Cia mengumbar senyum di depan ponselnya, sesekali jarinya mengetik balasan chat untuk Aka.
...
"Aku lagi di rumah sendiri," tulis Cia menjawab tanya Aka di chat mereka.
"Gitu di apelin sama pacarnya nggak mau," goda Aka dalam tulisannya. Cia terkikik geli membacanya. Ingatannya melayang pada kejadian siang tadi sepulang mereka dari LESEHAN SAUNG GAUL.
Flash back on beberapa jam yang lalu.
"Hari ini first weekend kita, kamu pengin di apelin nggak?" tanya Aka saat itu. Posisi taksi sudah berhenti di depan gerbang pagar rumah Cia, namun mereka masih menghabiskan waktu dengan ngobrol sejenak sebelum berpisah.
"Nggak usah, deh. Apelnya nanti weekend minggu depan aja," jawab Cia menolak dengan suara lembutnya.
"Yakin?" Aka kembali meyakinkan, untuk hari pertama mereka pacaran dia nggak mau mendapat cap sebagai pacar tak bertanggung jawab.
"Iya, yakin, kok," jawab Cia, senyum tak ketinggalan menghiasi bibirnya.
"
Jam pelajaran pertama sudah usai lima menit yang lalu. Harusnya sekarang waktunya Si bule Mr.Clark mengajar di kelas Cia. Selain berpredikat sebagai English teacher, Mr. Clark yang bule tulen berkebangsaan Amerika itu juga punya satu julukan keren dari murid–muridnya yaitu “Mister On Time”.Sejarah lahirnya julukan yang nyantol di belakang nama Si Mister Bule itu pasti bukan tanpa alasan ataupun tanpa rencana. Dan, julukan itu memang terbentuk dari partikel–partikel alam yang berkumpul menjadi satu membentuk satu senyawa khusus yang menghasilkan zat “USIL”. Nah, keren khan nama zat-nya? Kalau bukan karena karakter murid–murid belasan tahun yang 85% mengidap syindrom labil, nggak mungkin julukan se-keren itu bakal lahir.Entah karena kebiasaan disiplin yang dia bawa dari negaranya, atau dia yang terlalu cinta dan selalu merindukan murid–muridnya sehingga setiap mengajar dia selalu datang on time alias te
Pulang sekolah, Cia, Aka, Merlin, Flo dan Vandra berencana pergi bareng–bareng ke café langganan Merlin. Kebetulan hari ini adalah ulang tahun gadis itu, hanya saja cewek berwajah manis itu sama sekali tidak mau merayakannya, bahkan hanya diam saja sampai–sampai teman sekelasnya-pun, kecuali Cia tentu saja, tidak mengetahui tanggal spesialnya ini. Namun, sebelum berangkat ke café dengan menumpang mobil Vandra, mereka terpaksa harus menunggu dua orang cowok anggota mereka yang lain karena hari ini kebetulan ada jadwal extrakurikuler basket yang mewajibkan semua anggota klub harus hadir berkaitan dengan adanya jadwal meet and brief dengan pembina pusat yayasan sekolah yang membahas tentang ajang pertandingan basket antar sekolah bulan depan yang levelnya tingkat nasional. Bertiga, Merlin, Aka dan Cia keluar kelas menuju lapangan basket. Lapangan itu sudah nampak rame berisi anggota klub dari kelas lain yang sudah asyik bermain berebut satu bola orang
Cia masih tetap terisak dalam pelukan Aka, hingga akhirnya terdengar suara Vandra yang berucap pamit menuju parkiran duluan.“Kita duluan ke parkiran ya, Ka,” pamit Vandra sambil mengajak Flo dan Merlin yang sudah berdiri diam di dekat mereka semenjak tadi. Aka hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Dibiarkannya Cia menyelesaikan tangisnya. Tangannya dengan lembut membelai sayang rambut halus gadis dalam pelukannya itu. Hingga akhirnya dia rasakan Cia yang lebih agak tenang, kemudian di angkatnya tubuh mungil gadis itu.“Sudah merasa lebih baik sekarang?“ tanya Aka dengan seulas senyum menenangkan. Dengan lembut jemarinya menghapus sisa air mata dipipi Cia. Cia mengangguk.“Maaf ya, Ka, aku jadi cengeng banget begini.“Melihat wajah tampan yang tersenyum di depannya membawa kedamaian tersendiri bagi Cia hingga akhirnya berhasil membuat gadis itu untuk berusaha tersenyum kembali, walaupun dengan mata yang masih nampak
