Share

|5|. Pangeran Malam

"Papa bercanda?" Suara sendok dan garpu yang di banting ke piring, memecah keheningan ruang makan. Keira rasanya seperti baru saja mendengarkan guntur di siang hari. Apa itu— ia akan menikah? Di usia semuda ini? Dan atas pilihan Mak comblang?

Ini sudah abad ke berapa, tapi kenapa papanya masih berpikir se-kuno itu?

"Malam" Ratna baru saja pulang lembur, dengan pakaian kerjanya ia mendatangi ruang makan dan mendapati suasana terlihat tegang, "Ada apa ini?"

Hana menoleh sekilas pada kakak tertuanya yang tampak kebingungan. Tidak berkata apa-apa, ia hanya mendesah pelan.

"Harusnya kak Ratna dulu dong yang menikah. Umurnya yang sudah hampir kepala tiga itu masih saja lajang dan hanya tau bekerja. Tapi kenapa malah aku yang mau dinikahkan?" Bebel Keira, dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya.

"Lagian papa hidup di abad apa sih hari gini masih pake Mak comblang? Pokoknya Keira gak setuju" Tentang Keira tegas, "Keira itu masih muda pa, baru dua puluh empat tahun dan yang terpenting— Keira belum siap nikah pa"

Hana menatap kakak keduanya dengan perasaan prihatin. Untuk masa sekarang seperti ini, jelas apa yang dikatakan kakak keduanya itu benar. Perempuan berumur dua puluhan itu masih terlalu muda untuk membangun rumah tangga.

Arya mengambil gelas air putih dan meneguknya sedikit, "Papa sudah atur pertemuan kamu dengan calon suami kamu" Arya meletakkan gelas ke meja, mengacuhkan pelototan tajam Keira yang menatapnya setengah tak percaya, "Itu besok malam, di restoran diamond milik kita"

"Papaa.." Pekik Keira histeris, "Masa ia aku langkahi kak Ratna sih pa? Mending papa pikir lagi.." Keira masih berharap papanya yang keras kepala itu mengubah keputusannya.

"Keira benar pa. Dia masih terlalu muda untuk menikah. Sikapnya pun masih cenderung labil. Jikapun pernikahan ini untuk memperluas variabel bisnis, itu hanya tidak akan bekerja jika salah satu pihak yang menjalaninya belum matang" Terang Ratna bijak. Sebagai kakak tertua, ia berpikir untuk turun tangan dalam hal ini, "karena itu hanya akan merusak rasionalitas yang ada.."

Hana sejak tadi hanya diam dan memperhatikan. Dalam keluarga, ia cenderung pendiam dan tidak banyak bicara. Tapi melihat kerutan frustasi di wajah kakak keduanya, Hana merasa tak tahan untuk tidak berkata, "Aku sependapat dengan kak Ratna"

Keira tersenyum penuh haru, mendapatkan dukungan dari kedua saudaranya. Mereka memang sering berjarak dan tak terlalu dekat karena kesibukan masing-masing. Hana yang sibuk menyelesaikan studi, kerapkali menghabiskan seharian penuh di perpustakaan pribadi untuk belajar. Kakak tertuanya yang workaholic, tidak pernah jauh dari kata lembur.

Hanya dia yang paling luang dalam keluarga ini. Meskipun sudah merintis bisnis sendiri, tapi sebagai pionir, ia hanya perlu mengatur beberapa pengelolaan penting dan selebihnya ia hanya perlu duduk santai dan memeriksa lapangan sesekali.

"Kau tau calon suamimu siapa?" Arya memasang tampilan serius.

Keira hanya menggeleng lemas.

"Anak konglomerat dari keluarga El Murad dan sekaligus pemilik dari PT Angkasa— perusahaan yang menaungi industri teknologi tercanggih di kota X. El-Murad Pasha"

"Apaaa?" Jerit Keira histeris. Siapa yang tidak kenal dengan El-Murad Pasha, putra tunggal dari konglomerat ternama di kota X? Pria yang lebih dikenal dengan sebutan 'Pangeran malam' karena sifatnya yang dingin menusuk seperti angin malam yang mencekam.

Bukan hal baik untuk keluar di malam hari yang dingin. Jika tanpa persiapan kau bisa saja masuk angin dan jika berlama-lama kau bisa saja sakit. Begitupun dengan 'pangeran malam' yang satu itu.

