah vas yang ada di meja. Namun, bukan itu saja yang mengejutkan.Ada hal yang lebih mengejutkan, dan itu adalah karena wanita yang tadi berdiri di sebelah Al sudah berpindah ke tempat Rika dan Riki berada untuk melindungi mereka dari vas yang terjatuh."Apa yang terjadi!?" ucap Rai menghampiri mereka dengan wajah menampilkan ekspresi marah.Ika tidak menjawab, dia hanya menangis di pelukan wanita aneh ini, sepertinya Ika benar-benar terkejut. Iki pun hanya diam tidak jauh dari tempat Ika menangis. Dia sama sekali tidak bergerak."Iki! Ada apa ini!? Jelaskan padaku!" bentak Rai.Bentakan tersebut membuat Iki langsung menangis. Anak ini juga dalam posisi terkejut, namun Rai malah membentaknya. Suasana akhirnya menjadi kacau dengan suara tangisan yang terdengar saling menyahut.Takut dengan
Karena kaki wanita ini terluka, dan juga karena perintah Rai untuk mengobatinya. Akhirnya mau tidak mau, Al harus menggendong dan membawa wanita ini ke kamar, sedangkan Iki dan Ika membuntutinya dari belakang dengan wajah khawatir. Sesampainya di kamar, Al langsung menurunkan wanita ini ke atas tempat tidur. Lalu ia pergi mengambil hal-hal yang diperlukan untuk mengobati luka di kakinya. Sedangkan Iki dan Ika tinggal di kamar. "Kak... Iki minta maaf," ucap Iki setelah Al pergi. "Ika juga minta maaf, gara-gara Ika kakak jadi terluka seperti ini," sambung Ika. "Kami janji tidak nakal lagi, tapi jangan bawa kami ke Klan Raltz lagi," tambah Iki. Wanita ini terlihat bingung. Baginya yang seorang manusia, dia sama sekali tidak begitu mengerti mengenai vampir, apalagi Klan Raltz yang mereka sebutkan. Tapi dia tahu, tinggal di tempat asing bukan hal yang menyenangkan. "Bilang Kak Rai jangan marah sama kami. Kakak istrinya Kak