Share

Part 2

Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 2)

"Minggir kamu!" Aku mendorong wanita itu dengan paksa agar aku bisa masuk untuk melihat suamiku. Dan di dalam sana aku mendapati Mas Andra sedang sibuk untuk memakai pakaiannya.

Dan di atas kasur yang sama terlihat juga sebuah sprei kusut, bergulung dan bergerak-gerak sendiri. Seperti ada sesuatu di dalamnya.

Tanpa banyak bertanya, aku langsung menarik sprei itu dan mendapati seorang wanita lagi tanpa busana bersembunyi di dalamnya.

"Siapa ini, Mas?" tanyaku dengan berapi-api pada Mas Andra.

Kali ini dia tidak bisa mengelak lagi karena telah tertangkap basah olehku. Jangankan untuk membela diri, untuk menatap wajahku saja pun dia sudah tidak berani.

Sedangkan Andi, membantuku untuk mengambil gambar, merekam perbuatan asusila suamiku. Agar ada sebuah bukti yang kuat bahwa suamiku telah berkhianat di belakangku.

Awalnya aku ingin melaporkan kecurangan suamiku pada pihak yang berwajib, atau menyebarluaskan videonya supaya viral. Agar suamiku mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya dan menanggung malu seumur hidup.

Namun niatan itu segera aku batalkan karena aku tidak ingin suamiku menjalani hukuman dengan cara yang mudah dan bertele-tele karena harus melalui proses persidangan yang cukup panjang lagi nanti.

Aku ingin suamiku menerima hukuman secepat mungkin agar dia tidak lagi melalukan hal yang sama dikemudian hari.

Aku rasa, aku akan lebih puas jika aku sendiri yang menentukan hukuman apa yang pantas untuk lelaki yang telah menemaniku selama sepuluh tahun terakhir ini.

"Jawab! Siapa kedua wanita ini, Mas?" tanyaku membentaknya.

"Mereka teman Mas, Indah."

"Teman?" Aku menatapnya tajam.

Suamiku mengangguk sembari tertunduk. Tak berani menatap sedikit pun ke arahku.

"Teman tidur maksudnya?" tanyaku lagi yang membuat suamiku semakin gelagapan.

"Hei kamu! Wanita murahan! Siapa yang bernama Nina, ha?" bentakku kepada kedua wanita yang kedapatan sedang bersama suamiku.

"Dia!" Kedua wanita itu saling tunjuk satu sama lain.

Aku menatap mereka secara bergantian.

Sepertinya kedua wanita ini sudah sangat ketakutan melihatku dan mencoba ingin mengelak dari perbuatan mereka.

"Oke. Aku paham. Sekarang coba jawab dengan jujur, apa yang sedang kalian lakukan dengan suamiku di tempat ini?" Aku mulai menginterogasi mereka berdua.

Kedua wanita itu saling tatap, kemudian keduanya kompak menggelengkan kepala.

"Oke. Kalian tidak mau menjawab? Oke."

Tanpa basa basi, aku langsung menjambak rambut kedua orang itu dan membenturkan kepalanya satu sama lain. Kedua wanita itu menjerit, dan minta ampun padaku dengan menangis tersedu-sedu.

"Oke. Sekarang serahkan KTP dan ponsel kalian  bersama dengan sandinya kalau kalian ingin aku maafkan. Tapi ingat jika aku meminta kalian berdua untuk datang menemuiku, kalian harus segera datang. Oke?" Aku mencoba bernegosiasi dengan mereka.

Kedua wanita yang sedang meringkuk itu mengangguk dan berterimakasih padaku karena telah memberi sedikit toleransi terhadap mereka.

"Bagus. Sekarang silahkan lanjutkan aktifitas kalian! Aku ingin melihat langsung bagaimana cara main kalian di atas ranjang sehingga suamiku lebih memilih kalian ketimbang aku."

Ketiga orang itu melirikku, memastikan bahwa aku berkata serius atau hanya sekedar bercanda.

"Cepat lakukan! Atau aku harus memaksa kalian dengan cara kekerasan?" Aku meneriaki mereka bertiga.

"Indah! Jangan lakukan itu Indah!" Kali ini suamiku yang memohon.

"Kenapa? Bukankah ini yang Mas mau?"

"Tidak Indah. Mas tidak melakukan perbuatan seperti apa yang sedang kau pikirkan. Mas datang ke sini hanya ingin membantu mereka ini membuat sebuah video untuk konten hiburan. Mereka ini merupakan konten kreator di media sosial. Jadi, mereka meminta Mas untuk membantu mereka sebagai pemeran utama prianya." Suamiku menjelaskan.

"Konten dewasa, maksudnya?"

"Tidak, Mbak. Kami hanya membuat sebuah drama tentang perselingkuhan dan pelakor." Salah satu dari wanita itu menjawab, mendukung pernyataan suamiku yang kurang masuk akal menurutku.

"Oke. Sekarang silahkan lanjutkan akting kalian. Biar aku yang menjadi videografernya." 

Aku menyalakan kamera ponselku untuk mengambil gambar mereka. 

"Cepat lakukan!"

"Tapi Indah."

"Kenapa?"

"Malu banyak orang."

"Oke." Aku melirik kearah adikku dan memberi kode padanya agar segera keluar.

Aku rasa sebagai petugas yang berfokus pada pendampingan masyarakat, adikku itu sudah sangat kenyang dengan melihat kejadian yang seperti ini. Dari raut wajah mereka saja dapat terlihat biasa-biasa saja. Tak ada gurat keterkejutan sama sekali di sana.

"Sekarang, silahkan lakukan!" Aku kembali memaksa mereka bertiga untuk melakukan perbuatan tercela itu.

Aku ingin mengabadikan perbuatan suamiku agar kelak aku dapat mengingatnya kembali dan tak akan pernah melupakan peristiwa malam ini sampai kapanpun.

Aku ingin bahwa diri ini benar-benar sangat membenci suamiku.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status