Orang-orang yang berada di dekatnya harus tahan banting dan penuh persiapan atau jika tidak, mereka akan drop dan jatuh sakit. Singkatnya, berada di sekitarnya itu benar-benar seperti suasana di malam hari, di mana karbondioksida dilepaskan.

Berada di dekatnya itu seperti toxic, hanya membentuk hubungan yang tidak sehat. Jadi sebutan 'pangeran malam' benar-benar pantas untuk pria itu.

Dan ayahnya berniat menikahkannya dengan tipikal pria seperti itu?

"Papa gila? Papa ingin menikahkan aku dengan si pangeran malam yang dikenal toxic itu? Apa hanya demi keuntungan bisnis papa rela mengorbankan putri papa menderita?" Keira bernafas terengah-engah, wajahnya memerah menahan kesal dan amarah.

Hana yang mendapati itu tak tahan untuk tidak merinding. Meskipun tak tau seperti apa sosok pangeran malam yang akan di nikahkan dengan kakak keduanya itu, tapi ia kurang lebih pernah mendengar sedikit rumor mengenai sosok itu yang orang bilang—

Salah seorang bos besar yang toxic!

"Mau kamu atau bisnis, itu sama-sama pentingnya bagi papa. Lagi pula kata Mak comblang yang mencocokkan kalian— kamu dan dia itu seperti sinar matahari di kutub selatan. Ada kebekuan dan secercah kehangatan, kombinasi ini dapat membuat pernikahan kalian menjadi sempurna" Arya masih mengingat jelas apa yang dikatakan Mak comblang itu, "Jadi papa dapat yakin menikahkan kamu dengan pria itu"

"Pa, kita hidup di era apa sih hari gini masih berpedoman ke Mak Comblang?" Keira yang sudah tak mampu menahan emosinya, tanpa sengaja menggebrak meja makan membuat piring dan sendok berdentingan.

"Pokoknya Keira gak setuju. Titik" Keira terus bangun dan bersiap pergi meninggalkan ruang makan hanya...

"Papa tidak mau tau, pokoknya besok malam kamu harus mendatangi pertemuan itu"

Keira dengan kesal berbalik, "Aku gak mau"

"Boleh saja, tapi jangan salahkan papa kalau seluruh aset mu papa sita"

"Papa lupa kalau aku sudah merintis bisnis sendiri?"

"Kamu tidak ingat toko roti yang kamu rintis itu ada berkat siapa?"

Keira membeku.

"Papa bisa saja loh membekukan dana dan membuat usaha mu itu berhenti di tengah jalan"

Detik itu tenggorokan Keira tercekat, tidak dapat berkata apa-apa lagi. Sepasang matanya memanas dan pangkal hidungnya terasa pekat. Ia tidak akan mengira papanya akan sekejam itu padanya. Segera Keira berlari pergi meninggalkan ruang makan dengan perasaan kecewa.

"Papa, apa yang papa lakukan tadi itu keterlaluan. Semua orang di kancah bisnis tau jelas kalau si Pasha itu tipikal bos besar yang toxic. Banyak para karyawan di perusahaannya yang kerapkali stres bahkan drop karena frustasi menghadapi kinerjanya yang sama sekali tidak sehat untuk mental. Dan papa ingin menikahkan Keira dengan tipikal pria seperti itu?" Ratna membanting sendok dan garpu ke piring. Seleranya untuk makan benar-benar sudah hilang.

"Pokoknya Ratna gak setuju kalau papa menikahkan Keira dengan pria toxic seperti Pasha" Ratna tidak dapat membayangkan adik keduanya yang periang dan cenderung ceria itu terjerat dengan pangeran malam yang toxic itu!

"Papa tidak butuh persetujuan darimu"

"Hah.." Ratna membuang nafas kasar, menatap papanya dengan perasaan kecewa. Mendorong kursi, ia terus bangun dan pergi meninggalkan ruang makan tanpa sepatah katapun.

Yang tertinggal hanya Chana seorang di meja, menatap papanya dengan ragu berkata, "Lebih baik papa pikirkan lagi mengenai pernikahan itu"

Menatap putri bungsunya yang pendiam itu, Arya menghela nafas berat. Hana tidak tau saja kalau yang sesungguhnya yang diinginkan pangeran malam itu..

Adalah dia.

                                     —••—

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status