Aka duduk malas di karpet ruang keluarga rumahnya, sedangkan Zona dan Helen duduk di sofa. Mereka sedang menikmati acara TV bersama–sama. Namun sesungguhnya, dalam sikap diam mereka saat ini ada satu hal yang tengah mereka risaukan dan menjadi beban fikiran.“Aku males banget untuk pulang, Kak,” ucap Aka tanpa melihat orang yang dia ajak bicara. Terdengar tarikan nafas beratnya seolah beban itu sangat berat memenuhi dada dan membuat sesak nafasnya.“Kamu nggak kangen Mom dan Dad, Ka?” tanpa jawaban Zona balik bertanya.“Kangen, Kak. Aku kangen banget pada mereka. Tapi, aku nggak rela hidupku terpenjara lagi gara–gara kedatangan mereka di sini,” Aka berucap dengan nada frustasi.Kali ini Zona yang menarik nafas panjang. Dia tahu banget apa yang di rasakan oleh adiknya dan tahu banget seberapa frustasinya cowok itu sekarang.“Apapun maumu, Ka, kamu nggak akan pernah bisa menghindar dar
Beberapa menit mereka berdua terdiam dengan fikiran masing–masing. Hingga akhirnya Cia menggerakkan tangannya yang sedari tadi tetap berada dalam genggaman tangan Aka.Bagaikan disadarkan kembali tentang keberadaan Cia di sampingnya, Aka memutar tubuhnya menjadi tepat menghadap ke arah gadis itu. Tangannya mengangkat tangan mereka yang masih bertaut, kemudian menempelkan tangan Cia di pipinya. Mata Aka terpejam beberapa saat, dan begitu terbuka kembali Cia di buat terkejut karenanya.Mata yang biasanya selalu nampak bercahaya dan bersinar tajam itu, kini nampak sayu dan rapuh. Mata yang biasanya menatapnya dengan lembut penuh cinta, mata yang biasanya bersorot geli ketika menggodanya, kini meredup tiada sinar. Yang nampak di hadapan Cia saat ini hanyalah sebuah keterpurukan tanpa semangat.Cia merasa sangat sedih dan prihatin, apa yang di rasa Aka diapun jadi ikut merasakannya. Kesedihan itu, rasa tidak terima yang teramat sangat dengan keadaan saat ini, m
Hari kedua orang tua Aka di Indonesia....Pagi yang cerah, hari ini Cia berniat berangkat sekolah dengan menumpang mobil papa. Saat ini, pasangan bapak dan anak itu sudah keluar rumah bersama. Mobil sudah di luar garasi siap berangkat dengan kemudi pak Husen sopir pribadi papa.“Beneran hari ini berangkat sekolah bareng papa?” tanya papa pada Cia yang sudah siap duduk di sampingnya.“Iya Papa, karena udah kesiangan dan pagi ini ada ulangan, khawatir nggak keburu,” jawab Cia meyakinkan papanya.“Nggak sayang nanti Si Abang sopir bus kota di gebet cewek lain?” goda papa yang segera mendapat hadiah cubitan dari putri semata wayangnya itu.“Idih, papa bisa aja deh, nanti pulang sekolah Si Abang sopir bus kota juga bakal ketemu Cia lagi, hehehe,” Cia membalas gurauan papa dengan cengengesan.Pak Has satpam rumah Cia mengangguk hormat begitu mobil majikannya keluar gerban
Cia tiduran malas di kamarnya. Gadis itu sama sekali tidak menyadari sejak kapan mama masuk ke kamarnya dan posisi sekarang sudah duduk manis di ranjang tidurnya.Dia sedikit terkejut ketika merasakan belaian lembut di rambutnya, senyum berusaha dia sungging untuk membalas senyum menyejukkan yang mama berikan untuknya.“Weekend kok malas–malasan sendirian gini?” tanya mama masih sambil membelai rambut putrinya itu dengan lembut dan dengan senyum manis terhias di bibir yang menyejukkan hati.“Iya, Ma, pengin di rumah aja, mumpung Mama nggak lagi pergi,” alasan Cia yang hanya membuat mama menggeleng pelan.“Jangan bohong, Sayang. Kamu lagi ada masalah dengan Aka?” tanya mama langsung pada inti pembicaraan, sesuatu hal yang beberapa waktu terakhir ini mama pendam penuh penasaran.Aka tak nampak main ke rumah mengunjungi Cia setelah di sore hari itu ketika dia mengantarkan Cia pulang. Saat itupun Aka mampir han
Sudah sebulan lebih Aka dan Cia melewati hari–hari mereka sebagai pangeran dan tuan putri yang terpenjara dalam sangkar emas. Hiiyaa…kayak lagu aja. Selama itu banyak cerita penuh kerinduan dan air mata yang tertumpah mereka lewati bersama.Seperti pagi itu, air mata serta merta mengalir tanpa kendali ketika Cia menemukan sudut bibir dan pipi Aka yang memar lebam kebiruan. Ketika dia bertanya penuh kekhawatiran cowok itu hanya tersenyum seolah itu hanyalah sebuah hiasan yang bisa di hapus kapanpun juga.Dengan air mata berlinang Cia menyentuh sudut bibir dan meraba pipi yang membiru itu dengan lembut, “ Gara gara aku, ya?” tanyanya tanpa bisa menahan tangis. Akhirnya gadis itu hanya bisa tergugu mendengar penuturan cowok yang begitu di kasihinya yang mengatakan bahwa ini bukanlah hal yang serius.Ceritanya, hari itu sepulang sekolah Cia berkata pada Aka bahwa dia merindukan saat–saat bersamanya dengan Aka seperti ketika du